Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN ETOLOGI (ATTACHMENT)

Dosen Pengampu :
Layyinah M. Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Astria Sena 11210700000044


Galuh Sekar Ayu 11210700000083
Amanah Rizkia 11210700000137
Dhya Qistiyah 11210700000167
Fatimah Az Zahra 11210700000173
Aria Feransha Putra Adam 11210700000224

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Etologi
(Attachment)” ini dengan baik.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan Ibu
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan yaitu, Ibu Layyinah, M.Si. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap dengan
disusunnya makalah ini, pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai Perkembangan
Etologi (Attachment).

Kami menyadari ketidaksempurnaan yang kami miliki dalam menyusun makalah ini.
Maka dari itu pemberian kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar makalah
ini bisa lebih baik. Semoga pembaca dapat mengambil pengetahuan dari makalah ini
sehingga dapat bermanfaat di kemudian hari.

Jakarta, 10 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Teori Perkembangan Etologi.........................................................................................3
2.2 Tokoh-tokoh Teori Perkembangan Etologi.................................................................4
2.3 Tahap-tahap Pembentukan Attachment......................................................................7
2.4 Mekanisme Perkembangan Teori Etologi....................................................................7
2.5 Kritik terhadap Teori Etologi.......................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, individu tidak bisa lepas dari interaksi dengan
lingkungannya, termasuk bayi. Sejak lahir, bayi ditempatkan dalam lingkungan sosial yang
menerimanya dengan penuh kasih. Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil tempat
kebutuhan hidup anak sangat bergantung, terutama ibu. Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti makan, minum, buang air besar, dll. tidak akan
mungkin terjadi tanpa ibunya memainkan peran. Melalui interaksi yang dimulai sejak lahir,
anak mampu melihat, mendengar, mencium, dan menginterpretasikan sekitarnya melalui
hubungan timbal balik antara mereka dan orang tuanya. Hubungan kelekatan berkembang
melalui pengalaman bayi dengan ibunya selama beberapa tahun pertama kehidupannya.
Hubungan ini memberikan kesempatan bagi bayi untuk mengeksplorasi lingkungan dan
kehidupan sosialnya.

Hubungan antara anak dan orang tua merupakan sumber emosi dan persepsi anak.
Keterikatan pada anak dapat disebabkan oleh proses belajar dan/atau naluri alamiah manusia.
Ketika anak merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, ia akan menangis. Keterikatan
yang muncul secara spontan dapat dijelaskan dengan pemahaman bahwa manusia sebagai
makhluk sosial memiliki naluri untuk dekat dengan orang lain. Naluri ini merupakan sifat
bawaan manusia sebelum belajar terjadi. Sementara itu, mengacu pada teori etologis, dimana
bayi dan orang tua cenderung saling berkaitan, dan keterikatan memastikan kelangsungan
hidup bayi. Menurut Berndt (dalam Agustina & Irma. Dalam teori etologi, keterikatan adalah
kombinasi unik dari konsep-konsep dan beberapa teori. Untuk memudahkan pemahaman,
konsep-konsep teoritis digabungkan dan diringkas menjadi satu teori).

Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks evolusi.
Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz Tind bergen, dan Bowlby. Etologi
juga sebagai subdisiplin ilmu zoologi. Charles Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada
fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam tingkah laku. Untuk mendapatkan
perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku kemelekatan (attachment) yaitu
sinyal yang mempromosikan dan mempertahankan kedekatan anak dengan pengasuhnya
(Bowlby, 1982: 182)

iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Teori Perkembangan Etologi?
2. Siapa saja Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi?
3. Bagaimana tahap-tahap pembentukan attachment?
4. Bagaimana Mekanisme Perkembangan Teori Etologi?
5. Apa saja kritik untuk Teori Etologi?

1.3 Tujuan
1. Memahami dan menjelaskan Teori Perkembangan Etologi
2. Menjelaskan para tokoh Teori Etologi
3. Menjelaskan tahap-tahap pembentukan attachment
4. Menjelaskan mekanisme perkembangan Teori Etologi
5. Menjelaskan kritik yang didapat Teori Etologi

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Perkembangan Etologi

Etologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan, bisa pula berarti
etis atau etika, juga dapat berarti karakter dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi
secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.
Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Etologi adalah suatu
cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan
tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan.

Teori Etologi dalam perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi menekankan bahwa
kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentan kehidupan.
Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman, jika kita gagal
mendapat pengalaman dalam rentan waktu kritis tersebut, maka perkembangan kita tidak
akan optimal. Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering
bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya
dianggap telah terprogram dalam gen burung.

Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan
insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini di program
kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen
yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini
merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz
memisahkan telur-telur yang ditetaskan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok.

Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang
lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya
segera setelah ditetaskan. Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat
Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu
mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok ke dalam
sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat.
Tiap kelompok anak angsa langsung melihat ke arah “ibunya”.

Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis
yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.
Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori
ini ditemukan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku hewan dalam keadaan
nyata. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku

vi
manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari
apa yang terjadi di lingkungan alaminya.

Selain itu, dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia
meliputi teori kelekatan John Bowlby (1969, 1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan
pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting
sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang
mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya
negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi
kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.

Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period),
adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan
perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog mengamati perilaku secara teliti dalam
lingkungan alamiahnya, seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit
dan lain-lain.

Langkah-langkah Pendekatan Metodologis dalam Etologi (Pendekatan yang memahami


tingkah laku dengan setting yang alamiah) :
1) Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2) Mengamati tingkah laku khasnya,
3) Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.

Teori etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku
binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah mempertahankan
wilayahnya, bertindak agresif dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini ditemukan
pula pada diri manusia, karena hal tersebut merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting
dalam perilaku manusia.

2.2 Tokoh-tokoh Teori Perkembangan Etologi

2.2.1 Konrad Z. Lorenz (Austria, 1903-1989)


Sebagai Bapak Etologi Modern (Father of Modern Ethology) yang juga telah meraih
Hadiah Nobel pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan ornitologi
berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang juga seorang ahli
tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon
penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah
laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
2.2.2 Nikolas Tinbergen (Den Haag, 1907 – 1988)
vii
Seorang etnolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam
fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas
penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang
dipercayainya yang harus ditanyakan berkaitan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu,
dengan metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak.

Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu


memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku:
1. Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk
kelangsungan hidup dan reproduksi?
2. Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah
diubah oleh pembelajaran terkini?
3. Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah
pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan?
4. Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku
bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui
proses filogeni?

Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan
dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau
stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan
angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan
dan perbedaan dalam morfologi. Para teolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan
pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies
mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi
hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Tinbergen
melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah
lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan di samping sarangnya.
Ternyata tawon tersebut kembali ke tengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah
lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan di sebelahnya
dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan
bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus.
Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus
menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mengenal sesuatu.

viii
2.2.3 John Bowlby (1907-1990)

Seorang psikiater dan psikoanalisis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan


anak. Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori
evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992),
tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instingtif.
Sebenarnya, tingkah laku kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak, namun juga pada ibu.
Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby
(Hetherington dan Parke, 1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogram secara
biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan
perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak.
Sebaliknya, bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara, dan perhatian yang
diberikan oleh ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan
mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan dialami oleh
bayi. Fase-fase kelekatan antara lain : fase kedua, fase ketiga, fase keempat. Teori etologi
juga menggunakan istilah psychological bonding, yaitu hubungan atau ikatan psikologis
antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berhubungan dengan
kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat
memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang adaptasinya yaitu :
lingkungan dasar tempat berkembang.

Dalam kehidupannya, seringkali manusia menghadapi ancaman untuk mendapat


perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan
orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan
(attachment). Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk
mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian cross
fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua atau
induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa imprintingnya
juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian
ini telah menunjukkan bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau
induk lain, pada saat dewasa nantinya dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk
yang mengasuhnya (foster-spesies). Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain
imprinting juga dapat diamati. Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang

ix
membutuhkan bermain dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing
suka bermain-main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang membuatnya sangat
menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain.

2.3 Tahap-tahap Pembentukan Attachment

1. Indiscriminate Sociability (Usia 0-2 bulan)


Pada tahap ini bayi tidak membedakan antara orang-orang dan merasa senang atau
menerima dengan senang orang yang dia dikenal maupun yang tidak dikenal. Bayi akan
menangis, menggenggam, tersenyum, ataupun meracau demi memperoleh atensi dari orang
dewasa.

2. Discriminate Sociability (Usia 2-7 bulan)


Pada tahap ini bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal dan juga
tersenyum pada orang yang lebih dikenal. Bayi sudah bisa membedakan figur lekatnya,
mengingat orang-orang pemberi perhatian, serta menunjuk preferensinya terhadap orang itu.

3. Specifc Attachment (Usia 7-24 bulan)


Pada tahap ini bayi mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama
lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya dan akan menangis ketika
berpisah dengannya. Selain itu, anak juga sudah mengetahui orang yang dimaunya dan
memilih orang yang diketahuinya.

4. Goal-Coordinated Partnerships (Usia 24 bulan-seterusnya)


Pada tahap ini bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama,
bayi tidak merasa sedih selama berpisah dari ibu atau pengasuh pertamanya dalam jangka
waktu yang lama. Selain itu, anak sudah mulai memahami jika kemauan orang itu berbeda-
beda serta mulai bisa memperkirakan kebutuhannya. Pada tahap ini juga anak sudah memiliki
kemampuan berbahasa yang akan menolongnya dalam berunding dengan figur lekatnya.

2.4 Mekanisme Perkembangan Teori Etologi

1. Teori Etologi menekankan pada proses biologis yang berinteraksi dengan


pengalaman. Kematangan fisik, termasuk perubahan hormonal, perkembangan

x
lokomotor, dan peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode
sensitif.
2. Terdapat kemampuan belajar yang umum dan spesifik (innate) dalam perubahan
biologis sepanjang rentang kehidupan. Kemampuannya berkaitan dengan tingkah laku
insting. Jadi, tingkah lakunya bukanlah tingkah laku yang terjadi akibat pembelajaran
tertentu, melainkan suatu respon dari stimulus eksternal tertentu. Contohnya adalah
induk ayam yang menyelamatkan anak-anaknya.
3. Organisme mampu belajar dari pengalamannya akibat kemampuan belajar yang
dibangun sampai sistem saraf ini.
4. Teori ini juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior) dengan tujuan
sebagai adaptasi.

2.5 Kritik terhadap Teori Etologi

1. Konsep periode kritis dan periode sensitive masih terlalu kaku.


2. Terlalu menekankan pada dasar biologis.
3. Kurang memadainya perhatian terhadap kognisi.
4. Penelitian-penelitian yang dilakukan menghasilkan hasil yang lebih baik apabila
dilakukan pada hewan, bukan manusia.

xi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Teori Etologi
dalam perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan
evolusi. Ada beberapa tokoh yang mencetuskan teori-teori perkembangan etologi, tokoh-
tokoh yang dimaksud yakni Konrad Z.Lorenz yang terkenal dengan etologi modernnya,
Nikolas Tinbergen, dan John Bowlby yang terkenal dengan teori kelekatannya. Teori etologi
ini mendapatkan kritik karena terlalu menekankan pada dasar biologis dan kurang
memadainya perhatian terhadap kognisi

xii
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Muhid. Nailatin Fauziyah. Soffy Balgies. Tatik Mukhoyyaroh. (2013). Psikologi
Umum. IAIN Sunan Ampel Press. CV. Mitra Media Nusantara.

Hafo, E. (2020). TEORI ATTACHMENT JOHN BOWLBY SEBAGAI PENDEKATAN


EFEKTIF DALAM BELAJAR DI DUNIA MODERN (Doctoral dissertation, Sekolah
Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta).

Ika Lestari. Dayin Fauzi. (2018). KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA. Grand
Kahuripan Cluster Patuha V Blok EG No. 16. ERZATAMA KARYA ABADI
Anggota IKAPI

Santrock. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

xiii

Anda mungkin juga menyukai