Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATA KULIAH HADIST DAN DAKWAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Hadist dan Dakwah

Komunikasi dan Penyiaran Islam

Dosen Pengampu : Bapak Amin Iskandar Lc. M.Ag

Disusun Oleh:

Aliffiyah Puteri Rahmayani (2008302122)

Ro'aeni (2008302127)

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON


1442/2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan Taufiq-Nya.
Sehingga, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat beserta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammmad SAW. Semoga kita diberi rasa cinta
kepada beliau dengan Istiqomah melaksanakan sunnah Beliau sehingga karena itu kita mendapat
syafaat Beliau di Yaumul Qiyamah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eha Julaeha S.Ag. selaku Dosen Pengampu
pada Mata Kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Selanjutnya, kami
berharap semoga dengan adanya makalah ini, kami dapat memberikan gambaran tentang
pemahaman yang dapat saya simpulkan dari berbagai referensi, sehingga mendapatkan predikat
nilai tertinggi, menjadi ilmu yang bermanfaat serta Barokah.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari semua pihak demi
menunjang pengembangan keilmuan kami. Semoga makalah yang kami sajikan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A.    LatarBelakang.................................................................................................1

B.     RumusanMasalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

A.    Pengertian Psikologi Agama...........................................................................3

B.     Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.......................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................12

A.    Kesimpulan.....................................................................................................12

B.     Saran danHarapan..........................................................................................14

C.     Kata Penutup..................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan
manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena
manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat
mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi
kepercayan beragama. Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan
akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan
tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. Adanya perubahan itu
terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena
kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Ketika mengkaji psiklogi agama, seseorang dihadapkan pada dua hal yakni “psikologi”
dan “agama”. Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda, meskipun
keduanya mempunyai kajian aspek yang sama yaitu aspek batin manusia. Memang, manusia
mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga terlihat berbeda dalam
sikap dan tingkah lakunya, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya. Untuk membahas lebih lanjut mengenai psikologi agama, maka dalam makalah
berikut akan diuraikan tentang Pengertian dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Apakah pengertian dari psikologi agama?
2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan psikologi agama?
C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi agama.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata
ini memiliki pengertian yang berbeda.
1.      Pengertian Psikologi.
Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya
ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (ilmu jiwa).[1]
Psikologi Menurut Beberapa Ahli:
         Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku mansia.
         Menurut plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari teentang
hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir. 
         Menurut Clifford T. Morgan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
hewan.
         Menurut H. Sumardi, MSI Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap serta
tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala jiwa yang berada di belakangnya.
         Menurut Ricard H. Thouless Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku pengalaman manusia.
         Menurut Jalaluddin Psikologi adalah imu yang mempalajari gejala jiwa manusia yanng normal,
dewasa, dan beradab.[2].
Barangkali masih banyak lagi definisi yang dikemukakan para ahli tentang psikologi. Tetapi
dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas secara umum psikologi mencoba meneliti
dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan
yang berada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari
kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap
dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Memang manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga
dalam sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan
yang sebenarnya. Mereka yang sebenarnya sedih, dapat berpura-pura tertawa. Ataupun karena
perasaan yang sangat gembira, dapat membuat sesorang menangis. Namun secara umum, sikap
dan perilaku yang terlihat adalah gambaran dari gejala jiwa seseorang. Sikap dan perilaku baik
yang tampak dalam perbuatan maupun mimik (air muka) umumnya tak jauh berbeda dari gejolak
batinnya, baik cipta, rasa dan karsanya.
2.      Pengertian Agama.
Di dalam Agama menyangkut juga masalah yang berhubungan dengan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Banyak para ahli
yang berpendapat tentang arti agama, diantaranya :
         Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau
Dewa- Dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan ( keyakinan tentang
dunia lain ). Ia mendefinisikan agama adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia
yang mencangkup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang
terikat ruang dan waktu -the spatio-temporal physical world ( dunia spiritual ).[3]
         Menurut Harun Nassution, arti agama berdasarkan asal kata, yaitu al-
din, religi (relege, religare) dan agama. Dalam bahasa semit al-Din berarti undang-undang atau
hukum. Dalam bahasa Arab, kata Al-din (Agama) mengandung arti mengusai, menundukkan,
patuh, utang, balasan, kebiasaan. Dalam bahasa latin kata religi (relegere) berarti mengumpulkan
dan membaca ;yang kemudian menjadi kata religare yang berarti mengikat. Adapun kata Agama
(terdiri dari a=tidak dan gam=pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi
turun menurun.[4]
Bertitik tolak dari pengertian agama berdasarkan asal katanya tersebut menurut Harun
Nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus
dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksudkan berasal dari suatu kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Secara definitif,
menurut Harun Nasution, agama adalah[5] :
1.      Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.      Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang mengusai manusia.
3.      Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang
berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.      Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.      Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.
6.      Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan
gaib.
7.      Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap
kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.      Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Selanjutnya, Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama,
yaitu[6]:
a)      Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan
keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina
hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap
perintah dan larangan kekuatan gaib itu.
b)      Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan
demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan
kebahagiaannya terpelihara.
c)      Respon yang bersifat emosionil dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat dalam
bentuk penyembahan karemna didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan
yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi
penganutnya.
d)     Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini ada kalanya
berupa kekuatan gaib, kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.

3.      Pengertian Psikologi Agama


Berdasarkan pengertian dari Psikologi dan Agama yang telah dijelaskan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama
yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Berikut ini akan dikemukakan pula definisi psikologi agama menurut beberapa ahli.
Menurut Zakiah Drajat psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada
seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu.
Sementara Thouless  menyatakan bahwa persoalan pokok dalam psikologi agama adalah kajian
terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, atau kajian terhadap tingkah laku agama dan
kesadaran agama.[7]
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran dan keyakinan suatu
agama atau ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa psikologi agama tidak
berwenang untuk mendukung, membenarkan, menolak atau menyalahkan ajaran agama ataupun
ideologi tertentu.

B.       Sejarah Perkembangan Psikologi Agama


Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang terasa agak
sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas
mengenai hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang
menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci
agama maupun sejarah agama.[8]
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran
manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan
dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19
perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama. [9] 
1.      Psikologi Agama abad ke-19
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap untuk
berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia dipandang
menduduki tempat utama dalam kosmos. Bumi dianggap sebagai pusat alam raya dan segala hal
yang paling indah dan tinggi. Tetapi teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat alam raya
dan teleskop Galileo, ditambah lagi pengaruh pemikiran baru Rene Descartes dan Isaac Newton,
menjadi awal bergeraknya kekuatan baru. [10]
Terbitnya buku origin of spesies, buah karya Darwin tahun 1859, dapat disebut sebagai
langkah simbolis yang mengisyaratkan bahwa hidup manusia sendiri dapat diamati dengan
diteliti serta dibuat hipotesis secara rasonal.
Setelah dua puluh tahun sesudah terbitya buku Darwin , Prof. Wilhem Wundt (1832-1920),
dari Universitas Leipziq, Jerman, mendirikan laboratorium untuk merancang dan memanfaatkan
metode eksperimental yang disesuaikan unuk studi tentang perilaku manusia. Tahun 1879
disebut-sebut sebagai tahun kelahiran psikologi ilmiah modern.[11]
2.      Psikologi Agama abad ke-20
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan
Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall.
Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku
Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, diterbitkan tahun 1899, dan kedua bukunya
William James The Varieties of Religious Experience yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat
penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi. Kemudian, pada
awal abad ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada karya Starbuck dan James-memberi
identitas pada munculnya istilah “Psikologi Agama”.[12]
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih dulu
dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih
awal Ibnu Tufail (1110-1185 M) dan juga Al Ghazali (1059-1111) dalam tulisan – tulisannya
telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama
Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama,
antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku
dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di terbitkan Dar al-
Ma’arif, Cairo, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan
berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian
psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.[13]
Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah Ruh al-Din al-Islamy  (Jiwa
Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah tahun 1956. Demikian pula pada tahun 1963 terbit
buku Al-Shihah al-Nafsiyah karangan Moustafa Fahmy. Dan banyak lagi karya karya ilmuan
muslim tentang psikologi agama. Dapat dipahami bahwa tampaknya memang perkembangan
psikologi agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad ke-20.[14]
3.      Psikologi Agama Di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki
latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-
karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama
dan  Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S.
Djam’an menulis buku Islam dan  Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut
buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.[15]
Di lingkungan perguruan tinggi, Psikologi Agama mulai dikenal tahun 1970-an, yaitu oleh
Prof. Dr. Zakiah, Darajat dan Prof. Dr  A. Mukti Ali yang dikenal sebagai pelopor
pengembangan psikologi agama di lingkungan IAIN di Indonesia. [16]
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya
yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga
mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya. Sekarang banyak terbit
buku, jurnal, majalah tentang psikologi agama yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai
lembaga.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua
kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
1.      Pengertian Psikologi Agama
 Secara umum psikologi mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku
manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada dibelakangnya. Karena jiwa
itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan manusia hanya
mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap dan tingkah laku yang
ditampilkannya.
Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia. Ikatan adalah kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat ditangkap pancaindra, namun mampu mewarnai
kehidupan.
Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
2.      Sejarah Psikologi Agama
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak
kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku manusia yang
berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada
abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama.
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap
untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia dipandang
menduduki tempat utama dalam kosmos.
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan
Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall.
Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku
Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, dan kedua bukunya William James The
Varieties of Religious Experience. Kedua karya itu sangat penting dalam perintisan penyelidikan
fenomena keagamaan dari segi psikologi.
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih dulu
dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih
awal Ibnu Tufail dan juga Al Ghazali dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang
menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama Kemudian pada abad 20,
mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in
Abdul Aziz Al-Malighy menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa
al-Murahiq, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan
berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian
psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki
latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-
karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama
dan  Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S.
Djam’an menulis buku Islam dan  Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut
buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya
yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga
mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya.

B.     SARAN
Sebelum membaca makalah ini, penulis menyarankan supaya pembaca memahami lebih
dahulu apa itu pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama .
Penulis berharap, setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan mengerti apa itu
pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.

C.     KATA PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan,kita pelajari
mendapatkan anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal
alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad. 1997. PsikologiUmum. Bandung: CV Pustaka Setia


http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan-  manfaat.html diakses
pada 9 maret 2015 pukul 17:55
Baharuddin dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama dalam Prespektif Islam. Malang: UIN Malang
press
Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia

Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama (edisi.revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

[1] Ahmad Fauzi, PsikologiUmum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 9


[2]http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan-
manfaat.html diakses pada 9 maret 2015 pukul 17:55
[3] Ibid., hlm.14
[4] Jalaluddin, Psikologi Agama (edisi.revisi), ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 12
[5] Ibid.,
[6] Ibid., hlm. 13
[7] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.  16
[8] Jalaluddin, Op.cit., hlm. 27
[9]Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, (Malang: UIN
Malang press, 2008), hlm. 51
[10] Ibid., hlm. 55
[11] Ibid., hlm. 56
[12] Ibid., hlm. 58

[13]  Ibid., hlm. 58
[14]  Jalaluddin, Lok.cit., hlm. 34
[15] Ibid., hlm. 35
[16] Ibid.,

Anda mungkin juga menyukai