Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI-TEORI BELAJAR

Teori Belajar Gagne dan Bruner

Dosen Pengampu: Nukhbatul Bidyati Haka, M.Pd

Disusun Oleh:

Dian Novita Sari (1911060054)

Dewi Uliasari (1911060052)

Diana Anggraini (1911060055)

Imaniar Dwi Lestari (1911060333)

Yesi Rohmadona (1911060456)

Zanuba Hana Hafizhah (1911060462)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah yang berjudul “Teori Belajar Gagne dan
Bruner” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami
dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penyusunan makalah berikutnya di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami selaku penyusun khususnya dan umumnya bagi para
pembaca dan pengguna makalah ini. Aamiin.

Bandar Lampung, 23 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan masalah........................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Pengertian teori belajar............................................................................................3

2.2 Pengertian Teori Belajar Bruner..............................................................................3

2.2.1 Prinsip-Prinsip Belajar Kognitif........................................................................5

2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Perspektif Jerome S Bruner..........................6

2.2.3 Prosedur Perkembangan Belajar Kognitif Jerome S Bruner.............................7

2.3 Pengertian teori belajar gagne..................................................................................9

2.3.1 Fase-Fase Belajar Menurut Gagne..................................................................12

2.3.2 Kejadian Instruksional Gagne.........................................................................15

BAB III............................................................................................................................19

PENUTUP.......................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan............................................................................................................19

3.2 Saran......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling penting dalam pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa tanpa belajar, sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Karena demikian pentingnya belajar maka tidak heran bila masalah-masalah belajar
terus menjadi kajian menarik bagi banyak ahli pendidikan. Teori merupakan prinsip
umum yang didukung oleh data dengan maksud untuk menjelaskan sekumpulan
fenomena. Dengan menggunakan teori sebagai dasarnya, kita bentuk hipotesis yang
kemudian kita tes validitasnya dengan melakukan eksperimen.

Dari pengertian belajar dan teori yang dikemukakan di atas secara ringkas dapat
dikatakan, teori belajar merupakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum yang
melukiskan terjadinya belajar.

Proses belajar tidak bersifat tunggal tetapi terdapat beberapa jenis belajar yang
masing – masing mempunyai ciri – cirinya sendiri biarpun semuanya merupakan
suatu proses belajar. Sekedar istilah ada pakar yang menggunakan istilah ”bentuk
belajar” ada yang menggunakan istilah ”jenis belajar” Robert M. Gagne menyusun
sistematika bentuk atau jenis belajar yang diberi nama ”Lima jenis belajar” Dasar
pemikirannya dipusatkan pada hasil belajar yang diperoleh, tetapi hasil itu
dipandang sebagaima kemampuan internal (Capability) yang menjadi milik pribadi
seseorang dan memungkinkan orang itu untuk melakukan sesuatu. Selain hasil
belajar, Gagne juga meninjau proses belajar yang dilalui orang untuk sampai pada
hasil itu. Misalnya seorang yang telah mempunyai kemampuan main volley dengan
baik, mestinya telah menjalani suatu proses belajar sebelumnya selama beberapa
waktu. Dalam meninjau aspek proses belajar, perhatian khusus diberikan pada
syarat – syarat yang harus dipenuhi pelajar, supaya suatu proses belajar dapat

1
berhasil (internal condition), dan pada syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam
lingkungan dimana proses belajar berlangsung agar efisien (eksternal condition).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?

2. Pengertian teori belajar Brunner?

3. Bagaimana prinsip-prinsip Belajar Kognitif?

4. Bagaimana Langkah-Langkah Pembelajaran Perspektif?

5. Bagaimana Prosedur Perkembangan Belajar Kognitif Jerome S Bruner?

6. Pengertian teori belajar Gagne?

7. Bagaimana Fase-Fase Belajar Menurut Gagne?

8. Bagaiman Kejadian Instruksional Gagne?

1.3 Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar

2. Untuk mengetahui Pengertian teori belajar Brunner

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Belajar Kognitif

4. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Pembelajaran Perspektif

5. Untuk mengetahui Prosedur Perkembangan Belajar Kognitif Jerome S Bruner

6. Untuk mengetahui Pengertian teori belajar Gagne

7. Untuk mengetahui Fase-Fase Belajar Menurut Gagne

8. Untuk mengetahui Kejadian Instruksional Gagne

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian teori belajar

Sebelum kita menguraikan pengertian teori belajar, terlebih dahulu kita


mendefinisakan tentang pengertian teori itu sendiri. Teori merupakan prinsip umum
yang didukung oleh data dengan maksud untuk menjelaskan sekumpulan fenomena.
Dengan menggunakan teori sebagai dasarnya, kita bentuk hipotesis yang kemudian
kita tes validitasnya dengan melakukan eksperimen.

Agus Suprijono menguraikan bahwa teori merupakan perangkat prinsip-prinsip


yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori
diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi-proposisi. Ibarat bangunan,
teori tersusun secara kausalitas atas fakta-fakta, variabel/konsep, dan proposisi.

Dari pengertian belajar dan teori yang dikemukakan di atas secara ringkas dapat
dikatakan, teori belajar merupakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum yang
melukiskan terjadinya belajar. Teori belajar ini sangat membantu pengajar dalam
menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik. Dengan memahami teori
belajar, pengajar akan memahami proses terjadinya belajar manusia. Pengajar
dalam hal ini guru mengerti bagaimana seharusnya memberikan stimulasi sehingga
peserta didik menyukai belajar.

2.2 Pengertian Teori Belajar Bruner


Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang
mengaturpesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Asumsi teori ini
adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah
tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah dimilikinya. Proses belajar akan
berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah

4
dimiliki dan telah terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman
dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks. Model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.

Dalam teori belajarnya Jerome S Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Bruner berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat
dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu :

1) Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh sejumlah


informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula informasi itu yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.

2) Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita pelajari


itu dan mengubah atau mentransformasikannya kedalam bentuk-bentuk
informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.

3) Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita


peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami gejala-
gejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi.

Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang


dipandangnya sebagai alat konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan
kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual adalah bertambahnya
respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang terkandung dalam

5
stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam system
penyimpanan inormasi atau frame psikologisnya Frame psikologis adalah
“representation system” atau internal model yang memberi arti dan organisasi yang
teratur dalam pengalaman individu.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan .
pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melaih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar
memecahkan masalah pada dasarnya adlaha belajar menggunakan metode-metode
ilmiah/berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah serta
rasinal, lugas dan tuntas

2.2.1 Prinsip-Prinsip Belajar Kognitif


Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses
internal. Kegiatana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif itu
sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa, sedangkan kegiatan belajarnya mengikuti
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses


berpikirnya,mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.

2) Anak usia sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kognitif.

6
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan


pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
si belajar.

5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun


dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.

6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.

7) Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan


pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.

8) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena


factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya, pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal dan sebagainya.

Dengan demikian, Bruner lebih banyak memberikaan kebebasan kepada siswa


untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery). Cara demikian
akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak
dilakukan pengulangan.

2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Perspektif Jerome S Bruner


Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya


belajar dan sebagainya)

7
3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topic-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari


contoh-contoh ke generalisasi).

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,


tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6) Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang


konkret ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai ke simbolik.

7) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

2.2.3 Prosedur Perkembangan Belajar Kognitif Jerome S Bruner


Pandangan Bruner mengenai perkembangan kognitif, kultur memainkan peranan
yang sangat penting. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut
;

1) Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam


menanggapi suatu rangsangan.

2) Perkembangan intelektual bergantung pada “system penyimpanan” yang


digunakan oleh anak untuk mengingat abyek-obyek, kejadian dan pengalaman.

3) Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada


diri sendiri atau pada diri orang lain melalui kata-kata atau lambing tentang apa
yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan
dengan kepercayaan pada diri sendiri.

4) Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.

5) Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat


komunikasi antara manusia. Untuk memahamikonsep-konsep yang ada
diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep
kepada orang lain.

8
6) Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga mode


representasi, yaitu ;
1. Mode representasi enaktif (enactive mode of representation), pertumbuhan
intelektualnya ditandai oleh aktivitas atau tindakan. Dalam mode ini, anak
belajar untuk mengalami dunia melalui kontak langsung dengan lingkungan
sekitarnya.
2. Mode representasi ikonik (iconic mode of representation) yang baru ini, anak
menggunakan semacam ikon atau gambaran mental tentang objek untuk
mendapatkan pengetahuan dan untuk meningkatkan pemahamannya mengenai
dunia.39 Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
bentuk perumpamaan dan perbandingan.40
3. Mode representasi simbolik (symbolic mode of representation). Dalam mode
ini, anak merumuskan system simbolis yang paling efisien, yakni bahasa.
Bahasa merupakan sarana yang luwes dan adaptif dan anak menggunakannya
untuk memahami dan mengorganisasikan pola-pola pemikiran.
Sejalan dengan pernyataan diatas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah
ditunggu sampai anak mencapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan
lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Tugas penting guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya
berhubungan, berurutan dan sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan,
konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari pengetahuan yang dapat disajikan
kepada siswa secara sederhana sehingga, dapat dipahami, dikenal dan
dikuasainya.

9
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral
curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat
makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari umum ke
rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk
penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif
orang yang belajar.
Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam Degeng, 1989)
menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan
dua kegiatan mengategori yang berbeda, yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi: mengidentifikasi dan
menempatkan contoh-contoh (objek-objek atau peristiwa-peristiwa) kedalam
kelas dengan menggunakan dasar criteria tertentu. Dalam pemahaman konsep,
konsep-konsep sudah ada sebelumnya sedangkan dalam pembentukan konsep
adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru, jadi
merupakan tindakan penemuan konsep.
Menurut Bruner kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu:
1) Tindakan pembentukan konsep, dan
2) Tindakan pemahaman konsep. artinya, langkah pertama adalah pembentukan
konsep kemudian baru pemahaman konsep. Menurut Bruner, pembelajaran yang
selama ini diberikan disekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery
learning).

2.3 Pengertian teori belajar gagne


Teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan yang
seimbang antara behaviorisme dan kognitisme, yang berpangkal pada teori
pemrosesan informasi. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antar kondisi

10
internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Suyono dan Hariyanto menguraikan bahwa model pengolahan informasi


merupakan model dalam teori belajar yang mencoba menjelaskan kerja memori
manusia yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu: (1) Memori
sensori (sensory memory), suatu sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga
dapat berlangsung analisi persepsi, disini proses berlangsung selama 3-5 detik,
masukan utamnya dari penglihatan suara. (2) Memori kerja (working memory),
merupakan memori jangka pendek/short term memory(STM), mampu menyimpan
5-9 informasi dalam waktu sekitar 15-20 detik, sehingga cukup waktu bagi
pengolahan informasi. Dalam hal ini, informasi yang diberi kode (decode) serta
persepsi setiap individu akan menentukan apa yang disimpan dalam memori kerja.
(3) Memori jangka panjang/longterm memory(LTM). Berfungsi menyimpan
informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi yang tersimpan di
dalamnya dapat dalam betuk verbal maupun visual.

Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai kumpulan kotak yang


dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi
atau keadaan sistem, dan garis-garis menggambarkan transformasi yang terjadi dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain. Suatu model pemrosesan informasi
diperlihatkan oleh gambar berikut.

11
Proses aliran informasi yang terjadi dalam model belajar seperti pada gambar di
atas adalah sebagai berikut. Stimulus lingkungan mempengaruhi reseptor peserta
didik dan masuk ke sistem saraf melalui registor penginderaan (sensory register).
Penerimaan stimulus ini adalah persepsi objek yang pertama kali bagi peserta didik.
Stimulus yang berupa informasi itu dikodekan dalam registor penginderaan yang
representasinya berbentuk pola tertentu. Memasuki ingatan jangka pendek (short-
term memory) informasi itu dikodekan lagi ke dalam konseptual. Jika informasi itu
harus diingat maka sekali.

lagi informasi itu ditransformasikan dan masuk ke dalam ingatan jangka panjang
(long-term memory), disimpan untuk diungkapkan kembali. Perlu dicatat bahwa
ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka panjang sebenarnya tidak berbeda
dalam struktur, tetapi hanya berbeda pada cara penggunaannya. Informasi, baik dari
“ingatan jangka pendek” maupun dari “ingatan jangka panjang” bila diungkapkan
akan melalui penghasil respon (respon generator). Penghasil respon akan
mentransformasikan informasi itu ke dalam tindakan. Perintah/pesan dalam struktur
ini mengaktifkan “efektor” yang berupa otot-otot dan kemudian menghasilkan
tingkah laku yang mempengaruhi lingkungan peserta didik. Dari tingkah laku
peserta didik tersebut dapat diamati bahwa stimulus telah mengakibatkan tingkah
laku yang diharpkan. Ini berarti bahwa informasi telah diproses, sehingga peristiwa
belajar telah terjadi.

12
Dalam proses tersebut yang sangat penting adalah kontrol eksekutif (executive
control) dan harapan (expectancies). Sinyal-sinyal dari sruktur ini berperan untuk
mengaktifkan dan memodifikasi arus informasi. Cara bagaimana belajar terjadi
sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di dalm struktur kontrol eksekutif dan
harapan. Sebagai contoh, dalam situasi belajar setiap individu mempunyai harapan
tentang apa yang akan dapat dilakukan setelah belajar. Harapan ini membimbing
bagaimana individu akan menerima stimulus, bagaimana mengkodekan dalam
ingatan (memory) dan bagaimana mentransformasikan ke dalam tindakan.

2.3.1 Fase-Fase Belajar Menurut Gagne


Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi, Gagne
mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase
itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa
(yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi
dalam pikiran siswa.

a. Fase motivasi (Motivation phase)

Fase motivasi adalah pemberian harapan kepada peserta didik bahwa


dengan belajar mereka akan mendapat “hadiah”. Hadiah disini adalah bahwa
pelajaran yang dipelajari dapat memenuhi keingintahuan mereka tentang
suatu pokok bahasan. Pemberian motivasi memungkinkan peserta didik
berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemberian motivasi ini
dapat dilakukan secara instrinsik/ekstrinsik. Motivasi instrinsik dapat
membangkitkan semangat belajar siswa. Misalnya seorang siswa belajar
karena ingin mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, ia akan
melakukan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus
ditugaskan dan didorong oleh guru. Motivasi ekstrinsik dapat
mempengaruhi/membangkitkan semangat belajar yang timbul dari luar diri
siswa. Misalnya pemberian motivasi, pengajar menarik perhatian siswa
dengan menceritakan kegunaan materi ajar yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Jika pengajar mampu menarik perhatian siswa, maka hal itu
merupakan pertanda bahwa dalam diri siswa timbul motivasi atau rasa ingin

13
tahu untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang disajikan oleh pengajar.

b. Fase pengenalan (Apprehending phase)

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial


suatu kejadian instruksional jika belajar akan terjadi. Misalnya siswa
memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru
atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku. Guru dapat memfokuskan
perhatian terhadap informasi yang penting dengan berkata, misalnya:
“Dengarkan kedua kata yang Ibu katakana, apakah ada perbedaanya?”
Bahan-bahan tertulis dapat juga diperlukan demikian dengan
menggarisbawahi kata atau kalimat tertentu atau memberikan garis-garis
besar untuk setiap bab.

Tahap berikutnya setelah perhatian adalah keluaran dari “daftar sensori”


Kegiatan mental (perhatian) yang diadopsi oleh peserta didik, menentukan
aspek stimulus eksternal yang diterima peserta didik. Ini berarti serangkaian
stimulus-stimulus yang diterima peserta didik, merupakan tanggapan yang
selektif. Supaya terjadinya tanggapan selektif itu dimungkinkan, bentuk
stimulus eksternal harus berbeda-beda. Dengan stimulus eksternal yang
berbeda-beda itu peserta didik memperhatikan adanya unsur-unsur yang
penting dan relevan sehingga sangat membantu kegaiatan belajar selanjutnya.

c. Fase perolehan (Acquisition phase)

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, ia telah siap


menerima pelajaran. Informasi yang disajikan tidak langsung disimpan
dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang
dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa.

Suatu informasi dapat diubah oleh siswa menjadi bermakna sehingga


dapat dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam ingatannya.
Informasi yang tertinggal sementara dalam “ingatan jangka pendek” akan
mengalami transformasi ke dalam bentuk yang sudah siap disimpan. Proses
ini disebut pengkodean.

14
d. Fase retensi (Retention phase)

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori


jangka pendek (short term memory) ke memori jangka panjang
(long term memory). Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali,
praktik, elaborasi, atau lain-lainnya.

e. Fase pemanggilan (Recall phase)

Fase ini merupakan kemampuan mengungkap/memanggil keluar


informasi yang telah dimiliki dan disimpan dalam ingatan. Proses menggali
ingatan dapat dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dalam proses ini, mungkin
siswa akan kehilangan kontak (hubungan) dengan informasi yang ada dalam
“ingatan jangka panjang” (long term memory). Kalau keadaannya sudah
demikian, maka pengajar harus memberikan stimulus eksternal atau
memberikan teknik khusus untuk dapat mengeluarkan informasi yang
tersimpan dalam ingatan. Misalnya, memberikan informasi yang relevan
kemudian meminta siswa untuk mencari kaitannya.

f. Fase generalisasi (Generalization phase)

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer
informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar.
Transfer ini dapat ditolong dengan menyuruh siswa menggunakan informasi
yang telah didapat ke dalam situasi yang berbeda dengan situasi waktu
informasi itu didapat. Jadi dalam fase generalisasi ini peserta didik dapat
belajar untuk memanfaatkan informasi yang telah didapat ke dalam
permasalahan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

g. Fase penampilan (Performance phase)

Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu


melalui penampilan yang tampak. Misalnya setelah mempelajari operasi
bentuk aljabar, para siswa dapat menjumlahkan atau mengurangkan suku-
suku sejenis dalam aljabar.

15
h. Fase umpan balik (Feedback phase)

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement (penguatan)
pada mereka untuk penampilan yang berhasil.

2.3.2 Kejadian Instruksional Gagne

Kejadian Instruksional Gagne nantinya akan berhubungan dengan langkah-


langkah pembelajaran berbasis fase-fase Gagne. Untuk itu dalam hal ini perlu
juga untuk diuraikan beberapa kejadian tertentu yang terjadi dalam pembelajaran
berbasis fase-fase Gagne yang dikenal dengan “Nine instructional events”,
diantaranya adalah:

a. Memberikan perhatian (Gain attention).

Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian


siswa agar siswa mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran.
Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai
rangsangan sesuai dengan kognisi yang ada misalnya dengan perubahan
gerak badan (berjalan, mendekati siswa, dan lain-lain), perubahan suara,
menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik perhatian siswa
atau menyebutkan contoh-contoh yang ada di dalam dan di luar kelas, dan
lain-lain.

b. Memberitahu siswa tentang tujuan pembelajaran (Inform learners of


objectives).

Agar siswa mempunyai harapan dan tujuan selama belajar, maka


pada siswa perlu dijelaskan apa saja yang akan dicapai selama
pembelajaran dan jelaskan pula manfaat dari materi yang akan dipelajari
dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan
menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan
“apakah ia telah belajar?”, “apakah materi yang dipelajari telah dikuasai?”.
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam

16
diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar
tujuannya tercapai.

c. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (Recall of prior learning).

Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada
pelajara, guru perlu mengingatkan siswa tentang materi apa saja yang
telah dikuasai sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan. Dengan
pengetahuan yang ada pada memori kerjanya, diharapkan siswa siap
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan
pengetahuan yang baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah
dipelajari misalnya dengan mengingatkan siswa pada topik-topik yang
telah dipelajari dan memninta siswa untuk menjelaskannya secara
singkat.

d. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (Present material).

Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa berupa
pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru
harus menentukan bahan apa yang harus disajikan berupa informasi
verbal, keterampilan intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis
kemampuan atau bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja
yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar.
Misalnya, bila akan mengajarkan tentang sikap maka pilihlah bahan
berupa model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan
keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan keterampilan
tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.

e. Memberi panduan belajar (Provide guided learning).

Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar


mudah mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan- kemampuan yang
harus dicapainya pada akhir pelajaran. Misalnya bila siswa harus mengusai
konsep-konsep kunci, maka berilah cara mengingat konsep-konsep
tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteritik dari setiap konsep. Bila

17
siswa hrus menguasai keterampilan tertentu, maka bimbinglah dengan cara
menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menguasai
keterampilan tersebut.

f. Menampilkan kinerja (Elicit performance/practice).

Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang


diharapkan, maka mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya
dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru. Misalnya apabila
ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa maka berikan siswa
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat penguasaannya atau bila
ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa untuk
melakukan tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah
sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.

g. Memberikan umpan balik (Provide feedback).

Memberikan umpan balik merupakan fase yang terpenting. Untuk


mendapatkan hasil yang terbaik, umpan balik diberikan secara informatif
dengan cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai siswa. Misalnya jelaskan jawaban siswa yang sudah benar dan
yang perlu dilengkapi atau yang perlu dipelajari kembali oleh siswa
dengan cara “sudah baik”, “pelajari kembali”, atau “lengkapi”, dan lain-
lain.

h. Menilai kinerja (Assess performance).

Merupakan peristiwa pembelajaran yang berfungsi menilai apakah siswa


sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk itu perlu dibuat alat penilaian
yang konsisten dengan tujuan dan diharapkan mampu mengukur tingkat
pencapaian belajar siswa.

i. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan


(Enhanceretention and transfer).

Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar dapat


menjamin bahwa siswanya dapat mengulangi dan menggunakan

18
pengetahuan barunya kapan saja diperlukan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Teori belajar menurut Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan
oleh cara seseorang mengaturpesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh
umur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah
dimilikinya.
2. Bruner berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3
tahap, yaitu : Tahap informasi, Tahap transformasi, Tahap evaluasi

3. Teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan yang


seimbang antara behaviorisme dan kognitisme, yang berpangkal pada teori
pemrosesan informasi. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antar
kondisi internal dengan kondisi eksternal individu
4. Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act).
Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan
oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses
yang terjadi dalam pikiran siswa.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa kekurangan dalam


makalah ini. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
makalah ini lebih baik dan lebih bermanfaat lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto, 2011Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fitria Puteri, dkk., 2010, “Teori Belajar The Conditions Of Learning Menurut
Robert Mills Gagne” Makalah (online), diakses pada September 2012 dari
http://www.slideshare.net/AdeRifaiKolot/makalah-robert-gagne

Ratna Wilis Dahar, 2011Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga,

Tanwey Gerson Ratumanan. 2004 Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University
Press

C. Asri budiningsih. 2005 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Nana Sudjana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta ; Lembaga Penerbit
Fak. Ekonomi UI.

M. Dalyono. 1997 Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

21

Anda mungkin juga menyukai