Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU JIWA PERKEMBANGAN DAN AGAMA

Dosen Pengampu : H. Junaidi M. Kes., M. Pd

Kelompok 1 :
1. Muzdalifah
2. Salma afitri
3. Siti Nurjanah

Lokal/Semester : A9 Reguler/5

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


KUALA KAPUAS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat waktunya. Makalah dengan judul “SEPUTAR PSIKOLOGI AGAMA ” ini penulis
susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Kuala Kapuas, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengertian Psikologi Agama .................................................................................. 2
B. Objek Kajian Psikologi Agama............................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Psikologi Agama ........................................................................... 3
D. Sejarah Psikologi Agama ........................................................................................ 4
E. Metode Psikologi Agama ....................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Psikologi merupakan kelanjutan dari studi tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan sistematika dan metode ilmiah, sehingga teorinya lebih
objektif. Objek psikologi bukanlah jiwa dan bukan pula masalah-masalah rohaniah yang
bersifat misterius serba rahasia dan sukar diterka. Oleh karena itu para psikolog pun belum
mampu mengetahui kehidupan rohaniah seseorang sebagaimana melihat bayangan dirinya
dalam cermin, walaupun mereka mampu meramal dan mengadakan pragnosa secara ilmiah
mengenai kemungkinan tingkah laku yang akan diperbuat seseorang. Psikologi agama
meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang
bekerja dalam diri seseorang, kaena cara seseorang berfikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah
laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
konstruksi kepribadiannya.

Sudah banyak ahli-ahli psikologi yang menaruh perhatian dalam bidang agama, atau dalam
proses kejiwaan yang berhubungan dengan agama, mencoba memberikan definisi-definisi,
baik tentang psikologi, maupun tentang agama. Namun usaha-usaha mereka untuk membuat
satu definisi atau ketentuan-ketentuan yang tegas dan pasti, tetap terbentuk, karena psikologi
agama harus mencakup sekaligus psikologi dan agama.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian psikologi agama?
2.      Bagaimanakah ruang lingkup dari psikologi agama?
3.      Sebutkan manfaat mempelajari psikologi agama?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup dari psikologi agama.
3.      Untuk mengetahui manfaat mempelajari psikologi agama.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Psikologi Agama


Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi berasal
dari bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan “logos”. “Psyche” yang artinya jiwa dan“logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik
mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakang.

Psikologi secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa. Dalam Islam kata jiwa
disamakan dengan“an-nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan istilah “ar-ruh”.
Tetapi istilah “an-nafsu” lebih popular dari pada istilah“ar-ruh”,  karena psikologi dalam
bahasa arab lebih popular diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh. Dalam
Al-Quran surat Al-Fajrayat 27-30 disebutkan, kata an-nafsu berarti jiwa.

‫ َوٱ ْد ُخلِى َجنَّتِى‬.‫فَٱ ْد ُخلِى فِى ِع ٰبَ ِدى‬ .ً‫ضيَّة‬


ِ ْ‫ضيَةً َّمر‬ ْ ‫ ٰيََأيَّتُهَاٱلنَّ ْفسُ ْٱل ُم‬.
ِ ‫ ٱرْ ِج ِعى ِإلَ ٰى َربِّ ِك َرا‬.‫ط َمِئنَّة‬
“Haijiwa yang tenang.KembalilahkepadaTuhanmudenganhati yang puaslagidiridai-
Nya.Makamasuklahkedalamjemaahhamba-hamba-Ku,danmasuklahkedalamsurga-Ku”.(QS.
Al-Fajr (89): 27-30)

Psikologi agama menurut Jalaludin menggunakan dua kata, yaitu psikologi dan
agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab.

Psikologi menurut Zakiah Darajat, meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan
tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara orang
berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya,
karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.

Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan
psikologi. Jadi penelahaan tersebut merupakan kajian empiris. 

B.     Objek Kajian Psikologi Agama

Psikologi agama tidak menyelidiki tentang ajaran-ajaran secara meteriil, dasar-dasar


agama dan tidak berwenang untuk membenarkan atau menyalahkan pengertian yang ada
dalam agama. Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-
gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme
antara keduanya. Dengan kata lain, meminjam istilah Zakiah Daradjat, psikologi agama

2
membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman
agama (religious experience).

Kesadaran agama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat
dilihat gejalanya melalui introspeksi. Di samping itu, dapat dikatakan bahwa kesadaran
beragama adalah aspek mental atau aktivitas agama, sedangkan pengalaman agama adalah
unsur perasaan dan kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan
yang dihasilkan oleh tindakah (amaliah).

Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses
beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi agama
adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan,
kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara
timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya.

C.    Ruang Lingkup Psikologi Agama

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup
pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah
agama yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu
perbandingan agama memiliki tujuan yang tak jauh berbeda. Yakni mengembangkan
pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode peneliti yang bertipe
bukan agama dan bukan teologis. Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan agama cenderung
memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis tujuannya adalah untuk
mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan agama lainnya.
Sebaliknya psikologi agama, seperti pernyataan Robert H. Thouless (dalam Jalaludin)
memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau
masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan
tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi.

Menurut Zakiah Daradjat (dalam Jalaludin, 2001: 16), menyatakan bahwa lapangan
penelitian psikologi agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama
dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Oleh karena
itu, menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama
meliputi kajian mengenai:

1.    Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram setelah shalat, rasa lepas dari
ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci Al-Qura’an, perasaan tenang,
pasrah dan menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan
dan kekecewaan yang bersangkutan.

3
2.    Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individu terhadap Tuhannya, misalnya
rasa tenteram dan kelegaan batin.

3.    Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah
mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.

4.    Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.

5.    Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat


suci, kelegaan batinya.

D.    Sejarah Psikologi Agama

Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian secara ilmiah tentang agama


dimulai dari kajian para anthropolog. Hasil penelitian Frazer dan Taylor mengenai agama-
agama primitif dinilai sebagai gerakan awal dari kajian itu. Selanjutnya sejumlah penelitian
juga dilakukan oleh para sosiolog, dan juga ahli psikologi seperti Stanley Hall. Tetapi Edwin
Diller Starbuck dipandang sebagai peletak dasar bagi peneliti modern dilapangan psikologi
agama. Bukunya yang memuat pembahasan mengenai pertumbuhan perasaan agama yang
berjudulThe Psychology of Religion, An Empirical Study of Growth of Religion
Counsciousness. Buku yang diterbitkan tahun 1899 tersebut dianggap sebagai buku pertama
mengenai psikologi agama oleh kalangan ahli psikologi agama Barat.

Walaupun secara formal pembahasan tentang psikologi agama di dunia Timur (Islam)
sama sekali tidak ditemukan, hal ini bukan berarti pada masa itu psikologi agama belum
dibicarakan sama sekali. Dari hasil penelitian AE. Afifi ditemukan, bahwa ternyata dalam
filsafat mistis Ibnu Arabi telah banyak diuraikan butir-butir kajian kejiwaan yang tidak jauh
berbeda dengan yang dikaji dalam psikologi modern.Ibnu Arabi sudah membahas psikologi
empiris, sifat-sifat dan fungsi- fungsi jiwa, dan teori tentang mimpi yang banyak diungkapkan
oleh Sigmund Freud. Walaupun pembicaraan mengenai butir-butir psikologi tersebut sangat
lekat dengani penghayatan sufistiknya, namun hal itu jelas mempunyai arti sangat penting
bagi kajian psikologi agama dan kesehatan mental.

Bahasan seputarpengaruh ajaran agama terhadap kehidupan keagamaan banyak


ditemukan dalam buku Ihya U`lum Al-Din dan Al-Munqidz Al-Dhalalkarangan Abu Hamid
Al-Ghazali. Di dalam buku itu ia tidak hanya menguraikan ajaran agama terhadap kehidupan
agama, tetapi lebih dari itu dalam kedua buku tersebut ditemukan tentang pengahayatan Al-
Ghazali sendiri terhadap adanya pengaruh ajaran agama terhadap kehidupan keagamaan.

Konversi al-Ghazali, yang dipahami sebagai masa pematangan beragama seseorang


sebenarnya merupakan bagian integral kajian psikologi agama. William James tampaknya
juga tidak melupakan aspek penting dari kajian psikologi agama ini.

4
Kesehatan mental yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
psikologi agama, juga banyak dibahas oleh para ilmuan muslim. Ibnu Sina sebagai filosof
dan dikter sudah mendiskusikan hal itu dalam buku al-Syifa’ (the book of healing). Menurut
Ibnu Sina, kebahagiaan itu sangat integral dengan akhlak. Kebahagiaan akan dipeeroleh bila
seseorang mampu memilih yang baik dan menyingkirkan yang tidak baik. Penyucian dan
pembersihan kalbu merupakan kunci utama.

Al-Razi sebagai seorang filosof sufi juga telah membahas tentang psikotherapi. Hal
itu dapat ditemukan dalam bukunya al-Thib al-Ruhanty. Dalam buku tersebut, sesuai dengan
judulnya Penyembuhan Jiwa, Razi menguraikan perihal pengobatan dan penawaran kejiwaan.
Sedangkan yang paling menonjol ialah al-Razi mengemukakan cara penyembuhan dan
perawatan kejiwaan dengan pola hidup sufistik melalui konsep zuhud. Berkat karyanya yang
monumental tersebut, menurut Sayyed Husin Nasr, al-Razi diposisikan sebagai seorang
master yang membidani lahirnya ilmu perawatan jiwa.

Namun demikian, terlepas dari pendapat di atas, dalam Al-Qur’an sendiri terdapat
ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang-orang yang beriman atau sebaliknya, orang-
orang kafir, sikap, tingkah laku, doa-doa. Di samping itu, juga terdapat ayat-ayat yang
berbicara tentang kesehatan mental, penyakit dan gangguan kejiwaan, serta kalainan sifat dan
sikap yang terjadi karena kegoncangan kejiwaan sekaligus tentang perawatan jiwa.
Karenanya tidak berlebihan jika Yahya Jaya mengemukakan bahwa psikologi agama, dalam
arti yang amat sederhana, telah ada jauh sebelum abad ke-20, yaitu sejak Nabi Adam, yang
pernah merasa berdosa, yang menyebabkan jiwanya gelisah dan hatinya sedih. Untuk
menghindari kesedihan dan kegelisahan tersebut, ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya
diterima, sehingga ia merasa lega kembali. Firman Allah:

ٍ ‫ َكلِ ٰ َم‬ s‫فَتَلَقَّ ٰى َءا َد ُم ِمن َّربِِّۦه‬


‫ت فَتَابَ َعلَ ْيهِِإنَّهۥُهُ َوٱلتَّوَّابُٱل َّر ِحي ُم‬

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat (untuk bertaubat) dari Tuhannya,


maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang”. (QS. Al-Baqarah (2): 37)

E.     Metode Psikologi Agama

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode
penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta berdasarkan data yang
terkumpul dan dianalisis secara objektif.

Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang
sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas dari
pengaruh-pengaruh subyektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama dapat
dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau menentangnya,

5
maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Makanya dalam penelitian psikologi agama
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

1.   Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia.

2.   Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.

3.   Dalam penelitian haru bersikap filosofis spiritualistis.

4.    Tidak mencampuradukkan anata fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali.

5.    Mengenal dengan baik masalah-masalah psikolgi dan metodenya.

6.    Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya.

7.    Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.

8.    Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.

Dalam meneliti ilmu jiwa, agama menggnakan sejumlah metode, yang antara lain
dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.      Dokumen Pribadi (Personal Document)

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan


kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk memperoleh informasi
mengenai hal dimaksud, maka cara yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi
orang seorang. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiogrfi, biografi, tulisan ataupun
catatan-catatan yang dibuatnya.

Didasarkan pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman batin yang bersifat


individual di kala seseorang merasakan sesuatu yang gaib, maka dokumen pribadi dinilai
dapat memberikan informasi yang lengkap. Selain catatan atau tulisan, juga digunakan dafta
pertanyaan kepada orang-orang yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan secara bebas
memberi kemungkinan bagi responden untuk menyampaikan kesan-kesan batin yang
berhubungan dengan agama yang diyakininya.

Dalam penerapannya metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara
atau teknik-teknik tertentu. Sebenarnya, ada banyak teknik yang digunakan, hanya saja dalam
hal ini penulis akan membahas beberapa teknik saja. Diantaranya yang banyak digunakan
adalah:

a.       Teknik Nomotatik

Nomotatik merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat


atau sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari
hubungan antara sikap dan kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya sikap tersebut.
Sedangkan sikap yang terliha sebagai kecenderungan sikap umum itu dinilai sebagai

6
gabungan sikap yang terbentuk dari sikap-sikap individu yang ada di dalamnya, Philip G.
Ziambardo (dalam Jalaludin).

b.      Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)

Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statistik. Data yang terkumpul
diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap
individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan perimbangan bahwa ada
sejumlah pengalaman keagamaan yang dapat dibaha dengan menggunakan bantuan ilmu
eksakta, terutama dalam mencari hubungan antara sejumlah variabel.

c.       Teknik Idiography

Teknik ini juga merupakan pendekatan psikolgis yang digunakan untuk memahami
sifat-sifat dasar (tabiat) manusia. Berbeda dengan nomotatik, maka ideography lebih
dipusatkan pada hubungan antara sifat-sifat dimaksud dengan keadaan tertentu dan aspek-
aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing individu dalam upaya untuk
memahami seseorang.

d.      Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)

Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan, atau dokumen yang
ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut
kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.

2.      Kuesioner dan Wawancara

Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan


informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden.

Dalam penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai


bentuk. Di antara cara yang digunakan adalah teknik pengumpulan data melalui:

a.       Pengumpulan pendapat masyarakat (Public Opinion Polls)

Teknik ini merupakan gabungan antara kuesioner dan wawancara. Cara mendapatkan
data adalah melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan
penelitian.

b.      Skala penilaian (Rating Scale)

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang


menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan
kelompok, misalnya. Dengan adanya penyebab yang khas ini peneliti  dapat memahami latar
belakang timbulnya perbedaan antarpenganut suatu keyakinan agama. Misalnya sikap liberal

7
lebih banyak dijumpai di kalangan penganut Protestan, dan sikap konservatif lebih banyak
dijumpai di kalangan penganut agama Katolik.

c.       Tes (Test)

Tes digunakan dalam upaya mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi
tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk tes yang
sudah disusun secara sistematis.

d.      Eksperimen

Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan
seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.

e.       Observasi melalui pendekatan sosiologi dan antropologi

         (Sociological and anthropological observation)

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari sifat-sifat


manusiawi orang per orang atau kelompok.

f.       Studi agama berdasarkan pendekatan antropologi budaya

Cara ini digunakan dengan membandingkan antara tindak keagamaan (upacara, ritus) dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Melalui pengukuran statistik kemudian dibuat tolok
ukur berdasarkan pendekatan psikologi yang dihubungkan dengan kebudayaan. Misalnya,
adanya persaudaraan antara sesama orang yang ber-Tuhan, masalah ke-Tuhanan dan agama,
adanya kebenaran keyakinan yang terlihat dalam bentuk formalitas, bentuk-bentuk praktek
keagamaan, dan sebagainya.

Penggunaan metode-metode dalam penelitian psikologi agama sebenarnya dapat


dilakukan dengan beragam, tergantung kepada kepentingan dan jenis data yang akan
dikumpulkan. Adakalanya seseorang lebih memilih dokumen pribadi untuk meneliti
pengalaman agama. Demikian pula ada yang selain menggunakan dokumen pribadi, baik
berupa riwayat hidup, buku harian, catatan, pernyataan, juga menggunakan angket dan
wawancara sebagai pelengkap. Dengan banyaknya metode yang mungkin digunakan, terlihat
bahwa metode yang dipakai dalam penelitian psikologi agama tidak berbeda dengan metode
yang dipakai dalam penelitian ilmiah dalam cabang disiplin ilmu pengetahuan lain.

8
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan

Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta
dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama mencakup
proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama, yang dianut). Oleh karena itu,
menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi
agama meliputi kajian mengenai:

1.        Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum).
2.        Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya.
3.        Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah
mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4.        Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.        Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci kelegaan batinnya.
Hasil kajian psikologi agama tersebut, ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan
kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi, kedokteran, pengobatan alternatif
misalnya ruqyah, ekonomi/perikanan, dakwah, politik maupun mendorong program-program
Pemerintah seperti KB, transmigrasi, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, Malang: Uin Malang
Press, 2008.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai