Disusun Oleh :
HUBBULWATHAN DURI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Psikologi agama” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr. H. Abdullah Syarif, MA selaku Dosen
mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Psikologi agama”. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik, dan saran serta usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya Makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di kesempatan yang lainnya.
Penyusun
Desi saputri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia dengan akalnya, pada dasarnya mampu mencapai
keberhasilakeberhasilan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan
tetapi sehebat apapun akalmanusia tetap terbatas terutama dikaitkan dengan sifat
supranatural (alam gaib). Manusia tampil di muka bumi ini sebagai homo religius yang
mempunyai makna bahwa ia memiliki sifat-sifat religius.
Dalam lapangan psikologi agama menyatakan bahwa secara garis besar,
sumber jiwa keagamaan berasal dari faktor intern dan faktor ekstern manusia. Tingkah
laku keagamaan seseorang timbul dari adanya dorongan dari dalam sebagai faktor
intern. Tingkah laku keagamaan itu dipengaruhi juga oleh pengalaman keagamaan,
struktur kepribadian serta unsur kejiwaan lainnya.
Manusia dilahirkan didunia ini dalam keadaan lemah,fisik maupun psikis.
Walaupun dalam keadaan yan demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang
bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan
pemeliharaan yang mantap lebih –lebih pada usia dini. Perkembangan jiwa keagamaan
itu akan berkembang pada diri mereka dipengaruhi oleh factor dari luar diri mereka.
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-
kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan
masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Perkembangan pemhaman remaja
terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan aspek
psikologisnya, yaitu kognitif, emosi, ego, social, dan moral mereka.
Pada dewasa ini kebudayaan dalam masyarakat merupakan system nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga masyarakat yang mendukung
kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah
laku maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi
adalah sesuatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat
pendukungnya.
BAB II
PSIKOLOGI AGAMA
A. Psikologi
1. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yakni psychology yang
merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos
berarti ilmu. Olehnya karena itu, secara harfiah dapat dipahami bahwa psikologi
adalah ilmu jiwa. Kata logos juga sering dimaknai sebagai nalar dan logika. Kata
logos ini menjadi pengetahuan merata dan dapat dipahami lebih sederhana. Istilah
psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang
bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat disangkal
keberadaannya. Psyche sering kali diistilahkan dengan kata psikis.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga saat
ini masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis
(jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan
masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak dan pengetahuan.
Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam
defenisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti:
1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life).
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind).
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-
lain defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang
mendefenisikannya.
2. Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Adapun pengertian psikologi menurut para
ahli yaitu:
1. Chalpin, psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan
hewan, juga penyelidiki terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-
peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.
2. Bruno (1987), psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: pertama, psikologi
adalah studi (penyelidikan) mengenai “roh”. kedua, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai “kehidup mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.
3. Sartain, psychology is the scientific study of the behavior of living organism,
with especial attention given to human behavior. (Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku
manusia).
4. Garden Murphy, psikologi adalah Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan
oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya.
5. Richard Mayer (1981), psikologi merupakan analisis mengenai proses mental
dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.
6. . Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan
berbicara, duduk, berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup
meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
7. Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
B. Psikologi Agama
1. Pengertian Psikologi Agama Menurut Etimologi
Psikologi secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa dalam
Islam kata jiwa disamakan dengan an nafsu namun ada juga yang menyamakan
dengan istilah aruh tetapi istilah an nafsu lebih populer dari pada istilah Ar ruh
karena psikologi dalam bahasa Arab lebih populer diterjemahkan dengan
ilmuwan an nafsu dari pada ilmu Ar ruh dalam Al-Quran surat Al-Fajr ayat 27-
30 disebutkan kata an nafsu berarti jiwa. Dari penjelasan penafsiran Ibnu Katsir
mengenai penafsiran jiwa yang diambil dari penggalan ayat Al-Quran surah
alfajr ayat 27-30 bahwa jiwa sangat erat kaitanya Bahkan tidak dapat dipisahkan
dengan kepercayaan makhluk terhadap Sang Khalik dalam hal yang ghaib (tak
kasat mata).
Agama berasal dari kata religio yang berarti obligation/kewajiban
agama dalam ensiklopedia philosophy adalah kepercayaan kepada Tuhan yang
selalu hidup yakin kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta
dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia selain tentang
pendekatan terhadap Tuhan agama juga mengagungkan
habluminannas/hubungan sesama manusia tidak dibenarkan menyakiti sesama
jika seseorang telah beragama.
Jadi Psikologi Agama merupakan bagian dari psikologi yang
mempelajari masalah-masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian
beragama gejalagejala kejiwaan menurut perspektif Al-Ouran dan As-Sunnah
yang didalamnya tersurat dan tersirat tentang mengatur jiwa manusia melalui
pendekatan terhadap agama dan pedomannya.
2. Pengertian Psikologi Agama Menurut Terminologi
Psikologi menurut terminologi definisikan sebagai: "cabang psikologi
yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan
pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianut serta dalam kaitanya dengan
perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui
pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris".
Psikologi Agama tidak menyinggung persoalan yang menyangkut
masalah akidah atau pokok-pokok keyakinan suatu agama. Demikian juga
masalah yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap yang ghaib, seperti Tuhan
dan sifat-sifatnya. Surga dan neraka dengan latar belakang kehidupan di
dalamnya. Dalam hubungan dengan masalah tersebut psikologi agama hanya
mampu meneliti mengenai bagaimana sikap batin seseorang terhadap
keyakinannya kepada Tuhan, hari kemudian dan masalah gaib lainnya. Juga
bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi penghayatan batinnya, sehingga
menimbulkan berbagai perasaan seperti tentram, tenang, pasrah dan lain
sebagainya.
3. Pengertian Psikologi Agama menurut para ahli
Adapun pengertian psikologi agama menurut para ahli yaitu:
1. Menurut Jalaludin (1979:77), berpendapat bahwa psikologi agama
menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama, kedua kata ini memiliki
pengertian yang berbeda. Dimana psikologi secara umum diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan
beradab, sedangkan agama adalah kepercayaan manusia (keyakinan), jadi
psikologi agama adalah perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
2. Menurut Zakiah Darajat (1970:11), psikologi agama adalah meneliti dan
menelaah kehidupan beragama pada seseorang yang mempelajari berapa
besar pengaruh kenyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta
keadaan hidup pada umumnya. Di sampinga itu, psikologi agama jua
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
3. Menurut Robert H. Thouless:25, berpendapat bahwa psikologi agama
adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman
terhadap perilaku keagamaan dengan megaplikasikan prinsip-prinsip
psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan.
4. Menurut Einstein, pada pidato tahun 1939 di depan Princeton Theological
seminar, ”ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang
dipenuhi dengan gairah untuk mencapai kebenaran dan pemahaman, tetapi
sumber perasaan itu berasal dari tataran agama, termasuk didalamnya
keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku pada
dunia wujud itu bersifat rasional, artinya dapat dipahami akal. Saya tidak
dapat membayangkan ada ilmuwan sejati yang tidak mempunyai keimanan
yang mendalam seperti itu, ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama
tanpa ilmu pengetahuan buta.
C. Objek Kajian Psikologi Agama
Objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-gejala
kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan amaliah dan mekanisme
antara keduanya. Zakiah Daradjat membagi objek psikologi agama membahas
tentang kesadaran agama religious counciousness dan pengalaman agama religious
experience. Lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan
dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai
hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi agama adalah gejala-
gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian
mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal
balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.
Kesadaran beragama adalah aspek pengetahuan dan pengakuan agama
yang ada dalam diri manusia. Kesadaran beragama menurut James adalah kesadaran
individual terhadap zat yang tidak terlihat the reality of the unseen. Kesadaran
beragama dapat bersumber dari berbagai cara. Mulai dari pencarian kebenaran
ajaran agama, keterlibatan dalam kegiataan keagamaan, perenungan, dan
penyelidikan-penyelidikan terhadap peristiwa-peristiwa alam Felser, 2009 Tim
peneliti Universitas California pada tahun 1997 menemukan God-Spot dalam otak
manusia. God-Spot berisikan konsep-konsep tentang Tuhan, ruh dan jiwa yang
telah dialami manusia. Kesadaran beragama mencakup kemampuan manusia
mengenal Tuhan, mengakui Tuhan, mengingkari Tuhan, taat dan tidak taat kepada
ajaran agama. Kesadaran beragama pada manusia ada tiga golongan:
1. Panteisme, menurutnya semesta alam, termasuk manusia merupakan sebagian
dari Allah.
2. Politeisme, menurutnya terdapat banyak Allah, di mana alam semesta
mempunyai segi-segi yang berbeda yang kesemuanya mencerminkan kekuatan
ilahi.
3. Monoteisme, Allah itu satu dan tidak dapat dibagi kemuliaannya, jangan
dicampur dengan hal dunia. Pengalaman beragama adalah perasaan yang
muncul dalam diri seseorang setelah menjalankan ajaran agama. Pengalaman
beragama disebut juga pengalaman spiritual, pengalaman suci atau pengalaman
mistik. Pengalaman tersebut berisikan pengalaman individual yang dialami
seseorang ketika dia berhubungan dengan Tuhan.