Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF, KONSTRUKTIVISME, DAN HUMANISTIK


SERTA PENERAPANNYA

Disusun oleh :

1. Rena Octaviana C1L019010


2. Fedora Yama Suwardana C1L019020
3. Retno Sri Anjarwati C1L019026
4. Fizza Fuadah C1L019043

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
PURWOKERTO
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................2
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................................................2
D. MANFAAT...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. TEORI BELAJAR KOGNITIF............................................................................................3
1. Teori Belajar Menurut Jean Piaget....................................................................................3
2. Prinsip-Prinsip dari Teori Kognitif & Penerapannya dalam Pembelajaran......................6
B. TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME...........................................................................7
1. Pengertian Belajar menurut Teori Konstuktivisme...........................................................7
2. Prinsip prinsip Teori Kontruktivisme...............................................................................8
3. Proses Belajar Konstruktivistik.........................................................................................9
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK....................................................................................10
1. Pengertian Teori Humanistik..........................................................................................10
2. Prinsip - prinsip dari Teori Humanistik..........................................................................10
3. Implementasi terhadap Pembelajaran.............................................................................11
D. TEORI BELAJAR PERSON CENTERED ROGERS.......................................................11
1. Pengertian Teori Belajar Carl Rogers.............................................................................11
2. Prinsip Teori Belajar Carl Rogers...................................................................................12
3. Bentuk Teori Belajar Carl Rogers...................................................................................12
2. Metode Teori Belajar Carl Rogers..................................................................................12
3. Aplikasi Teori Belajar Carl Rogers.................................................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................................14
A. SIMPULAN........................................................................................................................14
B. SARAN...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat diragukan lagi bahwa sejak anak manusia yang lahir ke dunia, telah dilakukan
usaha-usaha pendidikan. Manuasia telah berusaha mendidik anak-anaknya meskipun dalam cara
yang sangat sederhana. Pendidikan merupakan keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung
jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai keadaan si
anak didik.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan
tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih cepat.Karena itu pengetahuan psikologis
mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap
pendidik. Dalam psikologi Pendidikan sendiri terdapat berbaga teori seperti teori
kognitif,kontruktivisme,teori belajar humanistic, dan teori belajar person centered. Setiap teori
memilik sudut pandang, pengertian dan tentunya penerapan yang berbeda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana yang dimaksud dengan teori belajar kognitif dan apa saja prinsip-prinsipnya?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan teori belajar kontruktivisme dan apa saja prinsip
prinsipnya?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan teori belajar humanistic dan apa saja prinsip-
prinsipnya?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan teori belajar person centered ? Serta prinsip, bentuk,
metode dan aplikasinya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori belajar kognitif, kontruktivisme, dan humanistik
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari teori belajar kognitif, kontruktivisme, dan
humanistik.
D. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui teori belajar kognitif, kontruktivisme, dan humanistic
2. Mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip dari teori belajar kognitif, kontruktivisme,
dan humanistik dalam proses pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR KOGNITIF


1. Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.
Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan
secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya.  Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :
a. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun) :
Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang
sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
1) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di
sekitarnya.

2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

3) Suka memperhatikan sesuat lebih lama.

4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.

5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

b. Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun)


Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,

3
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua,
yaitu preoperasional dan intuitif.
1) Preoperasional (umur 2-4 tahun)
Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep
nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam
memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a) Self counter nya sangat menonjol.

b) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan


mencolok.

c) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria


yang benar.

d) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan


perbedaan antara deretan.

2) Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun)


Anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstraks. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi
hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.

b) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih
kompleks.

c) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.

d) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar.

c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible
dan kekekalan. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek

4
atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan
proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih
efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak
sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam
melakukan kegiatan tertentu
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian,
pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya
menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf
berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri
pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak
perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. 
d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan  menggunakan pola berpikir
"kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi
berpikir anak sudah dapat :
1) Bekerja secara efektif dan sistematis.

2) Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua


kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak  dapat
merumuskan beberapa kemungkinan.

3) Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam


proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.

4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. 

Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal
operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun
studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun
usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.

5
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan
semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. 
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

2. Prinsip-Prinsip dari Teori Kognitif & Penerapannya dalam Pembelajaran


Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori
ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
a. Prinsip Umum Teori Belajar Kognitif
1) Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
2) Disebut model perseptual
3) Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
4) Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
5) Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-
pisah, akan kehilangan makna.
b. Implementasi Teori Belajar Kognitif
1) Pengalaman tilikan (insight); tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati.
Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur
yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses

6
pembelajaran. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior) suatu perilaku akan terarah pada tujuan.
Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah
dan tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan
tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya
berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
5) Transfer dalam belajar yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
pada situasi lain.
6) Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya.
B. TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME
1. Pengertian Belajar menurut Teori Konstuktivisme
Teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitas orang lain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

7
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi
ilmu pengetahuan. (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut
dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun
kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut
mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain
adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
2. Prinsip prinsip Teori Kontruktivisme
Beberapa karakteristik dan juga merupakan prinsip dasar teori belajar
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan strategi untuk mendapatkan dan menganalisis informasi.
b. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif, tapi dari perspektif jamak
(multiple perspective).
Peran peserta didik utama dalam proses pembelajaran, baik dalam mengatur atau
mengendalikan proses berpikirnya sendiri maupun untuk ketika berinteraksi dengan
lingkungannya. Scaffolding digunakan dalam proses pembelajaran. Scaffolding
merupakan proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada peserta didik untuk
dikembangkan sendiri. Pendidik berperan sebagai fasilitator ,tutor dan mentor untuk
mendukung dan membimbing belajar peserta didiknya. Pentingnya evaluasi proses dan
hasil belajar yang otentik.

8
3. Proses Belajar Konstruktivistik
Penerapan teori belajar Konstruktivisme sering digunakan pada model
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving seperti pembelajaran menemukan
(discovery learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)).
a. Peranan Peserta Didik
Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan aktif berpikir menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang pelajari. Guru memang menjadi
andil dalam memprakarsai penataan lingkungan dan memberi peluang belajar
yang optimal. Tetapi pada akhirnya peserta didiklah yang menentukan sendiri
terwujudnya belajar yang sepenuhnya itu.
b. Peranan Guru
Kunci peranan guru dalam proses belajar adalah pengendalian yang
meliputi sebagai berikut;
1) Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan dan
bertindak.
2) Menumbuhkan kemandirian peserta didik dengan menyediakan kesempatan
untuk mengambil keputusan dan bertindak.
3) Mendukung dan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik
mempunyai peluang yang optimal.
c. Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti,media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan pengetahuan.Yang dipahami dalam
teori belajar konstruktivisme bahwa pembentukan pengetahuan itulah yang
menjadi inti dalam teori belajar ini. Peserta didik diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya
dengan cara demikian peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir
sendiri memecahkan masalah yang dihadapinya mandiri kritis kreatif dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
d. Evaluasi Belajar
Dari awal sampai akhir dalam prosesnya pembelajaran menurut teori
belajar konstruktivisme ini akan ada beberapa hal, mulai dari sarana, kemampuan

9
awal peserta didik, guru dan hasil belajar peserta didik. Sejauhmana pembelajaran
berlangsung menimbulkan pemikiran untuk mengevaluasi, terutama evaluasi
belajar peserta didik. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan
pada tugas-tugas mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses
berpikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan” pada taksonomi Merrill atau
strategi “prinsip” pada Gagne serta “sintesis” pada Taksonomi Bloom. Juga
mengkonstruksikan pengalaman peserta didik dan mengarahkannya pada konteks
yang luas dengan berbagai sudut pandang.
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Pengertian Teori Humanistik
Konsep teori belajar humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana
seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat
menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar
Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan
kepada kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif
memengaruhi proses. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus
adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran
dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun
dari guru sebagai fasilitator. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005) :
a. Mementingkan manusia sebagai pribadi.
b. Mementingkan kebulatan pribadi.
c. Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
d. Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
2. Prinsip - prinsip dari Teori Humanistik
a. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
b. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan
keperluan mereka.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
3. Implementasi terhadap Pembelajaran
Dalam teori humanistik guru bertindak sebagai fasilitator, sehingga disini guru
mempunyai banyak tugas diantaranya :

10
a. Memberi perhatian dan motivasi
b. Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
c. Memahami karakteristik siswa
d. Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
e. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil,
dimana proses
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
D. TEORI BELAJAR PERSON CENTERED ROGERS
1. Pengertian Teori Belajar Carl Rogers
Teori belajar Carl Rogers merupakan salah satu teori belajar humanistik yang
menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien
dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Teori belajar humanistik Rogers adalah menitik beratkan pada metode student-
centered, dengan menggunakan “komunikasi antar pribadi” yaitu berpusat pada
peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik
untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan. Yang
terpenting dari Rogers adalah proses suasana (emotional approach) dalam
pembelajaran bukan hasil dari belajar. Seorang guru harus lebih responsif terhadap
kebutuhan kasih sayang dalam proses pendidikan. perasaan gembira, tidak tertekan,
nyaman adalah hal yang diinginkan dalam proses pembelajaran.

11
2. Prinsip Teori Belajar Carl Rogers
Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
c. Belajar yang bermakna dalam masyarakat berarti belajar dalam proses.
3. Bentuk Teori Belajar Carl Rogers
Teori humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa petunjuk:
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
d. Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
2. Metode Teori Belajar Carl Rogers
Teori humanistik lebih menunjuk pada roh selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah mejadi fasilitator bagi para siswa, yang mana tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Proses yang umumnya sebagai
berikut:
a. Merumuskan tujuan belajar yang benar
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontak belajar yang bersifat jelas,
jujur, dan positif.

12
c. Mendororng siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri.
d. Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri.
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku
yang ditunjukan.
3. Aplikasi Teori Belajar Carl Rogers
Teori Rogers dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam
fasilitator belajar, yaitu:
a. Realitas di dalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting.
b. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan menghargai pendapat, perasaan,
dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya.
c. Pengertian yang empati, untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif
diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari
dalam.

13
BAB III

PENUTUP
A. SIMPULAN
Setiap teori belajar memiliki pengertian dan prinsip yang berbeda. Teori kognitif berprinsip
lebih mementingkan proses dari pada hasil dan penerapannya belajar tidak selalu berfokus pada
guru melainkan siswa juga di tuntut untuk aktif. Teori kontruktivisme berprinsip pengetahuan
tidak hanya dari satu perspektif dan bisa bersifat jamak dan dalam penerapannya teori
kontruktivisme model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving). Lalu ada teori
humanistic yang berprinsip manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar dan penerapannya
guru dituntut untuk lebih dekat dengan siswa dan mampu memahai karakteristik dari anak
didiknya.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Eveline, dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.

https://www.google.com/amp/s/cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/teori-belajar-
humanistik/amp/ (Cecep Kusnadi) diakses tgl 4 April 2020

http://whendikz.blogspot.com/2013/11/resume-teori-belajar-humanistik.html?m=1 diakses tgl 4


April 2020

https://www.google.com/amp/s/www.dasarguru.com/teori-belajar-kognitif-dan-
penerapannya/amp/ (Badaruzzaman) diakses tgl 4 April 2020

https://www.kompasiana.com/irul_washaq/557e73b49493739d0be18a5b/teori-konstruktivisme
diakses tgl 4 April 2020

https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/5539f9b96ea8348709da42ce/piaget-dan-teori-
tahaptahap-perkembangan-kognitif diakses tgl 4 April 2020

14

Anda mungkin juga menyukai