Dosen Pengampu :
Layyinah M. Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Etologi
(Attachment)” ini dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan Ibu
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan yaitu, Ibu Layyinah, M.Si. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap dengan
disusunnya makalah ini, pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai Perkembangan
Etologi (Attachment).
Kami menyadari ketidaksempurnaan yang kami miliki dalam menyusun makalah ini.
Maka dari itu pemberian kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar makalah
ini bisa lebih baik. Semoga pembaca dapat mengambil pengetahuan dari makalah ini
sehingga dapat bermanfaat di kemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Teori Perkembangan Etologi.........................................................................................3
2.2 Tokoh-tokoh Teori Perkembangan Etologi.................................................................4
2.3 Tahap-tahap Pembentukan Attachment......................................................................7
2.4 Mekanisme Perkembangan Teori Etologi....................................................................7
2.5 Kritik terhadap Teori Etologi.......................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, individu tidak bisa lepas dari interaksi dengan
lingkungannya, termasuk bayi. Sejak lahir, bayi ditempatkan dalam lingkungan sosial yang
menerimanya dengan penuh kasih. Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil tempat
kebutuhan hidup anak sangat bergantung, terutama ibu. Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti makan, minum, buang air besar, dll. tidak akan
mungkin terjadi tanpa ibunya memainkan peran. Melalui interaksi yang dimulai sejak lahir,
anak mampu melihat, mendengar, mencium, dan menginterpretasikan sekitarnya melalui
hubungan timbal balik antara mereka dan orang tuanya. Hubungan kelekatan berkembang
melalui pengalaman bayi dengan ibunya selama beberapa tahun pertama kehidupannya.
Hubungan ini memberikan kesempatan bagi bayi untuk mengeksplorasi lingkungan dan
kehidupan sosialnya.
Hubungan antara anak dan orang tua merupakan sumber emosi dan persepsi anak.
Keterikatan pada anak dapat disebabkan oleh proses belajar dan/atau naluri alamiah manusia.
Ketika anak merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, ia akan menangis. Keterikatan
yang muncul secara spontan dapat dijelaskan dengan pemahaman bahwa manusia sebagai
makhluk sosial memiliki naluri untuk dekat dengan orang lain. Naluri ini merupakan sifat
bawaan manusia sebelum belajar terjadi. Sementara itu, mengacu pada teori etologis, dimana
bayi dan orang tua cenderung saling berkaitan, dan keterikatan memastikan kelangsungan
hidup bayi. Menurut Berndt (dalam Agustina & Irma. Dalam teori etologi, keterikatan adalah
kombinasi unik dari konsep-konsep dan beberapa teori. Untuk memudahkan pemahaman,
konsep-konsep teoritis digabungkan dan diringkas menjadi satu teori).
Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks evolusi.
Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz Tind bergen, dan Bowlby. Etologi
juga sebagai subdisiplin ilmu zoologi. Charles Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada
fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam tingkah laku. Untuk mendapatkan
perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku kemelekatan (attachment) yaitu
sinyal yang mempromosikan dan mempertahankan kedekatan anak dengan pengasuhnya
(Bowlby, 1982: 182)
iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Teori Perkembangan Etologi?
2. Siapa saja Tokoh-tokoh dalam Teori Etologi?
3. Bagaimana tahap-tahap pembentukan attachment?
4. Bagaimana Mekanisme Perkembangan Teori Etologi?
5. Apa saja kritik untuk Teori Etologi?
1.3 Tujuan
1. Memahami dan menjelaskan Teori Perkembangan Etologi
2. Menjelaskan para tokoh Teori Etologi
3. Menjelaskan tahap-tahap pembentukan attachment
4. Menjelaskan mekanisme perkembangan Teori Etologi
5. Menjelaskan kritik yang didapat Teori Etologi
v
BAB II
PEMBAHASAN
Etologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan, bisa pula berarti
etis atau etika, juga dapat berarti karakter dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi
secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.
Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Etologi adalah suatu
cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan
tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan.
Teori Etologi dalam perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi menekankan bahwa
kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentan kehidupan.
Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman, jika kita gagal
mendapat pengalaman dalam rentan waktu kritis tersebut, maka perkembangan kita tidak
akan optimal. Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989) lebih sering
bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya
dianggap telah terprogram dalam gen burung.
Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan
insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini di program
kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen
yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini
merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz
memisahkan telur-telur yang ditetaskan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok.
Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang
lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya
segera setelah ditetaskan. Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat
Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu
mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok ke dalam
sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat.
Tiap kelompok anak angsa langsung melihat ke arah “ibunya”.
Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis
yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.
Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori
ini ditemukan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku hewan dalam keadaan
nyata. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku
vi
manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari
apa yang terjadi di lingkungan alaminya.
Selain itu, dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia
meliputi teori kelekatan John Bowlby (1969, 1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan
pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting
sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang
mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya
negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi
kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period),
adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan
perilaku tertentu secara optimal. Para Etolog mengamati perilaku secara teliti dalam
lingkungan alamiahnya, seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit
dan lain-lain.
Teori etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku
binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah mempertahankan
wilayahnya, bertindak agresif dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini ditemukan
pula pada diri manusia, karena hal tersebut merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting
dalam perilaku manusia.
Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan
dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau
stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan
angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan
dan perbedaan dalam morfologi. Para teolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan
pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies
mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi
hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Tinbergen
melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah
lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan di samping sarangnya.
Ternyata tawon tersebut kembali ke tengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah
lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan di sebelahnya
dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan
bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus.
Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus
menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mengenal sesuatu.
viii
2.2.3 John Bowlby (1907-1990)
ix
membutuhkan bermain dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing
suka bermain-main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang membuatnya sangat
menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain.
x
lokomotor, dan peningkatan efisiensi sistem saraf menandai pentingnya periode
sensitif.
2. Terdapat kemampuan belajar yang umum dan spesifik (innate) dalam perubahan
biologis sepanjang rentang kehidupan. Kemampuannya berkaitan dengan tingkah laku
insting. Jadi, tingkah lakunya bukanlah tingkah laku yang terjadi akibat pembelajaran
tertentu, melainkan suatu respon dari stimulus eksternal tertentu. Contohnya adalah
induk ayam yang menyelamatkan anak-anaknya.
3. Organisme mampu belajar dari pengalamannya akibat kemampuan belajar yang
dibangun sampai sistem saraf ini.
4. Teori ini juga mempelajari perilaku yang dipelajari (learned behavior) dengan tujuan
sebagai adaptasi.
xi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Teori Etologi
dalam perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan
evolusi. Ada beberapa tokoh yang mencetuskan teori-teori perkembangan etologi, tokoh-
tokoh yang dimaksud yakni Konrad Z.Lorenz yang terkenal dengan etologi modernnya,
Nikolas Tinbergen, dan John Bowlby yang terkenal dengan teori kelekatannya. Teori etologi
ini mendapatkan kritik karena terlalu menekankan pada dasar biologis dan kurang
memadainya perhatian terhadap kognisi
xii
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Abdul Muhid. Nailatin Fauziyah. Soffy Balgies. Tatik Mukhoyyaroh. (2013). Psikologi
Umum. IAIN Sunan Ampel Press. CV. Mitra Media Nusantara.
Ika Lestari. Dayin Fauzi. (2018). KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA. Grand
Kahuripan Cluster Patuha V Blok EG No. 16. ERZATAMA KARYA ABADI
Anggota IKAPI
xiii