Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)

Disusun Oleh:

AMINAH (2120001)
RENO AGISTA (2120014)
INDAH ABDILLAH (2120029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
TA 2020-2021
KONSEP DASAR

Perkembangan adalah suatu proses perubahan di mana anak belajar menguasai


tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam
perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi
yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena di samping berfungsi sebagai alat
untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat
untuk memahami perasaan dan pikiran orang.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan
dalam kegiatan berkomunikasi khususnya. Seperti dikemukakan oleh Laird bahwa tiada
kemanusiaan tanpa bahasa dan tiada peradaban tanpa bahasa lisan (1957 : 16 ). Manusia
tidak berpikir hanya dengan otaknya tetapi juga dengan rasa dan memerlukan bahasa
sebagai mediumnya. Orang lain tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau
tidak diungkapkan dengan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa “golden age” dimana anak sangat peka
mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik,
intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock, (Musyafa, 2002:26)
perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar
awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Demikian pula halnya peranan
bahasa bagi anak.
Pada mulanya anak belajar berbicara, agar ia dapat memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan tersebut tampak pada saat anak menggunakan kata-kata yang
diperlukan. Anak akan lancar berbicara jika anak sudah memiliki kesiapan berbicara.
Ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak dalam berbicara. Kedua hal
tersebut adalah perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa (Dworetzky,1990).
Menurut pandangan Piaget, kognitif adalah hasil aktivitas asimilasi dan
akomodasi dari kematangan otak dan sistem syaraf terhadap pengalaman pengalaman
ketika individu berinteraksi (Dworetzky, 1990). Piaget mengemukakan bahwa proses
perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan,
yaitu:
1. Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang
diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan
secara perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya
pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara
benda dengan nama benda tersebut.

2. Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)


Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin
memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-
benda. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis
rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang
diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa
pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada
pesawat terbang yang lewat.

3. Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)


Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan
masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa
kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak
menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.

4. Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)


Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti
orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan
yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide
dan berpikir tentang masa depan secara realistis.

Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek
dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para
pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya.  Pemerolehan bahasa oleh
anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab
itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara
intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai
bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat
sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa.

A. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum


Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam
bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal
yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Manusia berkomunikasi lewat
bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu
menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak
teori tentang pemerolehan bahasa.
Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin
dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui
kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa digunakan anak
dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk
bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang
mengacu pada simbol verbal.
Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural,
dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti
gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan
lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi
yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural
(ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang
berbeda beda. Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa
Seorang Anak, Yaitu.
1. Tahap Reflexive Vocalization (0 – 1,5 bulan pertama)
Pada tahap ini hanyalah aktivitas yang masih bersifat refleks. Tangisan, suara
suara yang diproduksi benar-benar tidak disadari oleh anak, tanpa kehendak,
bukan berarti si anak meinta atau menuntut apapun, bukan juga sedang
menanggapi rangsangan apapun dari sekelingnya.
2. Tahap Babling (1,5 – 6 bulan)
Tahap babling atau lebih popular disebut “masa anak mengoceh”. Pada usia ini
bayi sering mengulang-ulang bunyi yang dibuatnya, ketika mendekati usia 5
sampai 6 bulan, bunyi yang dihasilkan mulai terdengar bervariasi.
3. Tahap Laling (6 – 9 bulan)
Tahap laling ini disebut tahap jargon. Ocehan yang diucapkan bayi sudah dalam
bentuk kombinasi konsonan yang juga terdapat pada tahap babling.
4. Tahap Echolalia (9 -12 bulan)
Pada tahap ini anak cenderung meniru tanpa mengubah apa yang dikatakan
padanya.
5. Tahap True Speech (12 -18 bulan)
True speech atau bicara yang sudah benar (dalam arti pemahamannya, namun
mungkin artikulasinya belum). Tahap ini mengawali tahap perkembangan
bahasa yang benar.
Pendapat yang lain, mengatakan bahasa pada bayi berkembang melalui
beberapa tahapan umum:
1. mengoceh (3-6 bulan)

2. kata pertama yang dipahami (6-9 bulan)

3. instruksi sederhana yang dipahami (9-12 bulan)

4. kata pertama yang diucapkan (10-15 bulan)

5. penambahan dan penerimaan kosa kata (lebih dari 300 kata pada usia 2 tahun).

6. tiga tahun ke depan kosa kata akan berkembang lebih pesat lagi

B. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut Beberapa Ahli


Lundsteen, membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:
1. Tahap pralinguistik
a. Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.
b. Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma,
da, ba.
2. Tahap protolinguitik
Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat
tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai
200-300).
3. Tahap linguistik
Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia mengalami
perkembangan bahasa melalui dua tahapan, yakni pralinguistik dan linguistik.
1. Periode Pralinguistik
Periode pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa, atau mampu
berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsur-angsur ia mengembangkan
bahasanya melalui urutan tahap demi tahap.

Tahap pertama, sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi
(phonation stage). Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-
bunyi yang menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vowel” (disebut
"quasi" karena tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya).
Kuasi vokal dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama (Dworezky, 1990).
Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada going stage, yaitu bayi
mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai
tanda awal konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak memproduksi beberapa kata
baru, disebut masa expansion stage

Tahap kedua, setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk tangis,
anak mulai mengoceh (babling stage). Bunyi yang muncul pada masa ini, yakni
antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara vokal dan
konsonannya, namun belum ada bunyi yang membedakan makna. Antara usia 7
dan 10 bulan tersebut, ocehan bayi semakin meningkat karena dia mulai
menghasilkan suku kata dan menirukan seperti ucapan 'bababa' atau 'mamama'.
Ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Yang menarik adalah, bayi yang
mampu mendengar segera mulai mengoceh suku kata kononikal,'sedangkan bayi
tuli yang juga berada pada masa mengoceh, tidak dapat mengucapkan bunyi
kononikal tersebut (Oller & Eiler, dalam Dworetzky, 1990:214).

Tahap ketiga, bayi setelah melalui masa kononikal, secara meningkat bayi
mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan
mereka gunakan daIam bahasa yang mereka pelajari. Ini disebut dengan tahap
kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan.
Pada masa ini bayi juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya
balikan diperlukan sebelum masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa
yang mereka dengar. Jalongo (1992:8) mengelompokkan perkembangan bahasa
anak tahap pralinguastik ini, sejak bayi lahir sampai usia 11 bulan. Pada tahap
perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam taraf berlatih mengenal
lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya.
Ketika anak merasakan sesuatu, sementara dia belum mampu mengucapkan
sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak
senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau
menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu menunjukan
kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan yang positif,
selalu memberikan respon ketika diajak berkomunikasi

2. Periode Linguistik
Kata infans berasal dari kata latin "tanpa ucapan" atau "tidak berbicara". Kata
infant (bayi) berasal dari Infans (Dworetzky,1990). Hal tersebut tampak logis
jika dianggap kata-kata yang kali pertama diucapkan oleh seorang anak sebagai
titik akhir masa bayi. Pada masa tersebut, anak sudah mulai tampak
perkembangan bahasanya, ia sudah mulai mampu menggunakan kata-kata dalam
berbicara. Kata yang dimaksud adalah ucapan yang berhubungan langsung
dengan benda atau kegiatan tertentu sebagai bentuk dasar. Misalnya mama,
papa, baba dan barn kemudian mempelajari kata abstrak. Ini terjadi antara umur
10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam Dworetzky, 1990). Jalongo (1992:8-
9) mengelompokkan perkembangan linguistik ini sebagai tahapan kedua Pada
awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak menggunakan kata antara
3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya anak berusia antara 12 sampai 18 bulan,
anak telah mampu menggunakan kata benda yang luas serta telah mampu
menggunakan kosakata yang terdiri antara 3 sampai dengan 50 kata. Pada usia
sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu menerima bahasa dengan menggunakan
bahasa telegrafik 2-3 kata. Anak, selanjutnya mampu berkomunikasi dengan
menggunakan kata antara 3-50 kata. Anak ketika berusia sekitar 3 tahun,
kosakatanya bertambah setiap hari. Pada usia tersebut, menurut Jalongo (1992)
anak memiliki kosakata antara 200 sampai 300 kata. Pada usia 4 tahun, anak
telah mampu menerapkan pengucapan dan tata bahasa. Anak telah memiliki
kosakata sebanyak 1400 sampai 1600 kata. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak
telah memiliki susunan kalimat dan tata bahasa yang benar, baik dalam
mengunakan awalan maupun dalam menggunakan kata kerja sekarang. Panjang
kalimat rata-rata setengah baris per kalimat, kemudian meningkat menjadi 6-8
kata. Anak telah mampu menggunakan kosakata kira-kira 2500 kata, dan anak
mengerti sekitar 6000 kata

Perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa
menurut komponen-komponennya, yaitu:
1. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini,
pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena
lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat
perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan
menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.
a. Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya
wajah seseorang, tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum
sosial.
b. Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara
balasan bila ibunya memberi tanggapan.
c. Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
d. Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk
ekspresi wajah. -Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda
sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
e. Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan
keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi
tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran
gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata. -Pada usia 2
tahun,  anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai
kalimat dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam
dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai
belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar.
Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan
topik baru.
f. Lewat umur 3 tahun, anak mulai berdialog lebih lama sampai beberapa kali
giliran. Lewat umur ini, anak mulai mampu mempertahankan topik yang
selanjutnya mulai membuat topik baru. Hampir 50 persen anak 5 tahun dapat
mempertahankan topik melalui 12 kali giliran. Sekitar 36 bulan, terjadi
peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran
sosial dalam percakapan.

Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan
teradaptasi baik untuk pendengar. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak
adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan
sosial yang melibatkan orang diluar keluarga, mereka akan memodifikasi
pemahaman diri dan bayangan diri serta menjadi lebih sadar akan standar sosial.
Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar
berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan
dialog yang benar. Ini berlangsung sepanjang usia pra sekolah. Anak berada
pada fase mono dialog, percakapan sendiri dengan kemauan untuk melibatkan
orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata tak bermakna, fantasi
verbal dan ekspresi perasaan.

2. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka
pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di
sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa
prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan
lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan
lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa
pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia
ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya.
Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal.
Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi
baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia prasekolah meliputi properti
fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian, dan
lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang
dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk
siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan
bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan
kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata
berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih
meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.

3. Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun
pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.
Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa
“kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata
bisa ditafsirkan dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya
mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap
makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi
kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu
kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan dua kata menjadi kalimat,
rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata
memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan
menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis
meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai
puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
4. Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata
yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of
utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang
berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan
prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5
tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem
mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa
sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi
semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa
Indonesia.

5. Perkembangan Fonologi
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa.
Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada kemampuannya
menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia prasekolah, anak tidak
hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi juga
mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk
membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi
suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam
babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-
konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi
sampai pada persepsi dan produksi suara.

C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Berbahasa


Dalam perkembangan bahasa anak, menurut para ahli terdapat sejumlah
faktor yang dapat mempengaruhinya. Mengacu pada pendapat Vigotsky (Martini
Jamaris, 2006: 34), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
yakni:
1. Pertama, anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau berbicara
dengan orang lain. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan bahasa secara
eksternal dan menjadi dasar bagi berkomunikasi kepada diri sendiri.
2. Kedua, transisi dari kemampuan berkomunikasi secara eksternal kepada
kemampuan berkomunikasi secara internal membutuhkan waktu yang cukup
panjang. Transisi ini terjadi pada frase pra operasional, yaitu pada usia 2-7
tahun. Selama masa ini, berbicara pada diri sendiri merupakan bagian dari
kehidupan anak. Ia akan berbicara dengan berbagai topik dan tentang berbagai
hal, melompat dari satu topik ke topik lainnya.
3. Ketiga, pada perkembangan selanjutnya, anak akan bertindak tanpa berbicara.
Apabila hal ini terjadi, maka anak telah mampu menginternalisasi percakapan
egosentris (berdasarkan sudut pandang sendiri) ke dalam percakapan di dalam
diri sendiri.
Sedangkan berdasarkan pendapat yang dikemukakan Petty dan Jensen (Rini
Hildayani dkk., 2005: 11.8), ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu:
1. Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut,
2. Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari si anak,
3. Berbedanya karakteristik kepribadian anak, dan
4. Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran bahasa itu terjadi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sunarto dan Agung Hartono (2006: 139-
140) yang menguraikan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Umur anak, yaitu faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat.
2. Kondisi lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang
cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan
akan berbeda dengan lingkungan pedesaan.
3. Kecerdasan anak, yaitu kemampuan untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau
suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik
yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan
kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.
4. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu keluarga yang berstatus sosial ekonomi
baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dan anggota keluarganya.
5. Kondisi fisik, dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap, atau
organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi
dan tentu saja akan mengganggu perkembangan dalam berbahasa.
Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa,
yaitu  biologis, kognitif, dan lingkungan.
1. Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi salah satu landasan  perkembangan bahasa. Mereka
meyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia
linguistik. Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa  manusia terikat secara
biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan cara
tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language acquisition
device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun
awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa
(critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja,
maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami
seumur hidup. Selain itu, adanya periode penting dalam mempelajari bahasa 
bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam berbicara. Menurut teori
ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara
bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau
orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan
dipelajari (Asher & Gracia, 1969).

2. Faktor kognitif
Individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan
bahasa anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak
berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya (Piaget,1954). Tahap awal
perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai berumur 2 tahun. Pada
masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari indranya
dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya.
Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan,
kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses mental  anak. Perekaman
sensasi  nonverbal (simbolik) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang
nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa simbolik itu merupakan
bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali berkomunikasi dengan orang
lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya ibu yang
mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa
simbol yang dikeluarkan oleh anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan
dibahasakan oleh ibu itulah yang nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat
bayi lapar, ia menangis dan memasukkan tangan ke mulut, dan ibu
membahasakan, “lapar ya.. mau makan?”

3. lingkungan luar
Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus
dari lingkungan. Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal
perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang
dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-
orang di sekitarnya.

Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh


ketrampilan bahasa yang baik. Tiga faktor di atas saling mendukung untuk
menghasilkan kemampuan berbahasa maksimal. Orang tua, khususnya, harus
memberikan stimulus yang positif pada pengembangan keterampilan bahasa pada
anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata yang baik dan mendidik,
berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam
suasana kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan damai. Hal tersebut
dapat menstimulus anak untuk bisa belajar berkomunikasi dengan baik karena jika
anak distimulus secara positif maka akan mungkin untuk anak merespon secara
positif pula.

Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal :


1. Kematangan alat berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada
kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar
rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat
tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempurna dan dapat
membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai permulaan
berbicara.
2. Kesiapan berbicara. Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan
dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia
antara 12-18 bulan, yang disebut teachable moment dari perkembangan bicara.
Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar berbicara yang
sesungguhnya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara
sekalipun belum jelas maksudnya.
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan
suatu model tertentu agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat
dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.
Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara,
dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya
jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah
memperoleh model sebagaimana disebutkan diatas. Dengan sendirinya potensi
anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
4. Kesempatan berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan
berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak
dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya. Pada gilirannya
anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya
disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlatih. Memberikan motivasi dan melatih anak
untuk berbicara sangat penting bagi anak karena untuk memenuhi kebutuhannya
untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar
motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan
pengarahan.
6. Bimbingan. Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau
model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan
orang tua siap memberikan kritik atau membetulkan apabila dalam berbicara
anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan
secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan
apabila berbicara dengan orang lain.

D. Langkah-Langkah Untuk Membantu Perkembangan Bahasa Anak


1. Membaca. Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat
dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah
gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras.
Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan
tadi. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak
dan lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan
dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama
tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya
untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau
mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.
Berikut beberapa cara untuk menstimulasi agar perkembangan bicara batita
semakin lancar dan ia gemar bicara.
1. Ceritakan kesibukan Anda. Katakan dengan lantang apa saja yang sedang Anda
kerjakan dan lemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara,
walaupun Anda nampak konyol karena batita tak bisa menjawab,” usul Pam
Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi Schwab, Chicago.
2. Jadi ‘role model’. Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan
pengucapan yang benar ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan
penguasaan bahasanya dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu
warnanya putih, enak sekali.” Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah
kosa katanya tapi juga mengajarkan cara kombinasi kata. Namun hindari
mengoreksi ucapannya. “Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak
nyaman. Bahkan anak seusia itu pun dapat mulai merasa bahwa apa pun yang
dilakukannya selalu salah di mata ibu,” kata Pam lagi.
3. Berlagak “bodoh”. Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan
kebutuhannya sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia
menggulirkan bola dan Anda tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu
padanya, pura-pura saja Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung
dan bertanya, “Ibu harus apa?” Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk
berkomunikasi.
4. Tetap nyata. Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam
bahasa silang atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun.
Orang tua wajib berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang
benar, yang akan membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi
kalimat yang bermakna.

E. Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara


pada anak.
Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas
perkembangan bicara anak yang umumnya, yang dapat diketahui dari ketepatan
penggunaan di dalam kosa kata (bahasa) anak tersebut pada saat bersama teman
sebayanya bercakap-cakap/berbicara menggunakan kata-kata dan dianggap mudah
diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan berbicara tidak hanya
mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak pengaruh yang paling serius
adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak
penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya adalah rendahnya tingkat
kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya
seperti teman-teman sebayanya, yang kecerdasannya normal atau tinggi kurang
motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara
memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua/orang dewasa, terbatasnya
kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak
mereka diperbolehkan berbicara dirumah.
Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius
adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat
anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi)
didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam
berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan
berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara
kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan
bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang berkembang sangat
pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari golongan yang lebih atau
menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara
lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang kemungkinannya mengalami
keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan anak yang berasal dari golongan
yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut
bagi mereka, karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu
perkembangan bicara pada anak tersebut.
Adapun penyebab keterlambatan bicara yaitu gangguan pendengaran,
gangguan perkembangan pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahasa
spesifik reseptif dan / atau ekspresif), gangguan perilaku (misal autisme dan social
communication disorder), gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit
melafalkan kata-kata / gangguan artikulasi (bibir sumbing).
Keterlambatan bicara dan bahasa tidak hanya berpengaruh terhadap
perkembangan saat ini saja, tetapi mempunyai dampak jangka panjang seperti
kesulitan belajar, gangguan komunikasi, dan peningkatan
risiko ansietas (kesemasan) sosial. Pada anak yang pernah mengalami
keterlambatan bicara, pemantauan perkembangan setelahnya sangat penting
terutama perkembangan bahasa yang meliputi menulis, membaca maupun
perkembangan emosi dan perilaku anak.
PUSTAKA

https://www.kajianpustaka.com/2013/06/tahapan-perkembangan-bahasa-anak.html?
m=1

https://sardjito.co.id/2019/09/30/keterlambatan-bicara/

https://slbn1gunungkidul.sch.id/perkembangan-bahasa-pada-anak/

https://media.neliti.com/media/publications/87931-none-cfdaf892.pdf

https://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-
berbicara-pada-anak-usia-dini/

https://suarasalatiga.com/2019/07/09/tahapan-perkembangan-bahasa-dan-bicara-pada-
anak/

https://pustakapaud.blogspot.com/2016/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
perkembangan-bahasa-anak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai