Disusun Oleh;
2011
Bab I
Pendahuluan
Manusia memiliki fitrah untuk menjadi makhluk sosial atau yang lebih dikenal dengan Zoon
Politicon hidup secara bersama-sama dan bermasyarakat saling membutuhkan satu sama lain,
selain difitrahkan menjadi makhluk sosial, manusia juga difitrahkan oleh Allah SWT sebagai
makhluk yang beragama atau Homo Religion.
Sebagai makhluk yang memiliki fitrah untuk beragama ada beberapa manusia yang memiliki
kekurangan pengetahuan tentang beragama dan tata cara peribadatannya, sehingga manusia
membutuhkan sosok pengajar dalam kehidupannya tentang agama dan tata cara
beribadahnya, guru yang pertama kali mengajarkan pada manusia adalah orang tuanya jika
tidak mempunyai orangtua maka guru yang pertama kali mengajarkan ialah lingkungan
sekitarnya.
Sehingga jika seseorang yang memiliki lingkungan baik dan kondusif belajar agama maka dia
akan menjadi sesosok manusia yang tahu dan dimungkinkan memahmi agamanya tersebut,
namun jika seseorang tersebut lahir dan berkembang pada kelurga dan lingkungan yang tidak
baik dan kondusif dalam beragama maka dia akan menjadi sesososk yang awam akan
agamanya sendiri, dia menjadi manusia yang memiliki agama namun tidak memahami
agama.
Dalam posisi inilah seorang da’i sangat berperan dalam memberikan pengetahuan terhadap
ummat, baik menggunakan metode belajar dikelas maupun metode menyeru diatas mimbar
podium, namun proses mengajar ummat dengan metode menyeru diatas mimbar podium
memiliki ilmu dan karakteristik khusus yang lebih dikenal dengan ilmu retorika.
Ilmu retorika mempelajari metode tata cara menyampaikan pesan dengan baik dan benar serta
menarik minat ummat, didalamnya terdapat teknik membuka dan menutup pidato yang akan
dibahas dan dikaji dalam makalah ini.
Bab II
Pembahasan
Sebagai pedoman dalam membuka pidato, ada beberapa hal yang dapat dipilih diantaranya:
* Menghubungkan dengan peristiwa aktual atau kejadian yang tengah menjadi perhatian
khalayak
* Menghubungkan dengan peristiwa sejarah masa lalu dan masih banyak lagi yang
lainnya yang dapat menggugah perhatian pendengar.
Berikut ini ada beberapa hal yang akan dikemukakan yang ada dalam kaitannya denga
penyampaian pidato, yaitu;
Olah Vokal
Mekanisme olah vokal mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan atau kalimat. Tetapi cara
mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokan makna kata.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vokal,
yaitu: Intelligibility (kejelasan), Variety (keragaman), dan rhythm (Ritma). Termasuk
keragaman adalah pause (hentian), untuk menyadari pentingnya olah vocal maka perlu
memelihara suara bagi seorang ahli pidato.
Olah Visual
Sebenarnya ketika bebicara dengan wajar, pada waktu bercakap-cakap. Kita menggunakan
olah visual itu dengan sendirinya. Secara alamiah anak-anak belajar berbicara dengan tangan,
wajah, dan seluruh tubuhnya. Tetapi ketika kita tampil dihadapan orang banyak, kita hanya
dapat berbicara dengan kata-kata lisan saja. Jadi sebenarnya fungsi gerak fisik, muka, tangan
dan gerak tubuh lainnya perlu digunakan untuk menyampaikan makna, menarik perhatian dan
menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat. Juga dapat digunakan untuk menggambarkan
ukuran atau bentuk sesuatu. Gerak fisik ini bisa juga disebut isyarat empatik (Empatik
Gesture).
2. Cara Menutup Pidato
Membuka dan menutup pidato merupakan bagian-bagian yang paling menentukan. Bila
permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian pendengar
kepada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan
perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dan seluruh isi pidato.
[1] Oleh karena itu, penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi,
memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan,
menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif. Ada beberapa cara dalam
menutup pidato, yaitu diantarannya:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan. Manusia mampu meningat
banyak hal, tetapi hanya sanggup mengingat dengan jelas beberapa hal saja. Oleh karena itu,
menutup pidato perlu disebutkan kembali hal-hal yang dianggap penting.
b) Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
c) Mendorong khalayak untuk bertindak (Appeal of Action) tindakan ini bisa berupa
respon fisik atau respon lainnya.
d) Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan dan memuji serta
menghargai khalayak. Masih banyak lagi cara untuk menutup suatu pidato, dengan
mengetahui tentang teknik-teknik pidato ini tapi pada akhirnya mutu teknik-teknik itu
bergabung kepada kreatifitas dari masing-masing pembicara.[2]
Tehnik Penutup Pidato
Menutup pidato memiliki tujuan untuk memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada
gagasan utama atau kesimpulan. Penutup pidato juga harus dipersiapkan sebelumnya dan
sebaiknya dihafal.
Beberapa cara dalam menutup pidato :
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan materi pidato yang diberikan
sejak awal hingga sebelum penutup;
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat yang berbeda, sehingga pendengar
tidak merasa jenuh dan diulang-ulang terus;
3. Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action), seorang ahli retorika juga harus
mampu memberikan semangat dan motivasi kepada pendengarnya untuk mau melakukan apa
yangdisampaikan oleh ahli pidato tersebut;
4. Mengakhiri dengan klimaks, maksud klimaks disini ialah mengakhiri pidato dengan tempo
yang tinggi, saat suasana pendengar benar-benar terfokus dan tertarik kepada ahli pidato dan
materi yang diberikan
5. Mengatakan kutipan peribahasa, sajak pengambilan peribahasa atau sajak yang sesuai
dengan materi disampaikan ialah salah satu bentuk improvisasi untuk menyampaikan materi
yang menarik didengar
6. Menceritakan contoh sebagai ilustrasi tema pembicaraan, sangat penting dalam
penyampaian pidato serta penutupan diberikan ilustrasi cerita yang sesuai dengan materi
disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa jenuh karena dari awal hingga akhir
mendengarkan pidato hanya materi saja yang disampaikan.
7. Menerangkan maksud pribadi pembicara yang sebenarnya, menjelaskan kepada pendengar
dasar motivasi menyampaikan materi yang diberikan saat pidato tersebut kepada para
pendengar.
8. Menghargai khalayak, sepandai apapun seorang ahli pidato kalau tidak memiliki sikap dan
sifat yang santun dan menghargai pendengar kepandaian tersebut hanya percuma, karena
subtansi pidato dan retorika ialah berbicara terhadap pendengar atau audiens.
9. Membuat pernyataan yang humoris, selingan humor pada saat materi dan menutup
memberikan kesan segar dan tidak jenuh pada saat pidato maupun saat penutupan, namun
tidak diperbolehkan memakai humor yang berlebihan, yang memiliki kemungkinan
menyinggung pendengar.
Bab III
Dalam beretorika diantaranya dalam berpidato, tentu terdapat beberapa unsur dalam
penyampaiannya, diantaranya ada yang namanya pembukaan dalam berpidato, isi pidato dan
penutup pidato.
Pembukaan pidato, umunya Pembukaan pidato adalah bagian yang terpenting dalam
berpidato, Tujuan utama pembukaan pidato adalah membangkitkan perhatian, memperjelas
latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik.
Pada retorika terdapat juga isi pidato, isi pidato termasuk bagian yang sangat penting dalam
sebuah pidato, karena isi pidato merupakan tujuan dalam penyampaian apa yang akan di
sampaikan oleh seorang penceramah atau pembicara.
Membuka dan menutup pidato merupakan bagian-bagian yang paling menentukan. Bila
permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian pendengar
kepada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan
perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dan seluruh isi pidato. Oleh
karena itu, penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat
daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks
dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
Daftar Pustaka
*Saputra, Wahidin. 2010. Retorika Monologika “Kiat dan Tips Praktis Menjadi
Mubaligh”. Bogor-Jawa Barat : Titian Pre