Disusun oleh :
Penulis disini juga berterima kasih dan bersyukur atas penyelesaian makalah ini yang
berjudul “TASAWUF DAN KEJIWAAN” khususnya kepada ibu Fatimah Azzahra, M.Pd.I.
selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tentulah masih terdapat banyak sekali kekurangan– kekurangan. Akhir kata,
semoga karya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Amin ya Robbal Alamin.
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah
“jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan
istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-
nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau
ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang
berbeda. psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku
orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang
berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi Belajar psikologi
agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama
dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan kepribadiannya
mencerminkan keyakinannnya. Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan ada yang
tidak ,apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar
naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan tasawuf dan psikologi agama ?
2. Apa hubungan psikologi agama dengan Kesehatan mental?
3. Apa hubungan tassawuf dengan Kesehatan mental ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perbedaan tasawuf dan psikologi agama.
2. Untuk mengetahui hubungan psikologi agama dengan Kesehatan mental.
3. Untuk mengetahui hubungan tassawuf dengan Kesehatan mental.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum
dapat dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan, dengan tujuan
untuk mencapai kaidah-kaidah yang dapat dipakai guna memahami berbagai motif
perilaku, mengenali dan memastikan (gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
perilaku).
Jadi, Psikologi agama terdiri dari dua paduan kata, yakni psikologi dan agama.
Kedua kata ini mempunyai makna yang berbeda. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. (Jalaluddin, 1979:
77). Sedangkan agama memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia.
Menurut Harun Nasution, agama berasal dari kata Al-Din yang berarti undang-undang
atau hukum, religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian
religare berarti mengikat.
Bila dicermati dari ketiga kajian pokoknya, maka jelas bahwa psikologi agama
tidak menyentuh keyakinan atau kepercayaan agama seseorang. Psikologi agama hanya
meneliti seberapa besar atau kecil pengaruh keyakinan terhadap sikap dan perilakunya,
bagaimana proses terjadi, dan bagaimana kondisi jiwa keberagamaan seseorang.
Psikologi agama tidak menyentuh ajaran agama dan atau keyakinan seseorang. Ini
berarti, psikologi agama tidak berhak mendukung, membenarkan, menolak atau
menyalahkan ajaran, keyakinan, atau keimanan seseorang. Ungkapan seperti itu dapat
ditemukan dalam pengertian Jalaluddin, dan juga Thouless, karena keduanya
menyatakan, kajian psikologi agama mengarah pada aplikasi prinsip-prinsip psikologis
perilaku keagamaan seseorang.
5
kejiwaan, dan bentuk-bentuk kemantapan atau kegoncangan dalam kehidupan
keberagamaan seseorang.
Dalam percakapan sehari hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsur
kejiwaan dalam diri manusia. Dalam hal ini cukup beralasan mengingat substansi
pembahasannya, yaitu berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan
identik dengan unsur kejiwaan.
B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas yang
mengacu pada moralitas yang bersumber dari nilai Islam, dengan pengertian bahwa
pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat Islam, karena seluruh agama
Islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral. Tasawuf membina manusia agar
mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab di dalam ajarannya yang menjadi sasaran
utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan
bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi luhur, baik sebagai
makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan Khaliq pencipta
alam semesta.
1. Tasawuf berasal ari istilah “ahlu Shuffah” artinya sekelompok orang di zaman
Rasulullah Saw, yang hidupnya banyak berdiam diri di serambi-serambi mesjid dan
mereka hanya mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
2. Tasawuf berasal dari kata “Shof” yang maksudnya adalah barisan orang yang dalam
sholat yang berada di sohf yang paling depan.
6
3. Tasawuf berasal dari kata “Shaffa” yang artinya adalah orang-orang bersih dan suci
yang mensucikan dirinya dihadapan Tuhannya sesuci-sucinya.
4. Tasawuf diasrtikan sebagai sekelompok orang-orang bani “Shuffah”.
5. Tasawuf diartikan dari bahasa Grik atau Yuanani, yakni “Saufi” yang berarti
hikmah atau kebijaksanaan.
6. Tasawuf berasal dari kata “Shaufanah” yaitu sebangsa buah-buahan kecil dan
berbulu banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi
adalah berbulu-bulu seperti buah itu pula.
7. Tasawuf bersal dari kata “Suff” yang berarti bulu domba atau wol, maksudnya
adalah kaum sufi itu adalah kaum yang sering kali berpakaian yang berasal dari bulu
domba yang menimbulkan kesederhanaan dan kefakiran. (Rosihan Anwar, 2000:9).
Dari ketujuh pengertian tersebut di atas yang diaukui oleh banyak kalangan
adalah yang ketujuh, yaitu makna tasawuf dengan istilah “Shuff” yakni kaum sufi
adalah kaum yang menggunakan pakaian woll, walaupun kenyataannya tidak semua
kaum sufi berpakaian wol.
Pengertian tasawuf secara terminologipun tidak sedikit para ahli yang berbeda
pendapat, hal ini nampaknya disebabkan oleh selera masing-masing dalam memaknai
kata tasawuf. Akan tetapi untuk memberikan penekanan pada pemabahasan ilmu
taswawuf ini, penulis coba pengutip pendapat Al-Junaidi tentang tasawuf, seperti yang
dikutip oleh Mukhtar Solihin, yaitu ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari tentang
pembersihan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia serta berpegang teguh
pada janji Allah dan mengikuti syari’at Rasulullah saw, dengan mendekatkan diri dan
mencapai keridhoan-Nya.
7
menggunakan metode pengkajian psikologis empirik. Tasawuf membahas bagaimana
menyucikan jiwa spiritualitas manusia beragama, psikologi agama membahas
bagaimana pengaruh ajaran agama terhadap seluruh aspek kehidupan manusia yang
observeable.
Pengertian agama menurut J.H. Leuba agama adalah cara bertingkah laku,
sebagai system kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus. Sedangkan
definisi agama menurut Thouless adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa
yang dia percayai sebai mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
8
jiwa. Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab
terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari
tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo,
menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah Memilki
kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya.
Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang
terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang
ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan
orang lain juga berbeda. Menurut Zakaria drajat ciri-ciri Orang yang Memiliki
Kesehatan Mental Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori
yaitu:
Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia,
termasuk terhadap kesehatan. Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman
dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan introspeksi atas segala hal
yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya
sendiri. Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah
dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental
seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan
mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun
kecerdasan intelektual.
Pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek
kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal
dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama,
bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi.
9
E. Hubungan Tasawuf Dengan Kesehatan Mental
Fungsi akhlak tasawuf secara khusus adalah berkaitan dengan kesehatan mental
atau jiwa manusia.Fungsi tersebut diantaranya adalah :
10
kepuasan sejati. Tiga sistim itu adalah Takhalli.Tahalli dan Tajalli. Takhalli adalah
pembersihan diri dari sifat-sifat tercela. Yaitu berusaha mengosongkan tampa ada
sisa-sisa noda dari sifat tercela yang melekat pada batiniah manusia. Disamping itu
juga melaksanakan sistim yang kedua yaitu tahalli (mengisi batiniah dengan sifat-
sifat terpuji). Dengan kita melakukam tirakat seperti itu kita akan menuju maqom
yang lebih tinggi yang dalam salah satu karanganya imam Ghozali berkata ‘’Bahwa
tujuan perbaikan akhlak itu adalah membersihkan hati dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci,bersih bagaikan cermin yang dapat
menerima Nur cahaya Tuhan’’. Jika kita sudah sampai maqom tertinggi maka
kecintaan kepada tuhan telah melebihi kecintaan kita pada materi duniawi bahkan
kita tidak memerlukan lagi kenikmatan dunia yang tak sebanding dengan
kenikmatan ma’rifatillah.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum
dapat dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan, dengan tujuan
untuk mencapai kaidah-kaidah yang dapat dipakai guna memahami berbagai motif
perilaku, mengenali dan memastikan (gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
perilaku). Tasawuf adalah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas
yang mengacu pada moralitas yang bersumber dari nilai Islam, dengan pengertian
bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat Islam, karena seluruh
agama Islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral. Tasawuf membina manusia
agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab di dalam ajarannya yang menjadi
sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf
mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi
luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan
Khaliq pencipta alam semesta.
12
DAFTAR PUSTAKA
Rahmad, Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. (Edisi Revisi). Penerbit Putra Utama:
Jakarta.
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama.Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Ramayulis.2009. Psikologi Agama.Radar Jaya: Jakarta.
Rasihi Anwar, Mukhtar Solihin.2004.Ilmu tasawuf.CV Pustaka Setia: Jakarta.
Nurbakhsi, Javad, 2000. Psikologi Sufi (Penterjemah: Arief Rakhmat), Fajar
Pustaka: Yogyakarta.
Nata, Abuddin.1996.Akhlak Tasawuf.PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
13