AGAMA
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS USHULUDDIN
T.P 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata
kuliah studi agama-agama dengan materi “pengertian, objek, metode kajian dan
sejarah psikologi agama”, yang insyaa allah telah kami selesaikan dengan sebaik
mungkin.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita sanjungkan kepada Baginda Nabi
Karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun agar sekiranya dalam
penyusunan makalah yang selanjutnya lebih baik. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, memahami, dan mengamalkannya.
penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua
kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan
tingkah laku dan pengalaman manusia. Psikologi agama meneliti pengaruh agama
terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri
seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku
tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
kostruksi pribadi.
Manusia tampil dimuka bumi ini sebagai homo religius yang mempunyai makna
manusia adalah makhluk yang spesifik, baik dilihat dari segi fisik maupun
nonfisiknya. Ditinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain yang memiliki tubuh
ruhani yang sangat membedakan dengan makhluk lain. Jasmani atau fisik manusia
dikaji dan diteliti oleh disiplin anatomi, biologi, ilmu kedokteran maupun ilmu-
ilmu lainnya; sedangkan jiwa manusia dipelajari secara khusus oleh psikologi.
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno, psyche yang
1
berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi adalah ilmu tentang jiwa.
Para ahli psikologi modern saat ini tidak mengartikan psikologi sebagai ilmu
tentang gejala dan aktivitas jiwa manusia. Apa yang dimaksud dengan jiwa (ruh)
itu, tidak seorangpun tau dengan sesungguhnya. Jiwa adalah sangat abstrak dan
tidak dapat diikuti oleh panca indera.1 Firman Allah : “ Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: “ Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu
psikologik, dan social. Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang
jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula
yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer
bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing
mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Menurut Wilhem
Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap
dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena
cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat
1
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Grafindo Persada, 2004, h. 1
2
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi
pribadi.2 Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang
paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya,
manusia ada yang percaya Tuhan ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini
timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangkau cobaan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, h: 5
3
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi agama terdiri dari kata psikologi dan agama. Psikologi berarti
studi ilmiah atas gejala kejiwaan manusia. Sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas
dalam pengertian kajian ilmiah. Agama merupakan suatu aturan yang menyangkut
dunia, sementara agama merupaka urusan Tuhan yang sudah tentu mengatasi
merumuskan definisi suatu ilmu yang mencakup dua substansi ilmu yang berbeda
watak tidaklah mudah. Bila pendefinisian tersebut keliru, bisa jadi akan
3
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2011, h. 5-6
4
Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah kepercayaan kepada Tuhan
yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam
Martineau).4 Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam
semesta, makna, dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala
sempurna tentang kebaikan melalui setiap aspek wujud kita (F.H Bradley). 6
kesufian, karena kata Tuhan berarti sesuatu yang dirasakan sebagai supernatural,
supersensible atau kekuatan diatas manusia. Hal ini lebih bersifat personal /pribadi
seseorang.
Kemudian efek dari adanya keimanan dan pengalaman dunia yaitu peribadatan
Agama dari segi bahasa yang dapat dibahas dalam uraian yang diberikan Harun
Nasution. Menurutnya agama dikenal dengan kata din bahasa Arab dan kata religi
mengatakan, kata Agama tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi
Agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun temurun.
4
Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan, 2004,
h. 50
5
Ibid. H. 51
6
Ibid. H. 50
7
A. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama,Bandung: penerbit Martiana, h. 17
5
semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini
Dari pengertian tersebut berarti kandungan yang merupakan hukum yang harus
harus dipatuhi
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
kekuatan ghaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia
Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam
agama yaitu:
dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan ghaib
8
Abidin Nata., Metodologi Study Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998, h.13
6
tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan
b. Keyakinan tehadap kekuatan ghaib sebagai penentu nasib baik nasib buruk
manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini
c. Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon ini dalam realisasinya
terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama
primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta
d. Paham akan adanya yang kudus dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini
adakalanya berupa kekuatan ghaib, kitab yang berisi ajaran agama, maupun
tempat-tempat tertentu.9
Psikologi Agama sebagai salah satu cabang ilmu dari psikologi juga merupakan
ilmu terapan. Psikologi Agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah
melalui gejalah perilaku yang dapat diamati. Menurut Zakiah Daradjat perilaku
seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang
kedua orang tua, rela berkorban demi kebenaran, dan sebagainya merupakan
gejala gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Karena
9
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Grafindo Persada. 2001, h.13
7
pengalaman agama setidaknya menjadi fase pengembangan mulai dari anak-anak
eksistensi individu mampu merasakan sesuatu yang ada di luar dirinya, sehingga
melalui interakasi antar pemeluk agama, baik yang bersifat individu maupun
komunal.11 Namun yang penting dalam pendekatan ini adalah melihat gejala-
gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa, seperti bagaimana
bagaimana perkembangan kpercayaan kepada tuhan dari masa anak anak samapai
bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang telah beragama dengan yang tidak
beragama.13
b. Kesadaran yang merupakan suatu yang ada di dalam pikiran, muncul dalam hati
10
Heije Faber, Cirkelen on een Geheim, terj. Margaret Kohl, Psycohology of Religion (London:
SCM Press Ltd. 1976), p. 167
11
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: Pustaka Setia. 2000), hlm. 15
12
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers., 2006), hlm. 50
13
M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia,hlm.33
8
psikologis terjadinya perilaku keagamaan, dan terakhir tejadinya pengaruh agama
kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tentram sehabis
sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-
ayat suci, perasaan tenang, pasrah dan menyerahkan diri kepada Tuhannya ketika
dari pandangan dunia Islam atau setidaknya teori tersebut telah melalui proses
sebagainya.
14
Hasil diskusi mata kuliah Psikologi Agama dan Resolusi Konflik dengan PPs UIN Sunan Kalijaga,
dengan Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag, pada tanggal 20 Februari 2009
9
1. Metoda deskriptif : Metode deskriptif yang digunakan dalam metode
di mana pengamat turut aktif berperan dalam situasi tingkah laku yang
metode ini adalah bahwa jawaban dapat diperoleh dengan cepat dan
tidak semua pertanyaan sesuai untuk semua orang dan perlunya kerjasama
yang digunakan untuk melihat sebab akibat dengan prosedur kerja yang
10
berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen. Metode
tidak lepas dari pendekatan-pendekatan yang pernah dilakukan oleh para pemikir
survei bisa berlaku dalam psikologi Islam, namun ada dua hal yang perlu
diperhatikan: Pertama, kesetaraan porsi dan fungsi antara metode kualitatif dan
kuantitatif, karena ada gejala dan perilaku manusia serta peristiwa khusus yang
psikologi Islam mengakui adanya pengetahuan yang didapat melalui ilham dan
11
intuisi dengan melalui ibadah khusyuk seperti tafakkur, shalat Istikharah, shalat
manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti
hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah
banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut
dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog tentang agama. Kajian-
kajian yang khusus mengenai agama melalui pendekatan psikologis ini sejak
awal-awal abad ke-19 menjadi kian berkembang, sehingga para ahli psikologi
yang bersangkutan melalui karya mereka telah membuka lapangan baru dalam
kemudian mulai mendapat perhatian khusus, hingga menjadi disiplin yang otonom
dengan nama psikologi agama. Menurut Robert H. Thouless, selama sekita tiga
permasalahan khusus dalam psikologi agama sudah banyak sekali. Pernyataan ini
psikologi agama dianggap semakin penting dalam mengkaji tingkah laku agama.16
Pada saat itu William James, guru besar pada Universitas Harvard, diundang
12
Pada waktu itu banyak yang tidak percaya bahwa ada dapat dikaji. Tetapi
mengembangan terhadap agama. Dari hasil kajian William James, maka terbitlah
karya pada tahun 1903 dengan judul The Varieties of Religious Experience.17
terhadap konversi agama, yang diterbitkan beberapa tahun kemudian dengan judul
The Psychology of Religion. Walaupun buku ini pada saat itu lebih sedikit
mendapat perhatian dibanding karya James, ini merupakan kajian paling awal di
pertama yang dilakukan oleh Starbuck terhadap konversi agama sebelum para ahli
Salah seorang di antara para pengikut pertama langkah ini adalah Leuba dari Bryn
Mawr College.18
Terbitnya buku The Psychology of Religion karya E.D Starbuckth tahun 1899
Psikologi Agama telah banyak dilakukan dan jauh sebelum lahirnya Psikologi
Agama di Barat. Seperti terbitnya karya Ibnu Tufail (1110-1185) Hayy Ibnu
Yaqzan, al Ghazali (1059-1111) dengan karya al Munqidz min al Dhalal dan Ihya
17
Robert H. Thouless, An Introduction to the Psychology of Religion, trej. Machnun Husein,
Pengantar Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 1
18
H. Thouless, An Introduction to the Psychology of Religion, trej. Machnun Husein, Pengantar
Psikologi Agama, hlm. 6-7
13
Di Indonesia, Psikologi Agama mulai dikenal sejak tahun 1970 an. Prof. Dr. A.
Mukti Ali dan Prof. Dr. Zakiah Dradjat yang dikenal sebagai pelopor
yang mengarah kepada ilmu Psikologi terapan yang banyak manfaatnya dalam
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
agama secara psikologis secara khusus fokus mencoba melihat sejarah psikologi
agama, objek dan kajian metode psikologi agama. Psikologi agama yang
korelatif dalam pendidikan agama islam. Pertumbuhan rasa agama akan semakin
meningkat dan juga bisa dihubungkan dengan kondisi di sekitarnya, baik sosial,
ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Agama tidak dipandang hanya sebagi
Proses penyadaran dan perubahan untuk meningkatkan nilai jiwa keagamaan pun
bentuk kewajaran dan pasti terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu jiwa
B. Saran
pembaca agar dapat mengeksplorasi lebih jauh lagi dari sumber lainnya. Dengan
demikian, tujuan penulisan makalah ini dapat terwujud. Sehingga harapan penulis
para pembaca memiliki pengetahuan yang luas, kritis, dan juga bijak dalam
15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Nata., Metodologi Study Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2011 Sururin, Ilmu Jiwa
16