Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PSIKOLOGI DAKWAH
“PENGANTAR PSIKOLOGI DAKWAH”

DISUSUN OLEH:
MURSALIN

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


STAI MIFTAHUL ULUM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Psikologi Dakwah tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata Psikologi Dakwah. Dalam proses penyusunan makalah ini tidak
lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaikan makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membacanya.

Air Merah, 13 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengantar Psikologi Dakwah..........................................................................................2
B. Perilaku Manusia Dalam Berdakwah..............................................................................6
C. Citra Da’i.........................................................................................................................8
D. Kepemimpinan dan Kepengikutan dalam Berdakwah..................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar Belakang Setiap muslim memiliki kewajiban untuk berdakwah. Dakwah


yang dimaksudkan bukan hanya dakwah di depan mimbar, tetapi mengajak seseorang
untuk melakukankebaikan juga termasuk dalam berdakwah. Salah satu bentuk
keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Kegiatan
dakwah dimaksudkan untuk mengubah sikap kejiwaan mad’u, untuk melakukan hal
tersebut, seorang da’i dituntut untuk memahami ilmu tentang psikologi dakwah.
Dengan menerapkan psikologi dakwah dalam setiap kegiatan berdakwah, da’I telah
melaksanakan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW yang selalu
memperhatikan kesiapan jiwa para orang yang didakwahi dalam menerima pesan
dakwah.

Psikologi dakwah ini meliputi proses kegiatan dakwah dimana sasarannya


adalahmanusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Kedudukanya
pun begitu penting dalam sistematika studi psikologi cukup memiliki peranan penting
karena sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi. Suatu ilmu pengetahuan pastinya akan
berhubungan dengan ilmu yang lainya, begitupun dengan psikologi dakwah yang
berhubungan dengan beberapa ilmu pengetahuan, diantaranya adalah psikologi agama
dan psikologi islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengantar psikologi dakwah?
2. Bagaimana perilaku manusia dalam berdakwah?
3. Bagaimana citra seorang da’i?
4. Bagaimana kepemimpinan dan kepengikutan dalam berdakwah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, didapat tujuan dari pembuatan makalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengantar psikologi dakwah
2. Mengetahui bagaimana perilaku manusia dalam berdakwah
3. Mengetahui bagaimana citra seorang da’i
4. Mengetahui bagaimana kepemimpinan dan kepengikutan dalam berdakwah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar Psikologi Dakwah
1. Pengertian Psikologi Dakwah
Psikologi berasal dari kata bahasa yunani “Psychologi” yang merupakan
gabungan “psyche” yang artinya adalah sebuah jiwa, dan “logos “ yang artinya
adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi adalah ilmu yang
membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya, proses terjadinya, maupun
latar belakang kejadian tersebut. Ada banyak ahli yang mengemumakan
pendapatnya tentang pengertian psikologi itu sendiri, diantaranya;
1. Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia ( jilid 13, 1990 ) psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia baik yang dapat di lihat
secara langsung, ataupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Menurut Dakir, Psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubunganya
dengan lingkungannya.
3. Menurut Muhibbin Syah, adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkahlaku terbuka dan tertutup manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkahlaku terbuka
adalah, tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan
berbicara, duduk, berjalan, dan sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup
meliputi berfikir, keyakinan, perasaan, dan sebagainya.
(Muhibbinsyah, 2001)

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian


psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia,
baik individu dan kelompok dalam hubungannya terhadap lingkungan yang
berbentuk 2 jenis yaitu tingkah laku terbuka dan tingkah laku tertutup.

Secara terminologi, para ahli berbeda-beda dalam memberikan pengertian


tentang dakwah Islam. Ada yang mengartikan bahwa dakwah merupakan
transformasi sosial atau perubahan sosial yang didasarkan kepada nilai-nilai
normatifi tas Islam dan bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi sosial dan
individual yang selaras, serasi dan sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dan ada juga
yang mengartikan dakwah secara normatif yakni mengajak manusia ke jalan
kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat

2
(Abdul Basit, 2006). Pada dasarnya, dakwah merupakan penyampaian pesan hasil
pengolahan pikiran dai terhadap ajaran Islam yang tertuang dalam alQur’an dan
al-Hadis, yang kemudian disampaikan kepada khalayak atau sasarannya yaitu
mad’u, dengan tujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, mendidik, atau hanya
mengisi waktu senggang. Seperti halnya dalam komunikasi, tujuan dari dakwah
tidak lain adalah untuk mengubah sikap, sifat, dan perilaku khalayaknya (al-
mad’u). Sedangkan tujuan dari dakwah adalah supaya mad’u mampu dan mau
mengikuti ajaran Islam yang sebenarnya (Suhandang, 2013).

Berdasarkan definisi-definisi psikologi dan dakwah, maka psikologi


dakwah dapat di artikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan,
dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah.
Psikologi dakwah dapat didefinisikan juga sebagai ilmu pengetahuan yang
bertugas mempelajari/membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia
yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Selain itu, psikologi dakwah
merupakan alat bantu juru dakwah dan para da’I untuk memperoleh pengertian
tentang factor-faktor psikologis yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai
objek dakwah serta untuk mendapatkan pengertian praktis mengenai penyampaian
dakwahnya secara metodologis kepada sasaran agar tujuan dakwah dapat dicapai
secara efektif, efisien, intensif atau secara lebih optimaldan maksimal. (Kafie,
1993:67)

Jadi, Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di


balik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan
pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu sendiri.
Atau bisa juga disimpulkan bahwa Psikologi Dakwah adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya
guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt.

2. Tujuan Psikologi Dakwah


Menurut Salim (2017) ukuran keberhasilan suatu penyampaian adalah
apabila pesan dakwah yang disampaikan oleh dai sampai kepada mad‘ū dalam
keadaan utuh, sedangkan ukuran keberhasilan dakwah dalam arti ajakan adalah
manakala mad‘ū memenuhi ajakan dai. Pengalaman mengajar bahwa tidak semua
ajakan baik diterima sebagai ajakan baik. Tidak jarang seorang dai yang telah

3
bekerja keras menyampaikan dan mengajak masyarakat kearah kebaikan demi
kebahagian mereka justru salah dipahami, konsep kebaikan pada fikiran dan hati
dai tidak terkomunikasikan sehingga mad‘ū tidak dapat menangkapnya atau
bahkan ditangkap dengan pemahaman sebaliknya. Dakwah yang semacam ini
dapat disebut sebagai dakwah yang tidak komunikatif dan dakwah yang tidak
komunikatif pasti tidak efektif, contohnya senyum ramah ibu tiri belum tentu
dipahami oleh anak tirinya. Jadi, suatu pesan baru yang dianggap komunikatif
manakala dipahami oleh penerima pesan itu dan untuk menjadikan pesan itu
dipahami, komunikator harus memahami kondisi psikologi orang yang menjadi
komunikan. Begitupula para dai manakala ingin agar pesan dakwahnya dipahami
maka dakwahnya itu harus disampaikan dengan pendekatan psikologis yakni
sesuai dengan tindakan dan kebutuhan jiwa mad‘ū sesuai dengan cara berfikir dan
cara merasa mad‘ū, dakwa seperti itulah yang disebut dakwah persuasif.
Ungkapan Nabi yang sudah popular dalam hal ini adalah “Berbicaralah kepada
orang sesuai dengan kadar akal mereka“, kadar akal dapat dipahami sebagai
tingkatan intelektual biasa juga dipahami sebagai cara berfikir, cara merasa dan
kecendrungan kejiwaan lainnya. Akan tetapi melalui komunikasi dakwah yang
terus menerus betapapun hasilnya dai dan mad‘ū sekurangkurangnya dapat
memetik tiga hal yaitu: 1) Menemukan dirinya atau mengerti siapa dirinya dan
menempatkan dirinya pada posisi yang tepat. 2) Mengembangkan konsep diri,
konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang diri sendiri. 3)
Menetapkan hubungan dengan dunia sekitar.
3. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Psikologi dakwah merupakan psikologi praktis atau psikologi terapan,
maka ruang lingkup pembahasannya pun berada dalam proses kegiatan dakwah
dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk sosial. Didalamnya melibatkan sikap dan kepribadian para juru dakwah
dalam menggarap sasaran dakwah yang berupa manusia hidup yang punya sikap
dan kepribadian pula. Disinilah akan terlihat adanya hubungan atau antar
hubungan dan saling pengaruh mempengaruhi antara juru dakwah dengan sasaran
dakwah, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernetic INPUT yang
berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru dakwah dengan sikap dan
kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang berupa manusia sebagai individu
dan anggota masyarakat dari mana tiga kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi,

4
konasi, dan emosi) melalui proses belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama, yang merupakan
THRUPUT, sedang tingkah laku yang berubah berupa pengamalan ajaran agama
adalah merupakan OUTPUT.
Memperhatikan sasaran atau objek dakwah yang berupa manusia baik
secara individual maupun sosial atau kolektif dengan berbagai latar belakang
sosio kulturalnya maka psikologi dakwah sekurang-kurangnya mempunyai ruang
lingkup pembahasan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian psikologi dakwah dan rangkaiannya dengan psikologi lainnya.
2. Bantuan psikologi individual dan sosio atau kelompok bagi pengembangan
psikologi dakwah dengan latar belakang sejarah perkembangan psikologi.
3. Faktor motivasi terhadap tingkah laku manusia dalam proses dakwah.
4. Proses dakwah dalam pengertian dan kaitannya dengan proses belajar
manusia.
5. Factor leadership dalam proses kegiatan dakwah.
6. Faktor pengaruh lingkungan terhadap perkembangan hidup beragama
manusia.
7. Metode dakwah yang efektif merupakan permasalahan dalam dakwah.
8. Dan lain-lain yang menyangkut factor perkembangan hidup beragama pada
manusia.
Memperhatikan ruang lingkup pembahasan tersebut di atas, maka
psikologi dakwah mempunyai tugas untuk memberikan kepada kita suatu
pengertian tentang pentingnya memahami tingkah laku manusia, bagaimana
meramalkannya serta mengontrolnya. Pusat perhatian psikologi terhadap proses
dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1. Analisa terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah.
2. Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menjadi respon mad’u.
3. Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, factor-faktor apa
(personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4. Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara persuasive, yaitu proses
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan
psikologis atau dengan menggunakan cara berfikir dan cara merasa mad’u.

(Kamiela, 2015)

5
4. Sasaran Psikologi Dakwah
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila
dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan
dakwah berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau
dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis
berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat
di daerah marginal dari kota besar.
2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat di Jawa.
4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi
tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
5. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari
okupasinal (profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang,
seniman, buruh, pegawai negeri (administrator).
6. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat
hidup sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis
kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
8. Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa
golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan
sebagainya. Dan jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah
meliputi semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan
masingmasing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-
cara yang berbeda-beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa
mad’unya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat
diterima dengan baik oleh mad’u.
B. Perilaku Manusia Dalam Berdakwah
Dakwah sebagaimana dijelaskan sebelumnya, berasal dari akar kata : -‫دعوة‬
‫ دعا‬-‫دعو‬LL‫ )ی‬da’a, yad’u, jada’watan,) yang berarti seruan, panggilan, undangan atau

6
do’a. Abdul Aziz menjelaskan, secara etimologis dakwah berarti: (1) Memanggil; (2)
Menyeru; (3) Menegaskan atau membela sesuatu; (4) Perbuatan atau perkataan untuk
menarik manusia kepada sesuatu; dan (5) Memohon dan meminta.16 Disebutkan pula
bahwa kegiatan dakwah merupakan proses transmisi, transformasi, dan difusi, serta
internalisasi ajaran Islam terhadap umat manusia. Dakwah dalam arti amar ma’ruf
nahyi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup
masyarakat. Ini adalah kewajiban manusia yang memiliki pembawaan fitrah sebagai
social being (makhluk sosial), dan kewajiban yang ditegaskan oleh risalah
sebagaimana tercantum dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul (Alawiyah, 1997). Selain
itu ceramah juga dapat diartikan sebagai ucapan, pidato, atau istilahistilah lain yang
semakna dengan ceramah. Sedangkan ceramah menurut syariat Islam adalah suatu
penyampaian pesan dari da’i kepada mad’u yang sesuai dengan AlQur’an dan Sunnah
Rasul.
Sayyed Qutb mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak atau mendorong
orang untuk masuk ke dalam sabilillah, bukan untuk mengikuti da’i atau bukan pula
untuk mengikuti sekelompok orang (Quth dalam Enjang, 2008). Sedangkan menurut
Ahmad Ghawusy, bahwa “dakwah adalah menyampaikan pesan Islam kepada
manusia di setiap waktu dan tempat dengan metode-metode dan mediamedia yang
sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah)”
(Subandi dalam Enjang, 2008). Berdasarkan penjelasan di atas, dipahami bahwa
dalam kegiatan dakwah terdapat unsur-unsur: (1) da’i, yaitu manusia sebagai subyek
(pelaku); (2) maudhu, Islam sebagai pesan dakwah; (3) ushlub, yaitu seperangkat cara
atau prosedur yang ditempuh ; (4) washilah, yaitu alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan; dan (5) mad’u, yaitu manusia sebagai obyek (sasaran). Dengan
demikian dalam proses dakwah posisi manusia di satu sisi ada yang menjadi subyek
(pelaku) dakwah dan di sisi lain posisi manusia juga menjadi obyek (sasaran) dakwah.
Seorang muslim mesti sadar bahwa dirinya adalah subjek dakwah, ia adalah
pelaku yang tidak boleh absen. Tidak ada kekecualian seseorang untuk lepas dari
kedudukannya sebagai subjek dakwah. Dalam keadaan dan situasi yang
bagaimanapun manusia muslim tetap harus sadar bahwa dirinya adalah subjek
dakwah yang secara terus menerus melaksanakan tugasnya sebagai da’i dengan cara-
cara yang sesuai tempat dan situasinya. (Enjang As dan Aliyudin 2009)
Subjek dakwah ini adalah salah satu unsur dari berbagai macam unsur dakwah
yang memiliki kedudukan sangat tinggi. Karena, subjek dakwah ini (da’i) bagaikan

7
guide atau petunjuk arah terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan
dunia dan akhirat.. Sukses atau tidak suksesnya suatu ceramah bukan dilihat dari
gelak tawa dan tepuk tangan dari pendengarnya, bukan pula dari ratapan dan nangis
mereka, dan pendengaran mereka, ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa dan hati
yang kemudian tercermin dalam sebuah tingkah laku yang baik.
Manusia dengan berbagai keistimewaan tertentu dan kelebihan yang
dimilikinya, seperti pandai berbicara, bentuk ragawi yang sempurna, serta dilengkapi
dengan berbagai organ psikofisik yang istimewa, seperti panca indera dan hati,
kemampuan berpikir untuk memahami alam semesta, memiliki akal untuk memahami
tandatanda keagungan-Nya, qalbu untuk mendapat cahaya iman, dan agama sebagai
tuntunan maka manusia diberi tugas memakmurkan bumi, dan mengemban amanah
dan beribadah kepada-Nya, serta diberi kewajiban menegakkan kebajikan dan
menghilangkan keburukan, dengan sepenuh tanggungjawab. Kemudian manusia
dengan berbagai kelemahan yang dimilikinya, maka manusia wajib diselamatkan
dengan cara diseru, diajak, diberi penegasan agar mereka tetap berada dalam
sabilillah, yaitu menjadi mutaqin, mukminin, dan menjadi orang-orang sabar dan
tidak menjadi orang-orang yang dimurkai Allah dan sesat hidupnya, tada juga yang
fasik, dzalim, ingkar, musyrik, dan ada juga yang menjadi manusia munafik.
Dakwah yang dilakukan manusia terhadap diri sendiri atau sesama (manusia
lainnya) merupakan ikhtiar, untuk mendorong dan mendayagunakan potensi ilham
taqwa dan mengalahkan ilham fujur, karena sekalipun memiliki banyak kelemahan,
manusia dalam pandangan al-Qur’an manusia pada dasarnya baik, karena fitrah
manusia adalah suci dan beriman, dan berkecenderungan kepada agama, sebab sadar
atau tidak manusia pada dasarnya merindukan Tuhan, taat, khusyu, tawakal dan tidak
ingkar. Dakwah yang dilakukan oleh manusia kepada sasamanya dapat dilakukan
dengan pendekatan, yaitu da'wah bi ahsan al-qawl dan da'wah bi ahsan al-'amal.
Sedangkan dalam pelaksanaanya bisa dalam bentuk: tabligh, irsyad, tadhir dan
tathwir.
C. Citra Da’i
Dalam wacana ilmu komunikasi citra itu semakna dengan kredibilitas, yaitu
seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat yang terdapat pada komunikator6 .
Dalam pengertian ini terkandung dua hal: Pertama, kredibilitas adalah persepsi
komunikan; jadi tidak inheren dalam diri komunikator. Kedua, berkenaan dengan

8
sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut sebagai komponen-komponen
kredibilitas(Rahmat, 1998).
Komunikator yang dinilainya tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas,
mampu, ahli, berpengalaman atau terlatih. Sebaliknya, komunikator yang dinilai
rendah pada keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu atau bodoh.
Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan
dengan wataknya, apakah komunikator dinilai jujur, tulus bermoral, adil, sopan atau
etis, atau dinilai tidak jujur dan tidak etis. Dalam hal ini Aristoteles menyebutnya
dengan “good moral character” orang baik yang berbicara baik (Rahmat, 1998) .
Koehler, Annatol dan Applbaum menambah empat komponen:
1. Dinamisme, yakni komunikator yang memiliki dinamisme bila ia dipandang
sebagai bergairah, bersemangat, aktif dan tegas. Dalam komunikasi, dinamisme
memperkokoh dengan cara berkomunikasi.
2. Sosialibitas, yakni kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang
periang dan senang bergaul.
3. Ko-orientasi, yakni kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang
mewakili kelompok yang kita senangi dan mewakili nilai-nilai kita.
4. Kharisma, yakni digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang
dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan.

Dalam pandangan Islam citra da’i dapat dilihat dari konsep prinsip-prinsip
komunikasi yang termuat dalam al-Qur’an. Kata kunci komunikasi yang banyak
disebut dalam al-Qur’an adalah “qaul”. Kata “qaul” dalam konteks perintah (amr)
dapat disimpulkan enam prinsip komunikasi, keenam prinsip itu adalah qaulan
sadîdan, qaulan balîghan, qaulan maysûran, qaulan layyinan, qaulan karîman dan
qaulan ma’rûfan:

1. Qaulan sadîdan (Q.S. An-Nisa [4]: 9)


Sadîdan memiliki makna benar. Qaulan sadîdan yang diartikan sebagai
pembicaraan yang benar, jujur, lurus, tidak bohong serta tidak berbelit-belit.
2. Qaulan balîghan (Q.S. An-Nisa [4]: 63)
Ayat ini berbicara tentang prilaku orang munafik, ketika diajak untuk
mematuhi hukum Allah, mereka menghalangi orang lain untuk patuh. Kalau
mereka mendapat musibah karena perbuatan mereka sendiri, mereka datang

9
mohon perlindungan atau bantuan. Orang seperti ini perlu didakwahi dengan cara
ungkapan yang mengesankan (qaulan balîghan).
3. Qaulan maysûran (Q.S. Al-Isra [17]: 28)
Kata maysûran berasal dari kata yasara yang berarti mudah.12 Oleh Al-
Marâghy ditafsirkan dengan mudah lagi lemah lembut.13 Menurut Jalaluddin
Rahmat bahwa qaulan maysûran diartikan dengan ucapan yang menyenangkan.
4. Qaulan layyinan (Q.S. Thaha [20]: 44)
Qaulan layyinan secara harfiah diartikan dengan perkataan yang lembut.
Berkata lembut adalah salah satu kiat komunikasi efektif yang diajarkan Islam.
Berkomunikasi harus dilakukan dengan lembut tanpa emosi, tanpa cacian dan
makian sehingga yang diajak itu merasa dihargai.
5. Qaulan karîman (Q.S. Al-Isra [17]: 23)
Qaulan karîman mengisyaratkan bahwa dalam menyampaikan ajaran-ajaran
Allah harus disertai dengan penghormatan, artinya lawan bicara diperlakukan
dengan penuh rasa hormat. Prinsip ini sejalan dengan dengan komunikasi
humanistis dari Carl Rogers dan Eric Fromm dan komunikasi dialogis Martin
Buber.
6. Qaulan ma’rûfan (Q.S. An-Nisa [ 4]: 5).
Secara etimologis kata ma’rûfan berati al-khair yang berarti yang baik18.
Dengan demikian qaulan ma’rûfan mengandung pengertian perkataan yang baik
dan pantas. Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa qaulan ma’rûfan berarti
pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan
pemikiran, menunjukkan pemecahan masalah.

Dari keenam prinsip-prinsip komunikasi dalam al-Qur’an tersebut di atas jika


diproyeksikan dalam frame citra da’i maka dapat diambil dua prinsip utama:

1. Prinsip qaulan sadîdan yang diartikan sebagai pembicaraan yang benar, jujur,
lurus, tidak bohong serta tidak berbelit-belit. Dalam memahami pengertian benar
terdapat beberapa makna. Makna pertama adalah sesuai dengan kriteria
kebenaran. Untuk orang Islam, ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai
dengan al-Qur’an, al-Sunnah dan ilmu. Makna kedua; Qaulan sadîdan adalah
ucapan yang jujur serta tidak berbohong.
2. Prinsip qaulan balîghan. Dalam alQur’an kata qaulan balîghan tercermin dalam
surat (QS. an-Nisa [4]:63) berkatalah kepada mereka dengan qaulan balîghan.

10
Kata balîgh dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai sasaran, mencapai
tujuan. Jika dikaitkan dengan kata qaul (ucapan, komunikasi), kata balîgh berarti
fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Oleh
karena itu qaulan balîghan berarti prinsip komunikasi yang efektif.

Ada tiga tugas penting yang harus dilaksanakan seorang penjuru Da’i dalam
kancah ma’rakah dakwah (bisa dalam bentuk amal tabligh, siyasiyah/politik, hingga
ghazwah/perang).

1. Seorang kader penggerak dakwah  harus punya tugas moral untuk menjadi


penggerak semua rekan- rekan seperjuangannya untuk mau berpartisipasi dalam
pemengan dakwah. Ini dilakukan dengan membangkitkan orientasi perjuangan
(ijtihad jiyadiyah) sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan RasulNya.
2. Seorang penegak dakwah yang sejati senantiasa mengawal perjuagan rekan- rekan
perjuangannya agar mamu menjaga syakhsiyah rabbaniyah sebagaimana telah
ditempa sebelumnya dalam proses panjang tarbiyah dan ma’rakah
siyasiyah sebagai contoh adalah medan ujian bagi soliditas kepribadian (matanah
syakhsiyah) para kader penggerak dakwah, sebagai medan aktualisasi nilai dan
fikrah yang diyakini kebenaranya serta sebagai medan tarbiyah
madaniyah (pendidikan lapangan) yang sangat berharga.
3. Seorang dakwah yang istiqomah akan selalu melakukan konsolidasi kepribadian
dan barisan dengan rekan-rekan seperjuangannya, baik ketika bersiap maupun
ketika kembali dari medan ma’rakah (lapangan). Tidak bisa dinafikan  bahwa
akan muncul masalah-masalah oprasional yang menimpa sebagian jajaran kader
dakwah sebagai konsekuensi gesekan dan benturan di lapangan dakwah. Terutama
ketika medan yang merkea masuki adalah medan ma’rakah siyasiyah yang penuh
firnah. Karena itu konsolidasi dan merapatkan barisan  adalah solusi yang
senantiasa dilakukan; dan sarananya adalah ke medan tarbiyah. (Nursyarifah dkk,
2016)

Menurut Nursyarifah dkk (2016) ada beberapa faktor yang Mempengaruhi


Persepsi pada Da’i, diantaranya:

َ ‫َر َوُأولَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك‬

11
“Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian sebagian orang-orang yang mengajak
kepada kebaikan dan menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; Dan mereka dalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali
Imran: 104).

Firman Allah di atas merupakan landasan daripada proses kegiatan dakwan


dan penerangan agama yang harus dilaksanakan dalam masyarakat. Dalam proses itu
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegiatan dakwah dan penerangan
tersebut agar dapat berlangsung dengan baik. Faktor-faktor tersbut adalah
menyangkut hal hal sebagai berikut:

1. Pelaksana dakwah atau penerang agama yang disebut juru dakwah atau penerang
agama, di dalam masyarakat terkenal dengan sebutan para mubaligh (Da’i).
Faktor ini merupakan kuncinya dakwah/penerang agama oleh karena itu ia
bagaikan orang yang memegang alat dakwah. Dan dalam faktor ini terdapat ciri-
ciri serta persyaratan-persyaratan prikologis yang sangat kompleks bagi pelaksana
yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah/penerangan
agama tersebut.Ciri dan persyaratan berikut sebagai berikut :
a. Memiliki keteladanan yang baik
Keteladanan penting dimiliki olehseseorang karena itu yang tampak
pada figur “hidup” yang ada di hadapan oranglain. Orang lebih mudah
menerima jika mereka melihat seperti apa yang baik,bukan dengan kata-
kata beginilah seharusnya manusia bersikap.
b. Lembut
Secara logika, jika seseorang dijauhi oleh yang lain, bagaimana
mungkin ia bisa menjadi sosok manusia ideal dan sikapnya pantas
diteladani? Kelembutan yang dimiliki tidak hanya ditujukan pada sesama
manusia saja, tetapi kepada semua hal dan semua makhluk ciptaan Allah,
kepada hewan, tumbuhan, dan dalam setiap perilaku.Seperti yang termuat
dalam dalil diatas, kelembutan dapat dimiliki karena rahmat Allah, maka
satu-satunya jalan adalah dengan selalu memohon dan mendekatkan diri
kepada Allah.
c. Hobi Mengokohkan Hati
Jika seseorang sudah menjadi baik, ia tidak akan menyimpan kebaikan
itu untuk dirinya sendiri, ia akan berusaha menyebarkan kebaikan ke

12
seluruh umat. Maka dari itu, ciri ketiga dari sosok manusia ideal adalah
hobi mengokohkan hati saudaranya. Cara-cara yang dapat ditempuh antara
lain dengan:
 Mendekatkan diri dengan Al Qur’an,ini merupakan obat dari
berbagai jenis penyakit
 Menerima nasihat
 Taubat dan istighfar
 Tadabbur dan Khusyuk
 Malu
 Membayar zakatnya hati, dengan amalan-amalan wajib dan sunnah
yang diperintahkan oleh Allah.
 Berani, yang berupa gelora hati,kemarahan, kebangkitan, dan
ketegarannya.
d. Merasakan Kesertaan Allah
Merasakan kesertaan Alloh adalah ciri asasi seorang da’i yang dapat
menghasilkan sifat-sifat penting yang diperlukan da’i kepada kebenaran
(di antaranya adalah tangguh, tegar, yakin, berani,sabar, dan percaya diri).
Sebaik apapun manusia, dia tidak akan adaapa-apanya jika ingkar
kepada Allah.   Itulah sedikit dari ciri manusia(murabbi) ideal dari salah
satu sudut pandang seseorang.. Saya yakin semua orang memiliki standar
sosok manusia ideal bagi dirinya. Yang terpenting adalah semuanya
berdasar pada sifat Rasulullah Muhammad saw.
2. Objek atau sasaran dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan
dibina menjadi manusia beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Obyek tersebut
dilihat dari aspek psikologis yang memiliki variebilitas yang luas dan rumit,
menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda yang menuntut
pendekatan yang berbeda-beda.
3. Lingkungan dakwah adalah suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi
perkembangan sasaran dakwah baik berupa individu maupu kelompok manusia
serta kebudayaan.
4. Alat-alat dakwah yang disebut juga media dakwah adalah faktor yang dapat
menentukan kelancaran proses dakwah.

13
5. Tujuan dakwah adalah suatu faktor yang menjadi pedoman arah proses yang
dikendalikan secara sistematis dan konsisten.
D. Kepemimpinan dan Kepengikutan dalam Berdakwah
1. Kepemimpinan Dalam Berdakwah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditemukan arti harfiah
kepemimpinan dengan perihal memimpin. Sedangkan menurut istilah oleh
beberapa pakar antara lain; Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership.
Kepemimpinan berbeda arti dengan pimpinan. Pimpinan adalah orang yang
tugasnya memimpin sehingga pimpinan dapat juga disebut manajer, sedang
kepemimpinan adalah bakat/sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin/manajer. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun
kelompok. Sedangkan Abi Sujak mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu
tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, mengandung arti adanya
kemampuan mempengaruhi orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Sedangkan kepemimpinan dakwah oleh H. Zaini Muchtarom memberikan
pengertian sebagai suatu sifat atau sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh
seorang yang menyampaikan dakwah (dai) yang mendukung fungsinya untuk
menghadapi publik dalam berbagai situasi. Dengan demikian kepemimpinan
dakwah merupakan suatu kemampuan khusus yang dimiliki oleh pelaksana
dakwah untuk mempengaruhi perilaku orang lain sesuai yang diinginkan oleh
pelaksana dakwah.

(Mahmudin, 2014)

a. Ciri-ciri Kepemimpinan Dakwah


W.A. Gerungan dalam Mahmudin (2014) telah mengetengahkan ciri-ciri
yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang baik, setiap pemimpin
sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri yaitu persepsi sosial, kemampuan
berpikir abstrak dan keseimbangan emosional.

14
1) Social perception adalah kecakapan dalam melihat dan memahami
perasaan, sikap dan kebutuhan untuk memenuhi tugas kepemimpinan.
Kecakapan merupakan ciri utama bagi setiap pemimpin tak terkecuali
pemimpin dakwah. Oleh karena itu, kepemimpinan dakwah adalah
kemampuan memahami sikap dan perasaan dan kebutuhan orang-orang
yang terkait dengan tugas-tugas kepemimpinannya
2) Ability in abstract thinking (kemampuan berpikir abstrak)
Kemampuan berpikir abstrak berarti mempunyai kecerdasan yang
tinggi, seorang pemimpin harus cakap dalam berabstraksi dari segi
struktur intelegensia. Hal ini dibutuhkan agar seorang pemimpin mampu
menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok
dan di luar kelompok, kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia
yang tinggi. Para pelaksana dakwah dituntut kemampuan berpikir abstrak
agar segala kecenderungan interen dan eksteren agama Islam mampu
ditafsirkan untuk diarahkan pada proporsi sebenarnya.
3) Emosional stability (keseimbangan emosional)
Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan
emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-
kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaan, serta
pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang
harmonis. Sebagai pemimpin dakwah, keseimbangan emosi merupakan
kepribadian mendasar yang perlu dimiliki oleh pemimpin dakwah
b. Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Da’I
Menurut Muhammad al-Ghazali dalam Maslina (2012) ada tiga sifat yang
harus dimiliki seorang da’i yaitu:
1) Hubungan dengan Allah Adanya hubungan tetap (komunikasi) dengan
Allah adalah dasar utama pada akhlak seorang da’i, kerana tidak mungkin
melakukan dakwah Allah kalau tidak ada hubungan seorang da’i dengan
Allah. Dan tidak mungkin mengajak manusia agar berjalan di jalan Allah
kalau seorang da’i sendiri tidak mengenal jalan itu.
2) Pengislahan diri Sebenarnya bahwa kesungguhan meng-islah atau
meningkatkan perbaikan dirimenjadi keharusan bagi setiap muslim, tetapi
bagi seorang da’i menjadi kewajiban yang sangat mutlak.

15
3) Kedalaman memahami agama dan dunia Seorang da’i yang arif adalah
orang yang dapat melihat penyakit di depannya dengan segera
menyediakan obat yang sesuai terdiri dari kalam Allah dan Hadis Rasul.

Untuk menjalankan dakwah dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki


sifat, ciri atau nilai pribadi yang hendaknya dimiliki oleh pemimpin dakwah
itu antara lain:

a. Berpandangan jauh ke masa depan


Salah satu fungsi pimpinan adalah planning, yaitu mengambil
keputusan pada waktu sekarang untuk tindakan-tindakan dan tercapainya
tujuan pada waktu yang akan datang.
b. Bersikap dan bertindak bijaksana
Dalam menghadapi suatu peristiwa yang terjadi, maka pendapat atau
penilaian orang-orang yang berada di bawah pimpinannya juga berbeda
dan bermacam. Maka dalam menghadapi keadaan serupa itu pimpinan
harus bersikap dan bertindak bijaksana.
c. Berpengetahuan luas
Usaha dakwah tersebut akan dapat berjalan secara efektif, bilamana
penyelenggaraannya dipimpin oleh orang-orang yang memiliki
pengetahuan luas.
d. Bersikap dan bertindak adil
Sikap ini diperlukan, baik dalam memperlakukan para pelaksana
dakwah yang dipimpinnya, maupun dalam melaksanakan fungsi-fungsi
pimpinan lainnya. dengan adanya sikap adil pada dirinya, pimpinan akan
selalu berpandangan obyektif.
e. Berpendirian teguh
Usaha dakwah memerlukan pimpinan yang mempunyai pendirian
teguh, yang tidak mudah terombang-ambing oleh kondisi dan situasi yang
senantiasa berubah-ubah.
f. Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil
Keyakinan akan keberhasilan missi yang dipimpinnya itu merupakan
modal yang sangat berharga bagi pemimpin.
g. Berhati ikhlas

16
Pimpinan usaha dakwah, sering malahan harus berkorban harta, waktu,
pikiran, maka motivasi yang mendorong orang bersedia menerjunkan diri
dalam gerakan dan usaha-usaha dakwah haruslah dorongan semata karena
mengharap keridhaan dari Allah.
h. Memiliki kondisi fisik yang baik
Akan lebih efektif bilamana dakwah itu dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki mental dan jasmani yang kuat dan sehat.
i. Mampu berkomunikasi
Pimpinan dakwah mestinya mampu dan menguasai cara-cara dan
teknik berkomunikasi. Seseorang yang tidak punya kemampuan untuk
berkomunikasi tentulah tidak sepatutnya tidak dijadikan pimpinan dakwah.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pimpinan dakwah itu harus


memiliki kelebihankelebihan mental, fisik, dan intelektual dibandingkan
dengan ukuran rata-rata dari orang yang dipimpinnya.

2. Kepengikutan Dalam Berdakwah


a. Pengertian
Kepengikutan adalah suatu sikap atau kecendrungan seseorang untuk
mengikuti orang lain.Kepengikutan bukan peran yang pasif. sebaliknya, para
pengikut yang paling berharga adalah seorang yang terampil, karyawan yang
mandiri, orang yang berpartisipasi aktif dalam menetapkan arah kelompok,
menginvestasikan waktu dan tenaganya dalam kerja kelompok, berpikir kritis,
dan pendukung bagi ide-ide baru (Grossman & Valiga, 2000).
b. Macam-macam kepengikutan (Followership)
Ada beberapa macam-macam dalam kepengikutan, diantaranya:
1) Kepengikutan karena naluri, misalnya anak mengikuti orang tuanya,
masyarakat suku terasing mengikuti pemimpin kharismatik.
2) Kepengikutan karena tradisi atau adat kebiasaan, misalnya masyarakat
pedesaan sangat berpegang kepada adat istiadat yang diwarisi turun
temurun
3) Kepengikutan karena agama, misalnya, mengikuti karena mentaati
ajaran agama.
4) Kepengikutan karena rasio, misalnya, orang terpelajar mengikuti
pemimpin yang dapat meyakinkan orang melalui pikiran rasional.

17
5) Kepengikutan karena peraturan atau hukum, misalnya, dikalangan
masyarakat modern dimana hubungan antar  manusia telah diatur 
dalam peraturan dan hukum yang berlaku.
c. Sebab-sebab yang membuat seseorang mengikuti orang lain secara psikologis
Adapun beberapa sebab-sebab seseorang itu mengikuti orang lain atau
pemimpin secara psikologisnya, diantaranya:
1) Adanya dorongan mengikuti pemimpin.
2) Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin, yaitu sifat-sifat dan ciri
kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain sehingga
tertarik kepadanya.
3) Adanya kemampuan pemimpin untuk menggunakan teknik dan metode
kepemimpinan.
d. Cara menjadi pengikut yang lebih baik.
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjadi
pengikut yang lebih baik
1) Jika Anda menemukan masalah, beritahukan kepada pemimpin
kelompok atau manajer langsung, bahkan lebih baik, masukkan saran
dalam laporan Anda untuk memecahkan masalah.
2) Bebas menanamkan perhatian dan tenaga Anda dalam pekerjaan Anda.
3) Akan mendukung ide-ide baru dan arah baru yang disarankan oleh
orang lain.
4) Bila Anda tidak setuju, jelaskan mengapa Anda tidak
mendukung ide atau saran.
5) Dengarkan baik-baik, dan merenungkan apa yang pemimpin atau
manajerkatakan.
6) Terus belajar sebanyak yang Anda bisa tentang bidang khusus Anda.
7) Berbagi apa yang telah anda pelajari. (Satria, 2015)

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi dakwah dapat di
artikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan
tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah.
Dakwah yang dilakukan manusia terhadap diri sendiri atau sesama (manusia
lainnya) merupakan ikhtiar, untuk mendorong dan mendayagunakan potensi ilham
taqwa dan mengalahkan ilham fujur, karena sekalipun memiliki banyak kelemahan,
manusia dalam pandangan al-Qur’an manusia pada dasarnya baik, karena fitrah
manusia adalah suci dan beriman, dan berkecenderungan kepada agama, sebab sadar
atau tidak manusia pada dasarnya merindukan Tuhan, taat, khusyu, tawakal dan tidak
ingkar. Dakwah yang dilakukan oleh manusia kepada sasamanya dapat dilakukan
dengan pendekatan, yaitu da'wah bi ahsan al-qawl dan da'wah bi ahsan al-'amal.
Sedangkan dalam pelaksanaanya bisa dalam bentuk: tabligh, irsyad, tadhir dan
tathwir.
Dalam pandangan Islam citra da’i dapat dilihat dari konsep prinsip-prinsip
komunikasi yang termuat dalam al-Qur’an. Kata kunci komunikasi yang banyak
disebut dalam al-Qur’an adalah “qaul”. Kata “qaul” dalam konteks perintah (amr)
dapat disimpulkan enam prinsip komunikasi, keenam prinsip itu adalah qaulan
sadîdan, qaulan balîghan, qaulan maysûran, qaulan layyinan, qaulan karîman dan
qaulan ma’rûfan.
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau
seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Kepengikutan adalah suatu sikap atau kecendrungan seseorang untuk mengikuti orang
lain.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwokerto
Press.

Daulay, Maslina. 2012. Kepemimpinan dalam Manajemen Dakwah. Jurnal Hikmah. Vol. VI.
No. 02.

Enjang. 2008. Proses Dakwah Sesuai dengan Aspek Psikologis Mad’u. Jurnal Ilmu Dakwah.
Vol. 4 No. 12.

Enjang dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung. Widya Padjajaran.

Kafie, Jamaluddin. 1993. Psikologi Dahwah. Surabaya : Remaja Bineka.

Kamiela, Erliez. 2015. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Dakwah. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/sangpermata/551021bd813311d738bc617d/pengertian-
dan-ruang-lingkup-psikologi-dakwah.

Kustadi, Suhandang. 2013. Ilmu Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mahmudin. 2014. Kepemimpinan Dakwah. Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 15 no. 2.

Muhibbinsyah. 2001. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung; PT Remaja


Rosdakarya.

Nursyarifah dkk. 2016. Citra Dai. Diakses dari


http://andininursyarifah.blogspot.com/2016/11/citra-dai.html.

Rahmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Salim, Agus. 2017. Peran Dan Fungsi Dai Dalam Perspektif Psikologi Dakwah. Jurnal Al-
Hikmah, Vol. IX, No. 14.

Satria. 2015. Kepemimpinan (Leadership) Dan Kepengikutan (Followership) Dalam Dakwah.


Diakses dari https://advae.blogspot.com/2015/06/kepemimpinan-leadership-
dan_14.html.

iv

Anda mungkin juga menyukai