Anda di halaman 1dari 6

OBJEK PEMBAHASAN

PSIKOLOGI DAKWAH
4 APRIL 2016 ADE PUTRA SETIAWANSYAH MENINGGALKAN KOMENTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dakwah merupakan suatu kewajiban setiap muslim. Sebagai seorang da’i tentu ingin
mencapai kesuksesan dalam tugas dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam (Al-Qur’an
dan Hadis). Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan
seseorang. Misalnya, dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh
menjadi selalu beramal saleh ataupun dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tidak akan
dilakukan lagi. Sehingga pada akhirnya dalam jiwanya tertanam rasa senang terhadap
kebenaran ajaran Islam.

Pada proses dakwah yang bermaksud untuk mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka
pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Jika dilihat dari
segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau
suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberi jalan pada tujuan dakwah
pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang da’i dengan mempelajari metode
psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip
yang dapat menolongnya dalam meneliti tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga
dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga
psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode
dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk yang berjiwa dan memiliki
kepribadian.[1]

Psikologi dakwah yang merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu
psikologi adalah ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala kejiwaan individu yang dapat
diketahui melalui tingkah lakunya. Dan dakwah adalah sebuah proses penyampaian ajaran
Islam kepada seseorang sehingga melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk menuju ke jalan
Allah agar tercapainya kebahagian dunia dan akhirat. Jadi, psikologi dakwah yaitu suatu
disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan melalui tingkah laku yang sesuai amar
ma’ruf nahi munkar.

Dari gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, maka psikologi dakwah tentunya memiliki
objek pembahasan tersendiri yang berbeda dari ilmu-ilmu yang lainnya. Dalam kamus ilmiah,
objek berarti sasaran, hal perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.[2] Ahmad
Mubarak menganggap psikologi dakwah sebagai ilmu yang berusaha mneguraikan,
meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dengan proses dakwah.[3]
2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi pokok pembahsan
dalam makalah kami psikologi dakwah yang menyangkut objek pembahasan pada psikologi
dakwah, yaitu, pertama, apa yang menjadi objek pembahasan dalam psikologi dakwah?.
Kedua, bagaimana hubungan antara kedua objek pembahasan tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

1. OBJEK PEMBAHASAN PSIKOLOGI DAKWAH


Dalam ruang lingkup pembahasan maka psikologi dakwah memiliki tugas untuk memberikan
kepada kita suatu pengertian tentang pentingnya memahami tingkah laku manusia,
bagaimana memprediksikan serta mengontrolnya. Dengan demikian psikologi dakwah
terdapat pendekatan analisis terhadap tingkah laku manusia dari berbagai aspek ilmu yang
bersumber pada pandangan psikologi perorangan maupun dalam masyarakat. Proses
pelaksanaan kegiatan dakwah dalam masyarakat atas landasan psikologi dakwah akan dapat
berjalan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh manusia sebagai individu dan
sebagai makhluk sosial.[4]

Dalam ilmu dakwah objek dakwah terbagi menjadi objek material yang mencakup ajaran
pokok agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis serta dapat diiwujudkan dalam semua aspek
kegiatan dan kehidupan umat Islam dalam sepanjang sejarah Islam. Sedangkan pada objek
formal meliputi aspek yang berhubungan dengan kegiatan mengajak umat manusia agar
beramar ma’ruf nahi munkar sehingga umat manusia mengikuti apa yang diperintahkan oleh
Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya dalam semua segi kehidupan manusia.
Adapun pendapat dari Syukriadi Sambas yang menyatakan bahwa objek material ilmu
dakwah adalah perilaku keislaman dalam berislam yang sumber pokoknya Al-Qur’an dan
Hadis. Sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik mengenai perilaku keislaman dalam
melakukan dakwah baik dalam bentuk Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir.[5]

Dalam pandangan psikologi, George a miller menyatakan bahwa psikologi mempunyai objek
pembahasan yang berupa mental atau jiwa manusia secara luas. Pembahasannya bersifat
ilmiah yang didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh metode ilmiah pula. Hal ini
berbeda dengan William james yang membatasi objek pembahasan psikologi pada jiwa sadar
manusia sehat, terdidik dan sebagainya. Yang djadikan objek penelitiannya adalah tingkah
laku yang berhubungan dengan proses penyesuaian diri. Tingkah laku tersebut bertujuan
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup biologis sebagai makhluk individual dan tuntutan
hidup sosial sebagai makhluk sosial.[6]

Pada psikologi dakwah memiliki teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandang secara khusus
yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya serta objek pembahasannya. Dilihat dari objek
pembahasannya terbagi menjadi objek material dan objek formal. Pada objek material, yaitu
sesuatu realitas atau fakta-fakta yang dibahas oleh suatu ilmu. Sedangkan objek formal
adalah suatu sudut pandang yang spesifik terhadap suatu masalah yang diungkapkan secara
mendalam oleh suatu disiplin ilmu.[7]
Objek material psikologi adalah manusia sebagai makhluk yang berjiwa dan objek material
dakwah adalah manusia sebagai makhluk yang berketuhanan. Jadi objek material psikologi
dakwah, yaitu manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa dan berketuhanan sesuai
dengan ajaran Islam.

Objek formal psikologi adalah tingkah laku manusia yang dilihat dari gejala-gejala
kejiwaannya. Sedangkan objek formal dakwah adalah manusia sebagai individual ataupun
sosial untuk diarahkan menuju kejalan Allah. Jadi objek psikologi dakwah adalah manusia
dengan segala tingkah lakunya yang terlibat dalam proses dakwah.[8]

Dalam objek pembahasan psikologi dakwah masalah tingkah laku manusia dilihat dari segi
interaksi dan interrelasi serta interkomunikasinya dengan manusia lain dalam hidup
kelompok sosial di samping masalah hidup individual dengan kelainan-kelainnya yang
mendasar dan menyeluruh, oleh karena manusia adalah makhluk sosial dan makhluk
individual.[9]

Objek psikologi dakwah yaitu manusia yang memiliki sikap dan tingkah laku yang berbeda
satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh orang tua maupun lingkungan. Begitu juga da’i ada yang berpikiran sempit
dan ada yang luas, da’i tidak cukup hanya menguasai materi dakwah tetapi harus memahami
karakteristik mad’u. Psikologi dakwah membantu para da’i memahami latar belakang hidup
naluri manusia sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial. Dengan pemahaman
tersebut para da’i akan mampu menghitung, mengendalikan serta mengarahkan
perkembangan modernisasi masyarakat terhadap pengaruh teknologi modern yang positif.

2. HUBUNGAN ANTARA OBJEK PEMBAHASAN PSIKOLOGI DAN


DAKWAH
Psikologi dakwah merupakan psikologi terapan maka ruang lingkup pembahasannya pun
berada dalam proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Dan melibatkan sikap dan kepribadian da’i dalam menghadapi
mad’u, yaitu manusia yang mempunyai sikap dan kepribadiaan pula. Sehingga akan terlihat
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara da’i dengan mad’u agar terwujudlah
suatu rangkaian proses komunikasi yang berupa motivasi dakwah yang disampaikan oleh da’i
dengan sikap dan kepribadiaannya ke arah mad’u, yaitu manusia melalui proses belajar
sehingga timbul perubahan sikap dan tingkah laku berupa pengertian, kesadaran, penghayatan
dan pengamalan terhadap ajaran agama.[10]

Dalam melaksanakan proses dakwah akan menghadapi berbagai keragaman dalam berbagai
hal, seperti pikiran-pikiran, pengalaman, kepribadian atau watak, dan lain-lain. Keragaman
tersebut akan memberikan corak dalam menerima pesan dakwah karena itulah untuk
mengefektifkan seorang da’i ketika penyampaikan pesan dakwah kepada mad’u diperlukan
memahami segi psikologis dan mempelajari tentang kejiwaan seseorang. Pengembangan
psikologi dakwah melalui penganalisisan tentang aspek hidup kejiwaan sosial juga menjadi
dasar yang sangat penting untuk diterapkan dalam proses kegiatan dakwah di mana da’i dan
mad’u merupakan faktor yang terlibat didalamnya.
Dengan psikologi maka proses dakwah yakni mempengaruhi watak dan membentuk akhlakul
kharimah. Sehingga melahirkan manusia yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam. karena
sebenarnya dakwah adalah suatu proses pembentukan watak atau kepribadian manusia. Oleh
karena itu, harus menempuh pendekatan psikologi agar tujuan dakwah dapat tercapai.[11]

Setiap ilmu pengetahuan selau memiliki objek material maupun formal. Objek material ilmu
psikologi dakwah lebih menekankan pada aspek psikologisnya yang memiliki kesamaan
seperti halnya objek psikologi pada umumnya. Namun disisi lain pembahasannya ditekankan
pada aspek dakwah maka objek psikologi dakwah sama dengan objek yang menjadi pokok
pembahasannya dalam ilmu dakwah.[12]

Dalam psikologi dakwah selain membahas tentang kegiatan rohaniah manusia dilihat dari
aspek individualitasnya juga menganalisis kegiatan rohaniah manusia dilihat dari aspek
sosialitasnya. Kedua aspek tersebut, terlihat dalam proses kegiatan dakwah dimana psikologi
dakwah memberikan petunjuk dan pengertian tentang situasi dan kondisi kejiwaan objek
tersebut.[13]

Psikologi dan dakwah yang memiliki kaitan yang sama mengenai jiwa manusia. Dalam Islam
juga telah terdapat konsep sendiri tentang manusia serta unsur-unsurnya sehingga islam dan
jiwa saling berkaitan.

BAB III
PENEUTUP
KESIMPULAN

Dari penjabaran makalah kami diatas mengenai objek pembahasan psikologi dakwah dapat
kami simpulkan:

Dalam objek pembahasan psikologi dakwah terbagi menjadi dua, yaitu objek material yang
membahas mengenai realitas kehidupan manusia sebagai makhluk yang berjiwa dan
berketuhanan sesuai dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Pada objek formal, yaitu
membahas secara khusus mengenai gejala-gejala perilaku kejiwaan manusia yang
berhubungan dengan proses dakwah untuk beramar ma’ruf nahi munkar agar menuju ke jalan
Allah.

Psikologi dan ilmu dakwah memiliki hubungan yang sangat erat sebab objeknya sama-sama
membahas mengenai manusia. Dalam hal ini adalah gejala-gejala perilaku kejiwaan dan
kepribadiaanya, baik manusia sebagai individual maupun sosial. Sehingga dengan melihat
dari segi psikologisnya maka dalam proses dakwah dapat dicapai suatu tujuan secara efektif.

Saran

Dengan adanya wawasan tentang psikologi dakwah maka da’i bisa mengetahui seberapa
berhasilnya proses dakwah sehingga direspon oleh mad’unya. Dan ketika dalam proses
dakwah da’i sudah dapat menentukan metode, media yang dipandang cocok dengan mad’u
yang akan dihadapinya. Kegiatan dakwah ini dapat berlangsung lancar dan baik, diperlukan
pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya merupakan
kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.

Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset INDAH, 1993.

Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penganatar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA, 1994.

[1] Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Offset INDAH, 1993), h. 67.

[2] M Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARKOLA, 1994), h. 531.

[3] Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, cet. I), h. 3.

[4] M Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penganatar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004,
cet.VI), h. 10.

[5] Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h.
28-29.

[6] M Arifin, op.cit.,h. 14-15.

[7] Enjang dan Aliyudin, op.cit., h. 27.

[8] Jamaluddin Kafie, loc.cit., h. 6-7.

[9] M Arifin, op.cit., h. 16.

[10] Ibid., h. 17.

[11] Jamaluddin Kafie, op.cit., h. 69.


[12] Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2209, cet. II),
h. 10.

[13] Ibid., h. 34-35

Anda mungkin juga menyukai