Anda di halaman 1dari 16

TEORI PERKEMBANGAN

A. Ilmu Perkembangan Manusia Saat Ini: Sebuah Pengantar


Perkembangan berarti tahap-tahap pertumbuhan, adaptasi, perubahan polahidup,
proses pertumbuhan, beradaptasi, dan perubahan perkembangan fisik, perkembangan
kepribadian, perkembangan emosi sosial, perkembangan pemikiran (kognitif), dan
perkembangan bahasa. Ketika bidang perkembangan manusia menjadi sebuah disiplin
ilmiah maka tujuanya pun berkembang mencakup deskripsi, penjelasan, prediksi, dan
modifikasi perilaku. Keempat tujuan ini bekerja beriringan sebagaimana yang dapat kita
lihat pada perkembangan bahasa. Misalnya untuk mendeskripsikan kapan anak normal
mengucapkan kata umum tertentu, para pakar perkembangan manusia mengobservasi
sejumlah kelompok anak-anak dan menetapkan norma, atau standar perilaku mereka
untuk berbagai umur. Kemudian, mereka mencoba menjelaskan apa yang menyebabkan
atau mempengaruhi perilaku yang diobservasi tersebut. Misalnya, bagaimana anak-anak
menerima dan belajar menggunakan bahasa, dan mengapa anak-anak yang kehilangan
kesempatan untuk mengenal bahasa di awal kehidupannya tidak bisa belajar untuk
berbicara. Pengetahuan akan hal tersebut membuat mereka dapat memprediksi perilaku
di masa mendatang dari kemampuan berbahasa di umur tertentu. Contohnya, anak-anak
dengan keterlambatan perkembangan bahasa akan merasa sulit untuk berbicara.
Akhirnya, pemahaman tentang bagaimana bahasa berkembang mungkin dapat digunakan
untuk memodifikasi perilaku, sebagaimana yang dilakukan.
Studi ilmiah perkembangan manusia merupakan usaha yang terus berkembang.
Pertanyaan yang dicari jawabannya oleh para pakar perkembangan manusia, metode
yang digunakan, dan penjelasan yang mereka sampaikan berbeda dengan pertanyaan,
metode, dan penjelasan yang ada dua puluh lima tahun yang lalu. Perubahan-perubahan
ini mencerminkan kemajuan dalam pemahaman, seiring dengan munculnya penelitian
demi penelitian yang didasarkan atau memberikan tantangan terhadap penelitian
sebelumnya. Perubahan tersebut juga merefleksikan kemajuan teknologi dan perubahan
dalam sikap cultural.
Instrument sensitif yang mengukur gerakan mata, tekanan darah, detakan jantung,
tegangan otot dan yang semisal mengungkapkan hubungan yang menarik antara fungsi
1

biologis, perhatian visual bayi, dan kecerdasan anak-anak. Kamera, video-cassete


recorder, dan computer memungkinkan para peneliti untuk memindai (to scan) ekspresi
wajah bayo untuk mendapatkan tanda awal dari emosi dan untuk menganalisi bagaiman
ibu dan anak berkomunikasi. Kemajuan dalam neuroscience dan brain imaging
(pemindahan otak) pada saat ini memungkinkan kita memecahkan misteri temperamen,
manandai sumber pemikiran logis, dan membandingkan otak yang menua secara normal
dan otak orang yang terkena demensia.
Makin banyak temuan riset yang memiliki aplikasi langsung kepada pengasuhan
anak, pendidikan, kesehatan, dan kebijakan social. Contohnya, mempelajari memori di
masa anak-anak membantu menentukan bobot yang dapat diberikam pada kesaksian
anak-anak di pengadilan. Pengidentifikasian faktor yang meningkatkan risiko perilaku
antisocial memberikan anak cara untuk mencegah hal tersebut terjadi. Pemahaman
bagaimana anak-anak berpikir tentang kematian memungkinkan para professional
membantu anak-anak untuk menghadapi kesedihan. Pemahaman terhadap perkembangan
usia dewasa juga memiliki implikasi praktis, pemahaman tersebut dapat membantu orang
menghadapi transisi kehidupan, misalnya seorang wanita kembali bekerja setelah
perkawinannya bubar, seseorang yang membuat perubahan karier atau akan
mengundurkan diri dari pekerjaannya, janda atau duda yang menghadapi kehilangan,
atau seseorang yang berhadapan dengan penyakit kronis.

B. Proses Perkembangan: Perubahan dan Kestabilan


Para pakar perkembangan tertarik pada dua jenis perubahan perkembangan:
kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam angka atau
jumlah, seperti tinggi, berat, kosakata, perilaku agresif, atau frekuensi komunikasi.
Perubahan kualitatif adalah perubahan dalam jenis, struktur, atau organisasi.
Perubahan tersebut ditandai oleh kemunculan fenomena baru yang tidak mudah
diantisipasi dari keadaan fungsional yang ada lebih dahulu, seperti perubahan dari
embrio ke bayi, atau dari anak-anak yang tidak dapat berbicara kepada sosok yang
mengerti kata-kata dan dapat berkomunikasi secara verbal.
Para pakar perkembangan juga menaruh perhatian pada stabilitas yang menjadi
gejala dasar, atau dalam hal ini, keajekan kepribadian dan perilaku. Walaupun berbagai
2

pengaruh dapat memodifikasi sifat ini, akan tetapi kedua sifat tersebut memiliki
kecenderungan, sampai batas tertentu, untuk menetap terutama dalam diri anak yang
sangat pemalu atau sangat pemberani.
Terkait dengan perkembangan kognitif, beberapa pertanyaan yang pokok dalam
teori perkembangan yang kognitif adalah: dengan alat-alat apa orang memperoleh
pengetahuan. Bagaimana orang memperoleh pengetahuan, menyimpannya dan
mengatakannya? Dalam prinsipnya hal ini berhubungan dengan alat-alat pengenalan
dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir
dan mengamati, jadi tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang mebutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
Psikologis Swis yang sering disebut Piaget telah banyak mempengaruhi psikologi
perkembangan dalam hal perkembangan kognisi. Dia telah memberkan banyak
pendapat-pendapat serta dorongan-dorongan dalam hal ini jika dibandingkan dengan
Ginsburg (1969)
Pengertian kognisi sendiri meliputi aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan
untuk mengetahui sesuatu. Perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan
organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya.
Dalam pandangan ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan.
Perbuatan atau lebih jelas lagi penyesuaian terhadap obyek-obyek yang ada di
lingkungannya, yang merupakan proses interaksi yang dinamis inilah yang disebut
kognisi. Sebagai fungsi mental yang berhubungan dengan proses mengetahui. Proses
kognitif meliputi aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan
pemecahan masalah. Dalam psikologi kognitif bahasa menjadi salah satu obyek
materialnya, karena bahasa merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
C. Perkembangan bersifat kontinu dan diskontinu
Perkembangan bersifat kontinu adalah perkembangan langsung terus sejak masa
konsepsi sampai si anak mencapai kematangan. Perkembangan fisik dan mental
berlangsung terus perlahan-lahan sampai sifat-sifat tersebut mencapai pertumbuhan
yang maksimal pada masa adolesen yaitu masa pubertas antara usia sebelas sampai tiga
belas tahun. Oleh karena perkembangan berlangsung terus menerus, maka apa yang
terjadi pada suatu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. Dapat
3

diumpamakan kekurangan gizi pada masa anak-anak akan menyiksa perkembangan


jasmaniah maupun rohaniah. Ketegangan emosional yang disebabkan oleh keadaan
layaknya rumah tangga yang kurang sehat akan membekas dalam perkembangan
pribadi anak. Keyakinan untuk bergerak maju mulai masa anak-anak dan berpikir
berulang-ulang untuk memutuskan sesuatu seperti orang dewasa itu mereka anggap
tidak memiliki pengalaman dan pendidikan akan hal tersebut. Sebagian para ahli yang
menekankan segi kesinambungan mempunyai arti bahwa perkembangan itu merupakan
perubahan komulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga
meninggal dunia. Dimisalkan disini adalah seorang anak yang mulanya hanya bisa
mengucapkan satu kata, dua kata dan seterusnya hingga ia bisa berbicara dengan baik
dan pelafalan yang benar. Contohnya: pada waktu anak kelas X SMP pelajaran yang ia
dapatkan juga akan mempengaruhi pelajaran dikelas XI SMA juga, pelajaran yang
didapat dikelas XI SMA pun juga akan mempengaruhi pelajaran di kelas XII SMA,
begitu seterusnya sampai akhir si anak tersebut memperoleh pendidikan. Contoh lain
yaitu dalam hal perkembangan bahasa. Ketika masih bayi, seseorang hanya bisa
mengucapkan beberapa suku kata saja, namun semakin bertambahnya usia
perkembangan bahasa yang ia miliki akan bertambah dan terus bertambah sampai
beribu - ribu kata. Perkembangan bahasa ini merupakan hasil dari pengalamanpengalaman sebelumnya, sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih
kompleks dan lebih sempurna.
Perkembangan bersifat diskontinu berarti menganggap bahwa proses
perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Misalkan disini
adalah deskripsi tahap berpikir anak dari piaget - sensori motor, praoperasional, konkrit
operasional, dan formal operasional. Contoh tersebut menggambarkan bagaimana
perbedaan kualitatif (diskontinuitas) itu terjadi dalam proses perkembangan berpikir
anak. Perkembangan diskontinuitas ini merupakan proses perkembangan yang
melibatkan proses - proses berbeda secara kualitatif. Perubahan - perubahan seseorang
terjadi secara tiba - tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, memang sangat
berbeda dengan perkembangan kontinuitas tadi yang tahapannya saling mempengaruhi.
Sebagai contoh perkembangan yang bersifat diskontinu yaitu tahap - tahap
perkembangan cara berpikir anak. Perkembangan ini tidak menggambarkan adanya
perbedaan pada tahap sebelumnya secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif tetapi
bukan sekedar dari pengalaman - pengalaman sebelumnya. Antara keduanya tidak ada
4

yang menang dan tidak ada yang kalah. Karena keduanya sama - sama menunjukkan
perannya dalam perkembangan.
Perkembangan mempunyai arti suatu proses perubahan individu yang
pelaksanaannya teratur berawal dari masa konsepsi dan berlangsung sampai akhir
hayat. Sedangkan pertumbuhan merupakan proses perubahan individu secara fisik.
Perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu dapat diamati gejala-gejalanya.
Dalam perkembangan peserta didik banyak berbagai proses yang saling terkait yaitu
proses biologis, kognitif, psikososial. Ketiga proses ini tidak dapat terpisahkan satu
sama lain. Pendapat-pendapat para ahli yang berbeda dalam hal pengertian istilahistilah dalam perkembangan dan penjelasan materi menjadikan pembahasan tentang
Hakikat Perkembangan Peserta Didik lebih luas materi dan penjelasannya.

D. Bagaimana Pandangan Piaget Tentang Perkembangan Kognitif?


Jean Piaget dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896 di Neuchatel, kota Universitas
di Swiss dan meninggal pada tanggal 16 September 1980 di Jenewa, Swiss. Ayahnya
seorang ahli Sejarah di Universitas Neuchatel, dan digambarkan sebagai seorang yang
rasional dan sistematik dalam cara berpikir. Piaget banyak meniru ayahnya. Sebaliknya
ibunya adalah seorang yang dinamik, cerdas, religius dan sedikit neurotik dan
menimbulkan banyak ketegangan dirumah.
Saat berumur 11 tahun, ia sudah mulai mengeluarkan tulisan pengetahuan alamnya
yang pertama, tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan alam.
Pendidikan formalnya adalah Biologi dan ini mempengaruhi cara pendekatan
dalammenguraikan teori-teorinya. Oleh Samuel Cornut, yang dianggap sebagai tokohbapak, ia diperkenalkan dengan filsafat. Perkenalannya dengan filsafat menimbulkan
ketegangan intelektual padanya, karena ia ingin menggabungkan Filsafat dan Ilmu. Ia
ingin mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan asal
usul pengetahuan. Dari sini Piaget mulai mengalihkan perhatian ke psikologi, secara
khusus psikologi anak. Ia ingin mempelajari asal usul kejiwaan seseorang. Piaget
mula-mula pergi ke Zurich, berkenalan serta mempelajari psikoanalisa dari tokoh
seperti Sigmund Freud, Cari Gustav Jung, dan lain-lain. Pada tahun 1919 Piaget
meninggalkan Zurich ke Paris. Selama dua tahun di Universitas Sorbone Piaget
5

mempelajari psikologi klinis dan filsafat bersama-sama. Kemudian dia bekerja di


Laboratorium Binet, dibawah asuhan Theophile Simon. Pada mulanya Piaget merasa
bosan dengan tes-tes yang dilakukan terhadap anak-anak yakni tes-intelligensi. Tetapi
lama-lama Piaget tertarik pada jawaban-jawaban yang diberikan oleh anak-anak yang
lebih muda. Bukan jawaban yang benar yang menarik perhatian Piaget, melainkan
sebaliknya, yakni jawaban yang salah. Piaget menyadari adanya jawaban yang selalu
menetap dan khusus diperlihatkan berdasarkan hasil cara berpikir anak-anak yang
khusu pula dan yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anak ternyata
bukan merupakan miniatur replica orang dewasa dan cara berpikir anak-anak tidak
sam dengan cara berpikir orang dewasa. Ini merupakan lapangan baru denga Piaget
sebagai tokoh terkemuka yang memperkenalkan teorinya mengenai perkembangan
kognitif.
Beberapa pertanyaan yang pokok dalam teori perkembangan kognitif adalah:
dengan alat-alat apa orang memperoleh pengetahuan, dimana orang memperoleh
pengetahuan, menyimpannya dan menggunaknnya?. Dalam prinsipnya hal ini
berhubungan dengan alat-alat pengenalan dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi
adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati. Jadi tingkah lakutingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
membutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
Jean Piaget memandang banyak persoalan perkembangan kognitif termasuk cara
anak-anak memahami hubungan antara simbol dan objek, bagaimana anak-anak
berusaha untuk memecahkan masalah, pengetahuan anak-anak tentang sebab akibat,
dan kemampuan mereka untuk mengelompokkan objek dan mengikutsertakan
pemikiran yang pasti. Selain itu Piaget melihat perkembangan intellectual atau
kognitif, kemampuan untuk maju anak-anak melalui langkah yang nyata. Setiap
langkah adalah karakteristik oleh munculnya kemampuan baru, dimana dibolehkan
untuk reorganisasi pada pikiran anak-anak. Untuk Piaget, perkembangan bergantung
pada besarnya peranan manipulasi anak-anak dan interaksi aktif dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan (action).
Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental
anak. Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk

mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak
akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya.

E. Skema
Pembagian teori Piaget adalah idenya tentang pengorganisasian pemikiran anakanak dan remaja dan kebiasaan dan bagaimana mereka mengubah pemikirannya seperti
halnya pertumbuhannya. Pola kebiasaan atau pemikiran anak-anak dan orang dewasa
yang digunakan ketika berhadapan dengan objek di dunia itu disebut dengan skema.
Selain itu skema juga dapat diartikan sebagai suatu struktur mental seseorang dimana ia
secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan
beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah
benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem
kesadaran orang. Oleh karena itu skema tidak mempunyai bentuk fisis dan tidak dapat
dilihat. Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran
seseorang. Skema seseorang itu terus-menerus berkembang. Skema seorang anak
berkembang menjadi skema orang dewasa. Gambaran dalam pikiran anak menjadi
semakin berkembang dan lengkap. Misalnya, gambaran anak tentang ayam. Pada
awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karena didasarkan pada cerita orang
tuanya atau pada pengalaman pertama kali melihat ayam. Semakin mempunyai banyak
pengalaman dengan bermacam-macam ayam, gambaran atau skemanya tentang ayam
semakin berkembang dan lengkap. Orang dewasa mempunyai skema yang banyak
karena pengalaman hidupnya. Seorang anak biasanya hanya mempunyai skema yang
terbatas. Namun, dengan semakin banyak berpengalaman dalam hidup dan berkontak
dengan lingkungannya, skema seorang anak akan bertambah banyak. Jelas bahwa
pengalaman seseorang berhadapan dengan situasi lingkungan menjadi unsur yang
penting dalam memperluas dan memperbanyak skemanya.
Secara sederhana skema itu ketika seorang bayi menggenggam sebuah objek
dalam jangkauannya, atau secara kompleksnya ketika murid sekolah menengah atas
belajar bagaimana untuk memecahkan masalah matematika. Skema juga dapat
diklasifikasi seperti kebiasaan (menyerap, mengendarai mobil) atau kognitif
(menyelesaikan masalah, mengkategori konsep). Sebuah skema juga diibaratkan sebuah
program komputer yang dikonstruksi orang untuk berhadapan dengan dunia. Seperti
7

program komputer, setiap skema membicaran tentang semua objek dan kejadiankejadian di tempat yang sama, untuk contohnya, bayi yang paling muda tidak akan
menutupi sesuatu yang bisa kamu lakukan dengan objek yang dipukulkan. Ketika
mereka melakukan itu, objeknya membuat suara dan mereka melihat objek yang
dipukulkan ke permukaan. Ini menceritakan mereka sesuatu tentang objek. Bayi juga
belajar tentang objek dengan menggigitnya, menghisapnya, dan melemparnya. Setiap
kebiasaan itu adalah skema. Ketika bayi menemukan objek baru, bagaimana mereka
mengetahui tentang semua objek itu. Berdasarkan Piaget, mereka akan menggunakan
skema mereka yang telah dikembangkan dan akan mengetahui jika objek membuat
suara yang keras atau lembut ketika dipukulkan, apa itu dirasakan seperti halnya susu
dan mungkin itu sebuah gulungan atau hanya bergedebuk ketika dijatukan (lihat
gambar dibawah ini)

Memukulkan adalah skema favorit yang digunakan bayi


untuk menjelajah dunianya

Contoh lainnya adalah seorang anak akan mengepal tapak tangannya bilamana
pada tapak tangannya diletakkan sebuah benda. Pada saat itu dengan matanya si anak
melihat benda yang ada di tapak tangannya. Di sinia ada 2 skema, yankni skema untuk
mengepal tapak tangan dan skema untuk melihat. Kalau kedua skema ini belum
terpadu, maka kedua perbuatan akan dilakukan secara terspisah. Artinya, gerakan
mengepal tangan karena ada benda dan gerakan melihat benda tersebut terjadi secara
terpisah. Tetapi bilamna kedua skema sudah terpadu, tergabung, teratur melalui
kematangan dan pengalaman, maka anak akan melihat benda yang ada di tapak
tangannya dan kemudian mengambil (mengepal tapak tangan) benda yang dilihatnya
itu.

F. Sistem mengatur yang dikemukakan oleh Piaget, mempunyai 2 faktor :


8

1. Skema
2. Adaptasi, yaitu adaptasi yag dapat dilukiskan sebagai kecenderungan setiap
organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kecenderungan adaptasi ini mempunyai dua komponen atau dua proses yang
komplementer :
a. Asimilasi
Asimilasi adalah kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungannya
guna menyesuaikannya dengan dirinya sendiri. Suatu contoh dalam lapangan
biologi adalah makan, dalam proses ini makanan dari luar masuk ke sel-sel tubuh
setelah diubah dan disesuaikan dengan keadaan sel yang ada, untuk kemudian
berubah menjadai tenaga dan air.
Piaget (1970) mengemukakan : Dari sudut biologi, asimilasi adalah integrasi
antara elemen-elemen dari luar terhadap struktur yang sudah lengkap pada
organisme. Dalam lapang psikologi asimilasi (kognitif) juga memegang peranan
besar. Misalnya ketika sebuah boneka diletakkan di depan seorang bayi. Bayi
tersebut telah memperolah suatu kebiasaan pola tingkah laku terhadap
lingkungannya sehingga bayi akan mencoba mengartikan boneka tersebut dengan
skema-skema yang sudah dimiliki yakni meraih boneka, memegangnya,
melihatnya dan mungkin menggoyang-goyangnya. Bayi mengasimilasikan
boneka tersebut. Peristiwa ini terjadi melalui aksi-aksi yang dilakukan oleh bayi.
Bagi Piaget, aksi-aksi ini menjadi landasan dari kemampuan mengasimilasikan
atau mengatahui bernda-benda di luar dirinya. Dunia bagi anak merupakan
dunia raih. Nilai fungsional objek-dari sudut pandang orang dewasa-diturunkan
menjadi kemungkinan dapat diraih.
Dalam situasi pelajaran maka prinsip asimilasi merupakan hal yang sangat
penting. Menurut Piaget maka setiap anak selalu dalam salah satu stadium
perkembangan. Stadium ini sebagian besar untuk menentukan cara anak
mengenterpreneur suatu tugas verbal misalnya : Anak umur 4 tahun dan umur 10
tahun dapat diberikan suatu tugas verbal yang identik, tetapi harus disadari bahwa
anak hanya akan mengerti tugas tadi sepanjang struktur kognitif, yaitu stadium
perkembangan kognitifnya memungkikan untuk hal itu, anak mengasimilasi tugas
tadi dengan struktur kognitifnya: ia mengerti tugasnya sepanjang ia mampu untuk
mengertinya.
Lerner (1976) memberikan contoh asimilasi kognitif sebagai berikut : Kepada
seorang anak diperlihatkan segitiga sama sisi. Setelah itu kepada anak tersebut
diperlihatkan segitiga lain, yakni segitiga siku-siku. Asimilasi kognisi terjadi
9

kalau si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah


segitiga sama sisi, karena objek di luar dirinya, ketika masuk ke dalam si anak
diubah dan disesuaikan dengan struktur dalam yang sudah ada pada anak.
(gambar 1 dan 2 ).
Contoh lain bisa dilihat pada bayi yang menyusu ibunya. Bayi seakan-akan
tahu melalui aksi-aksi yang diperlihatkan ketika mengadakan hubungan dengan
objek diluar dirinnya, dalam hal ini dengan puting susu ibunya. Bayi telah
mengembangkan struktur kognitif ini dengan dasar aksi-aksi yang diperlihatkan.
Bila mana pada suatu saat bayi tersebut memasukkan ibu jarinya untuk diisap,
maka terjad peristiwa asimilasi. Gerakan mengisap yang dilakukan terhadap ibu
jarinya, sama dengan gerakan mengisap ketika ia menyusu ibunya. Bayi
mengintegrasikan ibu jari terhadap struktur kognitif yang sudah ada yaitu punting
susu ibunya.

(gambar 1 & 2)
b. Akomodasi
Akomodasi adalah kecenderungan organisme untuk merubah dirinya sendiri
guna menyesuaikan diri dengan kelilingnya. Kalau pada asimilasi terjadi
perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi terjadi perubahan pada
10

subjeknya agar ia bisa menyesuaikan terhadap objek yang ada di luar dirinya.
Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan
supaya sesuai dengan rangsang-rangsang dari objeknya.
Contohnya dalam lapangan biologi dapat dikemukakan lagi mengenal
makanan. Bila orgnisme terpaksa untuk makan makanan yang asing, maka sistem
fisiologinya sering kali harus menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan yang
berubah itu.
Dalam lapangan psikologi dapat diambil contoh yaitu bila anak bayi hendak
meraih sesuatu, bayi tadi harus menyesuaikan pengamatannya dengan objek
tersebut untuk dapat melihatnya dengan baik. Dia harus menyesuaikan pola
gerakannya sedekimian rupa hingga ia dapat mencapai objek tadi dengann
tangannya. Dan akhirnya, ia harus menyesuaikan raihannya pada misalnya bentuk
dan berat objeknya.
Dalam situasi pelajaran atau di sekolah, akomodasi memegang peranan
penting, dimana anak harus bersedia untuk selalu memperoleh pengetahuan baru
guna dapat mengatasi masalah-masalah yang baru.
Sedangkan pada contoh segitiga di atas, ketika anak diperlihatkan segitiga
siku-siku, ia mengubah struktur kognitif yang sudah ada padanya, sehingga ia
melihat segitiga itu sebagai segitiga siku-siku, sesuai dengan keadaan sebenarnya,
karena ia mengetahui kedua bentuk segitiga tersebut.
Contoh lain diberikan oleh Lerner dalam menerangkan akomodasi ini sebagai
berikut : Pada suatu sofa yang tidak terlalu besar, duduk dua orang dengan
santainya. Tiba-tiba datang orang ketiga yang duduk di tengah kedua orang itu.
Kedua orang menggeserkan tubuh, memberi tempat dan orang ketiga kemudian
duduk. Yang terjadi disini bawah orang yang sudah duduk dengan santai yang
kemudian harus menggeser tubuhnyaagar orang ketiga yang baru datang itu dapat
duduk di sofa. Kedua orang tersebut harus mengkomodasikan diri terhadap objek
dari luar.
Hubungan asimilasi dan akomodasi adalah komplementer dimana terjadi
secara bersamaan dan saling mengisi padas setiap tingkah laku organisme yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mana yang lebih berfungsi apakah faktor
asimilasi lebih dari akomodasi bergantung pada keadaan. Pada suatu saat keadaan
asimilasi lebih dari akomodasi, pada keadaan lain terjadi sebaliknya. Kegiatan
mengasimilasikan dan mengakomodasikan juga berbeda-beda pada tingkatantingkatan perkembangan. Semakin berkembang kea rah kematangan, semakin
lebih bnayak akomodasi terjadi.
11

Piaget mengemukakan pula bahwa setiap organisme yang mau mengadakan


penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan
(ekulibrium) yaitu antara aktivitas organism terhadap lingkungan dan antara
lingkungan terhadap organism. Agar terjadi ekuilibrasi antara dirinya dan
lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi
secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Kecenderungan organisasi dimana dapat dilukiskan sebagai kecenderungan
bawaan setiap organisme untuk menghintegrasi proses-proses sendiri menjadi
sistem-sistem yang koheren. Kecenderungan ini dapat ditemukan dalam bidang
biologis dan psikologis. Contoh dala bidang biologis adalah berungsinya sistem
fisiologis sendiri sebagai satuan yang terintegrasi.Jika ada gangguan dalam
integrasinya, maka itu merupakan penyakit. Sedangkan dalam bidang
psikologis dapat dilihat bahwa bayi pada mulanya mempunyai dua struktur
tingkah laku yang terpisah : ia dapat meraih dan dapat mengamati sesuatu.
Semula anak tidak bisa mengintegrasi dua struktur tingkah laku ini. Kemudian
dua struktur ini dikoordinasi menjadi satu struktur dalam tingkatan yang lebih
tinggi, yaitu dalam apa yang disebut koordinasi mata dan tangan atau koordinasi
visio-motorik. Hubungan antara adaptasi dan organisasi bersifat komplementer
juga. Bila suatu organisme mengadakan organisasi atau aktivitas-aktivitasnya,
maka ia mengasimilasi kejadian-kejadian barupada struktur-struktur ang ada dan
mengakomodasi struktur-sruktur yang sduah ada pada situasi-situasi baru. Piaget
menamakan kedua proses tadi sebagai faktor-faktor biologis. Alasannya yaitu
bahwa dalal kecenderungan tadi selalu ada pada semua organisme hidup.
Kecenderungan-kecenderungan ini meruakan sifat-sifat keturunan. Dan proses
bekerjanya dua proses ini dalam diri suatu organisme tertentu tergantung pada
keliling serta pengalaman belajar organisme tesebut.
G. Proses Penyeimbangan
Pengertian ekuilibrium atau keseimbangan juga menduduki tempat yang
paling penting dalam teori Piaget. Proses-proses asimilasi dan akomodasi yang
komplementer menyebabkan seseorang selalu berusaha mencapai keadaan yang
seimbang lagi. Disini ada hubungan yang langsung dengan pendapat seorang teoretikus
besar yang lain dalam psikologi perkembangan, yaitu Werner (1959). Werner bertolak
dari prinsip ortogenik. Dia ingin menunjukkan bahwa perkembangan, genesa suatu
12

individu, berlangsung melalui proses yang teratur. Perkembangan akhirnya mencapai


suatu diferensiasi yang semakin tinggi. (motorik yang semula kasar menjadi semkin
halus; hal ini juga berlaku bagi bahasa). Di samping itu perkembangan juga akhirnya
mencapai suatu aturan yang hierargis (fungsi-fungsi yang berbeda-beda makin sesuai
satu sama lain dan makin baik integrasinya). Baik Werner maupun Piaget berpandangan
bahwa perkembangan itu berlangsung melalui rencana yang sudah ada sejak lahir dan
akhirnya mencapai suatu bentuk akhir baik. Prinsip ini pada Werner dan Piaget
merupakan suatu fakta fundamental dalam perkembangan yang merupakan ciri pokok
dalam kehidupan manusia.
Proses adaptasi tidak lepas dari proses organisasi. Juga disini terdapat proses
interaksi yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan. Pengertian keseimbangan
menunjuk pada relasi antara individu dan sekelilingnya terutama pada relasi antara
struktur kognitif individu dan struktur kelilingnya. Disini ada keadaan seimbang bila
individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya untuk mengadakan
asimilasi dan juga tidak lagi harus mengubah dirinya sendiri untuk mengadakan
akomodasi dengan hal-hal baru.Tentunya keadaan ini adalah suatu keadaan ideal. Piaget
memang hanya ingin menunjukkan bahwa menurut pendapatnya dalam perkembagan
berfikir manusia ada suatu arah menuju ke harmoni dan keteraturan.
Piaget juga mengemukakan bahwa stiap organisme yang mau mengadakan
penyesuaian (adaptasi) dengan llingkungannya, harus mencapai keseimbangan
(ekuilibrium) yaitu antara aktivitas organisme terhadap lingkungan dan antara
lingkungan terhadap organisme. Agar terjadi keseimbangan antara dirinya dengan
lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Ekuilibrasi terjadi dalam perkembangan dan mempunyai dasar biologis untuk
penyesuaian diri, serta menjadi dasar bagi perkembangan kognitif. Dalam keadaan
sebenarnya ekuilibrasi ini juga praktis tidak pernah tercapai dan perkembangan kognitif
juga tidak akan berhenti. Pada anak terjadi peristiwa-peristiwa mengasimilasikan,
mengakomodasikan, mencapai keseimbangan untuk sementara waktu, karena terjadi
asimilasi yang fungsional. Demikian perkembangan kognitif berlangsung terus untuk

Gambar 2.1 i
loooooooo

mencapai tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi

13

Pada gambar diatas, seorang anak memperlakukan sama telur yang diberikan
padanya (dia menganggap semua benda yang ia pegang akan berdampak sama saat ia
pukulkan). Namun benda yang ia pukulkan pada saat itu (telur) itu pecah, kemudian
wajahnya menjadi terkejut dengan perbedaan yang terjadi. Bayi itu terkejut dengan
masalah atau situasi yang sebelumnya telah ia hadapi, namun pada situasi ini dia tidak
bisa menangani masalahnya dengan pola yang sama yaitu memukulkan benda yang
diberikan padanya. Disinilah teori Piaget, keadaan yang tidak seimbang diantara apa
yang ia mengerti selama ini dengan apa yang ia temui pada saat itu. Orang-orang
umumnya mencoba untuk mengurangi ketidakseimbangan semacam itu dengan fokus
pada rangsangan yang menyebabkan ketidakseimbangan dan mengembangkan pola
baru atau menyesuaikan pola lamanya sampai kesimbangan pulih. Proses ini akan ia
perbaiki hingga tercapai keseimbangan lagi. Inilah yang disebut equilibration atau
proses penyeimbangan. Menurut Piaget mengajar juga bisa bergantung dengan
proses ini. Ketika keseimbangan ini terganggu, para siswa akan mempunyai
kesempatan untuk menumbuh dan kembangkan kemampuannya.
Guru dapat mengambil keuntungan dari pola keseimbangan ini dengan membuat
situasi yang menyebabkan ketidakseimbangan yang kemudian akan memunculkan rasa
ingin tahu para siswa(Moshman, 1990). Para pengajar ilmu alam dapat melakukannya
saat memperkenalkan konsep baru yang mengusik keseimbangan yang selama ini
tertanam pada para siswa saat akan melakukan sebuah percobaan. Pengajar ilmu sosial
dapat menggunakan teknik ini dengan memberikan penyataan yang provocatip.
Contohnya, seorang guru yang bertanya pada siswanya yang berkebangsaan Amerika
untuk mempertahankan posisi pendukung pemerintah pada revolusi Amerika, dengan
mengajukan sebuah keadaan ketidakseimbangan dipikiran para siswa. Untuk
menyelesaikan ketidakseimbngan ini para siswa harus menampung sebuah pandangan
baru dan kemudian tumbuhlah sebuah pemahaman. Akan tetapi tidak semua murid
dapat mendeteksi ketidaksesuaian ini pada sebuah kata baru, gambaran atau ide yang
memungkinkan terbentuknya ketidakseimbangan.

14

Kemampuan ini dikembangkan oleh seseorang yang kemampuann kognitifnya


berkembang. Piaget menjelaskannya melalui sebuah contoh. Seorang anak yang berusia
lima tahun yang bersikukuh pada kepercayaannya bahwa benda yang ukurannya kecil
akan terapung, sedangkan benda yang ukurannya besar akan tenggelam. Ketika anak ini
ditunjukkan pada potongan besar kayu yang terapung, anak ini pun mendorong dengan
semua tenaganya agar kayu itu tenggelam bahkan sambil berkata kamu itu seharusnya
tenggelam, bodoh!!. Anak ini menentang pengalaman atau masalah yang tidak
seimbang dengan menyangkal itu, karena dia tidak siap untuk membentuk sesuatu yang
lebih abstrak. Disinilah tugas guru atau orang yanglebih tahu untuk menjelaskan pada
anak ini mengapa kayu besar itu mengapung.

Daftar Pustaka
Suparno, P. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
Nijmegen. Psikologi Perkembangan.Yogyakarta, Maret 2008. Gajahmada University Press
http://winanti5599.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/29/perkembangan-kognitif-menurut-jeanpiaget/

15

16

Anda mungkin juga menyukai