Anda di halaman 1dari 26

PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

PSIKOLOGI, TASAWUF DAN SAINS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendekatan Studi Islam
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I., M.Hum.

Disusun Oleh :

Ujang Nursamsi : NIM. 2111000909

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM


PROGRAM PASCASARJANA
Jln Ky. Ahmad Fadlil No. 8 Ciamis-Jawa Barat, Indonesia Tlp. +62 265 774377
Email : pascasarjana@iaid,ac.id - pps.iaid@gmail.com URL : www.iaid.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Kebutuhan manusia terhadap agama.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kebutuhan Manusia terhadap
agama. ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Ciamis, Juni 2022


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 1
C Tujuan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 6
A Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam .......................... 6
B Pendekatan Tasawuf dalam Studi Islam ........................... 14
C Pendekatan Sains dalam Studi Islam ................................ 16
BAB III KESIMPULAN ......................................................................... 24
A Kesimpulan ...................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disiplin ilmu psikologi dapat dipakai untuk sifat dan keberagaman
masyarakat atau manusia, yang di dalamnya terdapat masyarakat/manusia yang
beragama diantaranya yang beragama Islam yang disebut dengan Muslim. Apa
yang dikaji oleh pemahaman dalam studi Islam menggunakan pendekatan
psikologi adalah hubungan antara agama dengan kejiwaan manusia. Hubungan ini
dikaji melalui gejala jiwa manusia yang muncul dalam sikap serta hubungannya
dengan agama Islam. Ilmu psikologi yang memfokuskan pembahasaannya
terhadap agama tidak terlepas dari agama seyogianya agama adalah suatu bentuk
keyakinan seseorang makhluk terhadap Sang Pencipta.
Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis tasawuf
mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek kerohanian manusia yang selanjutnya menimbulkan
kebaikan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani manusia selanjutnya dikenal
sebagai dimensi esoterik dari diri manusia.
Islam adalah agama ilmu pengetahuan, yang mengeluarkan manusia dari
ketidak tahuan. Islam juga agama akal, dengan menjadikannya sebagai syarat
untuk menjalankan agama. Ini artinya agama islama dalah agama untuk orang-
orang cerdas dan berakal. Islam juga agama yang memerintahkan kepada manusia
untuk senantiasa memperhatikan alam semesta dan menelitinya. Berdasarkan pada
realitas inilah sangat penting bagi kita untuk mengkaji Islam dengan
menggunakan pendekatan sains. Banyak hal, yang baru disadari oleh para ilmuan
kontemporer, bahwa fakta-fakta ilmiahnya telah diketahui umat islam sejak empat
belas abad yang lalu.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam?
2. Bagaimana Pendekatan Tasawuf dalam Studi Islam?
3. Bagaimana Pendekatan Sains dalam Studi Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam.
2. Untuk mengetahui Pendekatan Tasawuf dalam Studi Islam.
3. Untuk mengetahui Pendekatan Sains dalam Studi Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENDEKATAN PSIKOLOGI
a. Defenisi Psikologi Agama dan Pendekatan Psikologis
Ilmu Psikologi Agama terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan agama
kata psikologi sendiri berasal dari bahasa yunani, yaitu “psyche”, berarti jiwa dan
kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, secara
etimoliogis, kata “psikologi” dapat diartikan sebagai ilmu jiwa (Wirawan, 1982:
9). Dalam terma ilmu pengetahuan, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar
belakangnya (Ahmadi, 2003: 6).
Tingkah-laku adalah kegiatan yang dapat diamati, sedangkan proses
mental /jiwa didalamnya mencakup pikiran, insting, perasaan juga motovasi dan
yang lainnya berkaitan dengan Tingkah-laku, cara bertindak, pengaturan emosi.
Dengan kata lain, Materi objek formal psikologi adalah kejiwaan manusia. Karena
kejiwaan manusia tidak dapat diamati secara langsung, karena kejiwaan adalah
suatu bentuk rasa yang tidak dapat terlihat oleh mata. maka objek materilnya
adalah sikap dan tingkah-laku manusia yang merupakan cermin atau perwujudan
dari kejiwaan manusia itu sendiri (Dingagungasa, 1996: 9).
Aspek-aspek yang sangat mempengaruhi kejiwaan manusia, diantaranya
adalah agama. Mayoritas dari manusia menganut agama sebagai kebutuhannya
yang dijalankan melalui pelaksanaan ibadah, dimana masing-masing agama
berbeda dalam tata cara pelaksanaannya. Jika diamati sangat besar pengaruh
agama terhadap kejiwaan manusia, dan tingkat kepopuleran dan ketergantuangan
manusia terhadap agama di kalangan manusia atau masyarakat, sehingga
kepopuleran dan ketergantuangan manusia/masyarakat melahirkan pengetahuan
tentang psikologi agama.
Psikologi agama adalah ilmu yang membahas kehidupan manusia dalam
yang beragama dari pengaruh keyakinan agama tersebut dalam sikap dan cara
berpikir serta keadaan hidup pada umumnya ditengah-tengah masyarakat
(Zakiyah Drajat, 1997: 12). Ilmu Psikologi agama tidak hanya terhenti
pembahasannya pada hal tersebut. Disamping itu psikologi agama mempelajari

6
jiwa seseorang dan faktor-faktor penyebab yang mempengaruhinya terhadap
keyakinan sebuah agama. Intinya adalah bahwa psikologi agama yakni ilmu yang
mempelajari kejiwaan manusia dalam hubungannya dengan agama yang dianut.
Agama dalam ilmu psikologi tidak hanya memfokuskan pada ajaran-ajaran
yang sangat rinci, akan tetapi merupakan gugusan/kerangka kepercayaan yang
dianut oleh manusia. Agama dalam psikologi agama tidak ditinjau dari
normatifitas atau kebenaran/keabsahan suatu agamanya, melainkan hanya sebatas
pengaruhnya terhadap kejiwaan penganutnya. Hubungan atau pengaruh agama
tersebut dapat diamati dan diperhatikan pada kejiwaan manusia yang menggejala
atau muncul pada dalam bentuk sikap, tindakan, berfikir, merasa atau sikap emosi
(Ramayulis, 1996: 6).
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa disiplin ilmu psikologi dapat
dipergunakan untuk mendekati studi Islam, guna menyempurnakan penggunaan
istilah psikologi agama dalam dunia pendidikan. Pendekatan Psikologi adalah
pendekatan yang menggunakan cara pandang ilmu psikologi. Karena ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, maka pendekatan
psikologi hanya mengkaji tentang jiwa manusia.
Ketika studi Islam didekati dengan pendekatan psikologis, maka yang
menjadi objek dalam kajian tersebut adalah jiwa manusia yang dilihat dalam
hubungannya dengan agama. Studi Islam yang didekati dengan pendekatan
psikologis, selalu mengunakan teori-teori psikologi dan menghubungkannya
dengan agama Islam.
b. Pendekatan Psikologis Dalam Studi Islam
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk
melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini, yang
menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya denga
agama, baik pengaruh maupun akibat. Lebih lanjut, bahwa pendekatan psikologis
bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagaman manusia yang dijelaskan
dengan mengurasi keadaan jiwa manusia. Pendekatan Psikologis Dalam Studi
Islam memiliki beberapa metode diantaranya;
1. Metode Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Pendekatan struktural adalah

7
pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari pengalaman seseorang berdasarkan
tingkatan atau kategori tertentu. Struktur pengalaman tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode pengalaman dan introspeksi.
2. Metode Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini pertama kali dipergunakan oleh William James (1910 M),
ia adalah penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas
Harvard. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk
mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap
tingkah-laku hidup individu dalam kehidupannya.
3. Metode Pendekatan Psiko-analisis
Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigunung Freud (1856- 1939
M), pendekatan psiko-analisis adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk
menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan
hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.
Pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan keadaan jiwa
seseorang, keadaan jiwa tersebut dapat diamati melalui tingkahlaku, sikap, cara
berfikir dan berbagai gejala jiwa lainnya. Dalam penelitian, informasi tentang
gejala-gejala tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti observasi,
wawancara atau dari surat maupun dokumen pribadi yang diteliti.
Lebih rinci, ada beberapa teknik untuk mendapatkan informasi dari sumber
informasi yang digunakan dalam penggunaan pendekatan psikologis, yakni :
1) Studi dokumen pribadi (personal document) (Rahmat, 2003: 37).
Teknik ini bertujuan untuk menemukan informasi terkait dengan kejiwaan
seseorang pada dokumen
2) Kousiener dan wawancara.
c. Problematika Pendekatan Psikologi Agama dalam Studi Islam
Sebagai ilmu pengetahuan yang berkembang dan menemukan wujud
epistomologi dan metodologinya di Barat, psikologi agama yang berkembang
sekarang, tidak mengambil sumber dari Al-Qur’an atau sumber-sumber
pengetahuan lain yang khusus diakui oleh Islam. Karena perbedaan metodologi
dan sumber, teoriteori psikologi agama masih belum cukup untuk menjelaskan

8
fenomena keberagaman masyarakat Islam yang dipengaruhi oleh berbagai aspek
yang berpengaruh kepada jiwa.
Sebagai ilmu yang dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat dan
budaya Barat, maka sangat mungkin kerangka berpikir psikologi agama ini
dipenuhi dengan pandangan-pandangan atau nilai-nilai hidup masyarakat Barat.
Kenyataan yang sulit dibantah adalah psikologi lahir dengan didasarkan pada
paham-paham masyarakat Barat yang sekularistik. Tak jarang kita temui
pandangan-pandangan psikologi berbeda bahkan bertentangan dengan pandangan
Islam.
d. Contoh Studi Islam dengan Metode Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang memfokuskan pencarian
terhadap masalah kejiwaan manusia. Karena itu, psikologi agama mencari tahu
masalah kejiwaan dalam hubungannya dengan agama. Ada beberapa contoh studi
Islam yang dapat didekati dengan pendekatan psikologis, antara lain :
1. Tentang masalah perasaan seorang ahli tasawuf yang merasa bahwa Allah
selalu dekat dengan dan hadir dalam hatinya dan ia melakukan zikir secara
terus menerus dan secara sadar. Masalah pokok dalam kajian ini adalah
perasaan (dekat dengan Allah) manusia (ahli tasawuf) dan bagaimana
perasaan tersebut muncul.
2. Masalah lainnya adalah masalah kepuasan seorang hamba terhadap
kehidupannya. Dimana bisa dibandingkan antara dua gejala yakni seorang
yang sederhana tapi mempunyai tingkat ibadah yang lebih tinggi dengan
seorang yang cukup tapi mempunyai tingkat ibadah yang rendah. Masalah
pokok yang dicari adalah pengaruh tingkat ibadah tersebut terhadap rasa
puas dalam kehidupan.
e. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Studi
Islam
Pertanyaan tentang pengaruh kejiwaan terhadap kehidupan beragama atau
sebaliknya, pengaruh agama terhadap kejiwaan penganutnya tidak bisa dijelaskan
kecuali oleh psikologi agama. Tujuan dari pendekatan psikologi adalah mencari
bagaimana pengaruh keberagaman terhadap proses dan kehidupan kejiwaan
sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah-laku lahir (sikap dan tindakan serta cara

9
bereaksi) serta sikap dan tingkah-laku batin (cara berfikir, merasa atau sikap
emosi) atau sebaliknya.
Banyak gejala keberagaman masyarakat Muslim tidak bisa dijelaskan
dengan pendekatan hukum, teologis atau pendekatan lainnya. Kasus-kasus
teorisme misalnya. Kasus ini bila didekati dengan pendekatan hukum, hanya akan
menghasilkan kesimpulan benar atau tidaknya aksi teror dalam hukum Islam.
Pendekatan ini tidak memberikan solusi bagi penyelesaian masalah terorisme
hingga akarnya. Pendekatan yang lebih sesuai adalah pendekatan teologis, dengan
membandingkan ideologi teroris dengan teologi Islam pada umumnya. Akan
tetapi pendekatan ini juga tidak sempurna dalam menjelaskan masalah, karena
masalah terorisme tidak murni masalah teologi, akan tetapi psikologi. Pendekatan-
pendekatan lain tidak bisa menjelaskan mengapa para teroris berani untuk
melakukan bom bunuh diri, bagaimana seseorang bisa direkrut untuk dimasukkan
ke dalam jaringan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh
pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologi agama mempunyai peranan penting dan memberikan
banyak sumbangan dalam studi Islam. Psikologi agama berguna untuk
mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, difahami, dan diamalkan seseorang
muslim, misalnya kita dapat mengetahui pengaruh dari ibadah shalat, puasa,
zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya dalam kehidupan seseorang.Pendekatan
psikologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kadar dan
tingkat ajaran Islam yang sesuai dengan tingkat umur seseorang. Hingga ajaran
Islam tidak berubah menjadi semata-mata sistem-sistem nilai tanpa teraplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kontribusi pendekatan psikologi agama dalam studi Islam adalah
1. Untuk membantu di dalam meneliti bagaimana latar belakang keyakinan
beragama seorang Muslim
2. Untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah keberagaman seorang
muslim, seperti penyakit mental dan hubungannya dengan keyakinan
beragama (Hidayat, 1999: 144.

10
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya dan
bagaimana pengaruh hubungan tersebut terhadap perilaku dan cara
berpikir.

2. PENDEKATAN TASAWUF
a. Istilah yang Berkembang dalam Tasawuf
Istilah yang berkembang pertama dalam tasawuf adalah tasawuf itu
sendiri. Secara etimologi merupakan bentuk masdar dari kata “suf” yang berarti
“wol”, yaitu untuk menunjukkan penggunaan jubah wol. Kata suf (kain wol)
menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia. Dari
segi linguistic (kebahasaan) dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental
yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk kebaikan dan selalu bersikap kebajikan. Sikap jiwa yang demikian itu pada
hakikatnya adalah akhlak mulia.
Harun Nasution memberikan definisi tasawuf merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawuf atau sufisme mempelajari
cara dan jalan bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan
Allah swt. (Nasution, 1973: 56). Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai
makhluk terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan
diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan
perhatiannya kepada Allah SWT.
Kedua, sufi. sufi yaitu suci. Seorang sufi adalah orang yang disufikan atau
yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah mensucikan dirinya
melalui latihan berat dan lama (Nasution, 1973: 57). Dalam arti yang lain sufi atau
sufiyah diartikan sebagai orang yang selalu mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf
dalamkehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, sufi merupakan orang yang
mensucikan dirinya dangan mengingat Allah (zikrullah), menempuh jalan kembali
kepada Allah sampai kepada pengetahuan yang hakiki (ma`rifah). (Nasrullah,
1996: 289).
Pada umumnya para sufi memandang diri mereka sebagai muslim yang
paling sungguh-sungguh terhadap panggilan Allah untuk merasakan kehadiran-
Nya, baik di dunia maupun di dalam dirinya. Mereka cenderung lebih

11
menekankan pada diri zahir. Sedangkan dalam level teologi, para sufi lebih
banyak membahas rahmat, kelembutan dan keindahan Tuhan dari pada
pembahasan mengenai kekerasan dan kemurkaan Tuhan (Exposito, 1995: 102-
103).
Ketiga, syari'at. Secara etimology syari’ah berasal dari bahasa Arab
syara’a, yasyra’u, syar’an wa syari’atan yang berarti jalan ke tempat air (Ma’luf,
t.t.: 383) Kata ini kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang
lurus yang harus dituntut (al-Qathan, t.t.: 14).
Sedangkan menurut terminology syari’at berarti jalan yang ditetapkan
Tuhan dimana manusia harus mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan
kehendak Tuhan agar hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat. Makna ini
meliputi seluruh panduan Allah kepada hamba-Nya. Dengan demikian syari’at
merupakan dasar-dasar hukum Islam yang bersifat umum yang dapat dijadikan
pedoman manusia dalam setiap aspek kehidupannya.
Keempat, thariqah. Ditinjau dari segi bahasa, tarikat mengandung banyak
arti, yaitu; jalan, jalan menuju kebenaran (dalam ilmu tasawuf): ilmu, ilmu
tasawuf, cara atau aturan hidup (dalam keagamaan dan kebatinan), persekutuan
para penuntut ilmu tasawuf: tarikat.
Harun Nasution mengatakan kata tarikat merupakan jalan yang harus
ditempuh seorang sufi dalam tujuan untuk sedekat mungkin dengan Tuhan.
Tarikat kemudian mengandung arti organisasi (tarikat), dan tiap tarikat
mempunyai syekh, upacara ritual bentuk zikir sendiri. (Rifai,1999: 259).Secara
lebih khusus lagi thariqah di kalangan sufi berarti system dalam rangka
melakukan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya
dengan sifat-sifat terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas semata-
mata untuk mengahrap bertemu dan bersatu secara rohaniyah dengan Tuhan Jalan
dalam thariqah itu antara lain terus menerus menghindarkan diri dari suatu yang
melupakan Tuhan.
Kelima, hakikat. Secara etimologi, hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau
sumber asal dari sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain
dari syari’at yang bersifat lahiriyah, yaitu aspek bathiniyah.

12
Keenam, ma’rifat. Secara etimologi, makrifat berarti pengetahuan atau
pengenalan. Sedangkan dalam istilah sufi, ma’rifat itu diartikan sebagai
pengetahuan mengenal Tuhan melalui hati (Qalb).
b. Aplikasi Tasawuf Di Era Modern
Secara etimologis, pengertian umum kata ‘modern’ adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan masa kini. Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau.(Suryahadipraja, 1993: 553). Jadi era
modern adalah era kehidupan yang dibangun atas dasar sikap hidup yang
bersangkutan dengan kehidupan masa kini. Bangunan yang mencakup
sistemkehidupan di era ini disebut peradaban modern. Masyarakat modern berarti
suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan
tertentu yang bersifat mutakhir. (Nata, 1994: 279).
Tidak bisa dinapikan bahwa perkembangan masyarakat modern diikuti
industrialisasi. Dalam hal ini industrialisasi didefinisikan sebagai proses
perkembangan teknologi oleh penggunaan ilmu pengetahuan terapan, ditandai
dengan ekspansi produksi besar-besaran dengan menggunakan tenaga permesinan,
untuk tujuan pasaran yang luas bagi barang-barang produsen maupun konsumen,
melalui angkatan kerja yang terspesialisasikan dengan pembagian kerja,
seluruhnya disertai oleh urbanisasi yang meningkat. Industrialisasi berdampak
pada perubahan yang kompleks dalam kelompok sosial dan proses sosial. Pada
tahap awal industrialisasi berdampingan dengan urbanisasi, yakni peningkatan
mobilitas penduduk. Di samping itu juga terjadi perubahan dalam adat istiadat dan
moral masyarakat. Pengaruh industrialisasi yang menonjol terdapat pada status
pekerjaan dan keahlian pekerja, terhadap kehidupan keluarga dan kedudukan
wanita, serta tradisi dan kebiasaan dalam mengkonsumsi barang.
Konflik antar kelas, ras, dan kelompok sosial juga dilihat sebagai akibat
penyerta yang tipikal dari industrialisasi. Paling tidak, sumber konflik yang dapat
menimbulkan ketidakserasian sosial menjadi tiga macam;
Pertama, perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan
ekonomi (acces to economic resources and to means of production). Sumber
konflik pertama ini merupakan jenis konflik yang banyak terjadi. Pertarungan di
bidang ini biasanya dimenangkan oleh individu atau kelompok yang memiliki

13
kekuatan dan kemampuan yang lebih unggul dan baik apabila ditinjau dari sumber
daya manusia maupun teknologi yang dipergunakan. Motto Only the Fittest will
survive merupakan hukum yang lumrah berlaku pada pertarungan ini.
Kedua, perluasan batas-batas kelompok sosial budaya (social and cultural
borderline expansions). Sumber konflik kedua ini timbul dalamkehidupan
masyarakat yang majemuk. Perbedaan tradisi, bahasa, hukum, dan identitas sosial
menyatu dalam kepentingan kelompok sehingga dapat memicu konflik,
kecemburuan, dan berbagai prasangka sosial dalam masyarakat.
Ketiga, benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama (conflict of
political, ideology and religious Interest). Sumber konflik ketiga ini merupakan
benturan antara struktur yang mapan terhadap kebudayaan, sistem nilai, ideologi,
dan agama yang berkembang. Konflik ini biasanya muncul dalam format;
penguasa versus rakyat, majikan versus buruh, dan patron versus client.
Dalam mengatasi masalah yang membelenggu masyarakat modern ini,
maka salah satu solusinya adalah kembali kepada agama dengan membumikan
nilai-nilai spritual ke dalam kehidupan. Senada dengan ini prediksi Futurolog
John Naisbit dan istrinya Patricia Aburdance, menurutnya spritualisme adalah
termasuk salah satu di antara 10 kecendrungan besar (mega trend) di masa depan,
era globalisasi, abad 21 (Neisbit and Aburdance: 296).
Wacana kehidupan sufistik yang sudah dihias dengan kondisi kekinian
merupakan salah satu alternatif yang dapat disosialisasikan oleh masyarakat hari
ini. Dalam hal ini, Komarudin Hidayat dan Muh.Wahyuni Nafis mengungkapkan
bahwa, agama yang cocok untuk dunia modern adalah keberagamaan kaum sufi
atau esoterisme Tao, karena keduanya dinilai sangat humanis, inklusif dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip antropis dan hukum alam. Dengan ungkapan
lain, agama masa depan yang ditawarkan adalah agama yang memperjuangkan
prinsip-prinsip antropik-spritualisme, yaitu madzhab filsafat agama yang
menempatkan manusia sebagai subyek sentral dalam jagad raya, tetapi inheren
dalam kemanusiaannya itu tumbuh kesadaran spritual yang senantiasa berorientasi
kepada Tuhan. (Hidayat dan Nafis, 1995: xvii).

14
c. Membumikan Nilai-nilai Tasawuf di Era Modern
Di awal saya sudah memaparkan bahwa kondisi kekinian telah membawa
orang jauh dari Tuhannya. Untuk itu, jalan untuk membawanya kembali adalah
dengan menginternalkan nilai-nilai spritual (dalam Islam disebut tasawuf) atau
membumikannya dalam kehidupan masa kini.
Salah satu tokoh era modern yang begitu sungguh-sungguh
memperjuangkan internalisasi nilai-nilai spritual Islam adalah Sayyid Husein
Nashr. Ia melihat datangnya malapetaka dalam manusia modern akibat hilangnya
spritualitas yang sesungguhnya inhern dalamtradisi Islam. Bahkan beliau juga
menyesali tindakan akomodatif dari kalangan modernis dan reformis dunia Islam
yang telah berakibat menghancurkan seni dan budaya Islam serta menciptakan
kegersangan dalam jiwa seorang muslim.
Dalam situasi kebingungan seperti ini, sementara bagi mereka selama
berabad-abad Islam dipandangnya dari isinya yang legalistik formalistis, tidak
memiliki dimensi esoteris (batiniah) maka kini saatnya dimensi batiniyah Islam
harus diperkenalkan sebagai alternatif. (Nata : 293). Menurut Komarudin Hidayat
yang dikutip oleh Abudin Nata sufisme perlu untuk dimasyarakatkan dengan
tujuan : Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan
kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spritual.
Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris
(kebatinan Islam), baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya
maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat. Ketiga, untuk
memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni
sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek-aspek yang lain ajaran Islam (Nata : 293).
Nurcholis Majid sebagaimana yang dikutip oleh Simuh mengatakan bahwa
sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh Islam memberi tempat
kepada jenis penghayatan keagamaan yang lengkap dan utuh. Islam memberi
tempat kepada jenis penghayatan keagamaan eksoterik (lahiri) dan esoterik
(batini) sekaligus. (Simuh, 1997: 271). Senada dengan itu, Khan Sahib Khaja
Khan mengatakan bahwa tasawuf itu terdiri dari dua unsur yang tidak bisa
dipisahkan yaitu unsur formalistik yang disebut dengan syari’at dan unsur

15
substansialistik yang terkait dengan pekerjaan hati (feeling) yang ditempuh lewat
tarikat. (Khan, 1978: 153).
Tasawuf bukan berarti mengabaikan nilai-nilai syari’at (nilai- nilai
formalistik dalam Islam). Tasawuf yang benar adalah adanya tawazun
(keseimbangan) antara keduanya yaitu unsur lahir (formalistik) dan batin
(substansialistik). Untuk betul-betul membumikan tasawuf (nilai-nilai spritual
Islam) di era kekinian atau dalam rangka mensosialisasikan tasawuf untuk
mengatasi masalah moral yang ada pada saat ini diperlukan adanya pemahaman
baru (interpretasi baru) terhadap term-termtasawuf yang selama ini dipandang
sebagai penyebab melemahnya daya juang di kalangan umat Islam yang akhirnya
menghantarkan umat Islam menjadi mandeg (statis).
Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung
dan disadari dengan Tuhan, sehingga orang merasa dengan kesadarannya itu
berada dihadirat-Nya. Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat
mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang nampak berserakan. Karena
melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini
berasal dari Tuhan, bahwa dalam faham wahdatul wujud, alam dan manusia yang
menjadi objek ilmu pengetahuan ini sebenarnya adalah bayang- bayang atau foto
copy Tuhan. Dengan cara demikian antara satu ilmu dengan ilmu lainnya akan
saling mengarah pada Tuhan. Di sinilah perlunya ilmu dan teknologi yang
berwawasan moral, yaitu ilmu yang diarahkan oleh nilai-nilai dari Tuhan (Nata
:295). Orang yang demikian harus cemas jika ilmu yang dimilikinya itu tidak
dimanfaatkan sesuai perintah Tuhan.

3. PENDEKATAN SAINS
a. Definisi antara Science, Sains dan Ilmu
Science dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “al-Ilmu”.Dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan “ilmu”atau “sains”. Al-Ilmu secara bahasa maknanya
adalah pemahaman, pengetahuan, isyarat, atau tanda. Al-Ilmu adalah anonim dari
kata al-jahl (kebodohan).
Menurut Hasan Hito secara istilah al-ilmu didefinisikan sebagai,
“Pengetahuan yang mutlak, sesuai dengan fakta, dan berdasarkan bukti (data)”

16
(Hito 1990, 26) Atau ilmu adalah, “Memahami sesuatu sesuai faktadengan
pemahaman mutlak” (Ya’qub 2011). Ilmu adalah mengetahui atau memahami
sesuatu sesuai fakta, atau sifat untuk mengungkap sesuatu yang diinginkan dengan
sebenar-benarnya. Ilmu yg dimaksud dalam hal ini adalah ilmu yang iktisabi, atau
ilmu yang didasarkan pada penelitian dan percobaan.
Sedangkan science secara terminologi adalah, “Pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara sistematis, atau pengetahuan yang diperoleh dari
eksperimen dan observasi”. Atau “Sains adalah pengetahuan sistematis yang
diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada
penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan
sebagainya” (Nurmayani 2013).
Ziauddin Sardar berpendapat bahwa ilmu atau sains adalah “Cara
mempelajari alam secara obyektif dan sistematik serta ilmu merupakan suatu
aktifitas manusia.Kemudian menurut John Biesanz dan Mavis Biesanz dua sarjana
ilmu sosial, mereka mendefinisikan ilmu sebagai suatu cara yang teratur untuk
memperoleh pengetahuan (an organized way of oftening knowledge) dari pada
sebagai kumpulan teratur pada pengetahuan. Jadi ilmu adalah merupakan suatu
metode (Gie 2000, 198). Kemudian menurut Muslim A. Kadir, “Ilmu merupakan
kumpulan sistematis sejumlah pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh
melalui kegiatan berfikir” (Kadir, 2003: 201).
b. Islam dan Mukjizat Ilmiah
Dalam sains islam, referensi utama atau data primer sains islam diperoleh
dari teks-teks Al-Quran dan hadits nabi. Fakta-fakta ilmiah dalam islam adalah
informasi yang berasal dari keduanya. Fakta-fakta ilmiah ini kemudian diperkuat
oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang pada masa nabi tidak ditemukan atau
didapati fakta ilmiahnya dengan teknologi atau peralatan canggih berbasis digital.
Informasi ilmiah tersebut diketahui kebenarannya setelah dilakukan serangkaian
penelitian dengan teknologi dan peralatan yang canggih dan memadai saat ini.
Kesesuian dan kebenaran fakta-fakta ilmiah antara informasi nabi dan al-Quran
dengan hasil penelitian kontemporer yang dilakukan para ilmuan makin
menguatkan bahwa apa yang dibawa oleh nabi adalah sebuah mukjizat ilmiah
yang diberikan Allah kepada rasul-Nya. Sebuah mukjizat abadi yang berbeda

17
dengan mukjizat-mukjizat lain yang diberikan Allah kepada nabi-nabi sebelumnya
yang bersifat temporal.
Setiap nabi diberikan mukjizat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
kaumnya. Inilah yang membedakan antara nabi Muhammad dengan nabinabi
sebelumnya. Jika nabi sebelumnya diutus Allah untuk kaum tertentu, masa
tertentu, yang diperkuat Allah dengan mukjizat materialistik atau kongkrit seperti
tongkat musa, menghidupkan orang mati seperti mukjizat Isa AS, maka mukjizat
ilmiah sangat relevan dengan kondisi umat dan zaman saat ini. Inilah yang
menjadikan islam sebagai agama yang selalu relevan dengan waktu, tempat,
kondisi, dan generasinya, sampai hari kiamat. Inilah mukjizat ilmiah terbesar
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat
persaksiannya?” Katakanlah, “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kalian.
Dan Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi
peringatan kepada alian dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an
(kepadanya) (QS. Al-An’am: 19). Persaksian yang kuat dalam ayat ini berupa
mukjizat keilmuan yang bisa disaksikan oleh siapa saja, baik oleh orang islam
atau non muslim. Mukjizat yang tak terbantahkan kebenarannya. “Tetapi Allah
mengakui al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya
dengan ilmu-Nya” (QS. An-Nisa’: 166).
Di era sekarang kebenaran sains islam sudah mulai terungkap
kebenarannya sedikit demi sedikit secara bertahap, sesuai awalnya Al-Qur’an
diturunkan secara bertahap. Kebenaran-kebenaran ilmiah ini sampai suatu saat
tertentu akan menarik umat manusia untuk mengakui kebesaran Allah Yang
Mahakuasa.
c. Fakta Ilmiah Keserasian antara Islam dan Sains
Dari hasil kajian para ilmuan muslim dan non muslim kontemporer
terhadap teks-teks al-Quran dan sunnah, dijumpai bahwa terdapat keserasian
fakta-fakta ilmiah antara al-Quran dan Hadits dengan keilmuan masa kini atau
sains. Penemuan ini sangat menarik untuk dikaji secara akademis. Kajian dan
penelitan telah dilakukan dalam berbagai bidang sains, meliputi; Astronomi
(Falak), Ilmu Geologi, Arkeologi, Geografi, Agronomi Dan Botani, Zoologi,

18
Entomologi (Serangga), Biologi, Kedokteran, Genetika, Anatomi, Kesehatan
Makanan, Sosiologi, Metafisika, Pengobatan Islami dan Psikoterapi Islam.
1. Fakta Terbelahnya Bulan Antara Islam Dan Sains
Diantara contoh fakta-fakta ilmiah yang diakui ilmuan Barat adalah
tentang kenyataan terbelahnya bulan. Allah SWT berfirman,“Hari Kiamat
semakin mendekat, dan bulan pun terbelah ) (QS. Al-Qamar: 1). Dalam Islam
fenomena terbelahnyabulan terjadi pada masa Nabi SAW, sebagai salah satu bukti
dan mukjizat kebenaran risalah dan kenabian Rasulullah Muhammad SAW.
Dalam sejarah diceritakan bahwa kaum Quraisy meminta bukti kebenaran
kenabian SAW. Maka Allah memberikan mukjizat kepada nabi berupa
terbelahnya bulan. Satu bagian diatas bukit yang satu dan sebagian lagi diatas
bukit yang lain. Dalam nalar manusia modern kisah ini sempat diragukan. Apa
benar bulan pernah terbelah menjadi dua bagian?
Kenyataannya parailmuwan NASA telah menemukan adanya belahan pada
bulan yang panjangnya mencapai ratusan kilometer. Mereka juga menemukan
adanya sejumlah belahan lain pada permukaan bulan. Apa pun sebab belahan-
belahan ini, faktor apa pun yang membentuknya, jelas bahwa ilmuwan tidak
meragukan lagi adanya belahan-belahan ini. Ini adalah bukti nyata atas terjadinya
belahan di permukaan bulan. Cukup Al-Qur’an yang memberi isyarat. Dan, suatu
hari ilmu pengetahuan pasti akan menyingkap kenyataan, agar mukjizat ini
menjadi saksi atas kebenaran agama (Shehab 2013, 132).
2. Fakta Terbelahnya Laut Merah Sejarah dan Sains
Diantara mukjizat Nabi Musa AS, adalah membelah laut merah. alQuran
mengisahkan mukjizat Nabi Musa itu dalam Surat Asy Syu’ara’ ayat 63, “Lalu
Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar”
(QS. Asy-Syu’araa’: 63).
Peristiwa terbelahnya laut merah terjadi pada hari senin tanggal 10
Muharram. Fakta sejarah mencatat bahwa Nabi Musa diperintahkan Allah untuk
menyelamatkan Bani Israel dari kekejaman Fir’aun. Pada peristiwa itu tercatat
bahwa Musa membawa sekitar 600 ribu kaumnya untuk keluar dari wilayah
Mesir. Namun Fir’aun tidak dengan mudah melepas Musa dan kaumnya. Setelah

19
Musa dan kaumnya berangkat meninggalkan Mesir, maka Fir’aun dengan
tentaranya yang berjumlah 1.200.000 tentara berkuda menyusul dan mengejar
Musa dan kaumnya.
Sejumlah ilmuwan Amerika Serikat menemukan proses ilmiah terbelahnya
laut merah setelah melalui serangkain riset. Dengan simulasi komputer, mereka
menemukan bahwa hembusan angin yang kuat bisa membelah laut merah hingga
bisa dilalui untuk menyeberang. Penelitian itu kemudian dipublikasikan ke jurnal
Plos One.
Para peneliti menunjukkan bahwa angin timur yang berhembus kuat di
malam hari, bisa mendorong air laut ke kedalaman hingga tercipta jalur yang bisa
dilalui untuk menyeberang. Jika angin itu berhembus selama 12 jam, maka laut
merah “terbelah” selama empat jam dan setelah itu menutup kembali. Carl Drews
dari US National Center for Atmospheric Research (NCAR) sebagaimana yang
dilansir BBC pada 21 September 2010 mengatakan, “Terbelahnya perairan dapat
dipahami melalui dinamika fluida. Angin menggerakkan air dengan cara yang
sesuai dengan hukumhukum fisika, membentuk jalur penyeberangan yang aman
dengan air pada dua sisi dan kemudian tiba-tiba menutup kembali dengan segera.”
Berhembusnya angin timur di malam itu, sungguh sangat sesuai dengan
kisah Nabi Musa dalam Surat Thaha yang menyebutkan bahwa perjalanan mereka
terjadi di malam hari dan pada malam hari itu pula laut merah terbelah. Nabi
Musa dan kaumnya berhasil menyeberang dengan selamat, sedangkan Firaun dan
bala tentara yang menyusul di belakang mereka akhirnya tenggelam saat laut
merah tiba-tiba menutup kembali. “… Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan
kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam
hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah
khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”(QS. Thaha: 77).
Said bin Jubair berkata, “Laut saat itu dalam keadaan tenang, tidak bergerak,
ketika malam musa memukulkan tongkatnya terjadilah pasang surut (As-Suyuthi
2003, 256).
3. Fakta Ayat Menyusui dan Sains
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak
tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, di samping

20
sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan,
makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan
sumber makanan yang menakjubkan ini (Yahya 2014, 109). Kami perintahkan
kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan (QS. Al-
Ahqaf:15).
Baru-baru ini para ilmuwan menemukan bahwa makanan yang tepat untuk
bayi adalah dari susu ibunya (ASI), dan makanan ini tidak dianggap sempurna
kecuali jika sang ibu telah menyusui anaknya selama dua tahun penuh! Inilah
yang telah dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada abad 21
ini, begitu juga dalam hasil konferensi medis baru-baru ini menegaskan bahwa
masa terbaik untuk menyusui adalah dua tahun, karena anak selama dua tahun
tersebut sangat membutuhkan antibodi untuk mengembangkan sistem kekebalan
tubuh, benda-benda tersebut tidak ditemukan di tempat lain kecuali dalam susu
ibu.
Diantara fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu
adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat
bermanfaat. Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad lalu,
yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya
“…menyapihnya dalam dua tahun….”
Margaret Chan, direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan,
“Cara terbaik untuk mencegah kekurangan gizi, kematian bayi dan anak-anak
adalah dengan memberi mereka ASI Eksklusif selama sejam pertama dari
kelahirannya. Memberikan ASI Ekslusif terhadap bayi yang baru lahir, tanpa
memberikan makanan atau cairan lainnya, sekalipun air. Hal itu dilakukan
sehingga bayi berusia enam bulan. Para ibu tetap memberi mereka ASI dengan
memberinya makanan tambahan sampai mereka mencapai usia minimal dua
tahun.
Studi menunjukkan bahwa memberikan ASI selama dua tahun adalah
sangat penting dalam kehidupan setiap anak. Hal itu untuk meningkatkan
efektivitas sistem kekebalan tubuh dan memiliki ketahanan terhadap berbagai

21
penyakit, serta memberikan kemampuan lebih besar untuk berinovasi dan
meningkatkan kecerdasan. Banyak sekali manfaat yang diperoleh bayi, jika
mereka memperoleh ASI Ekslusif selama dua tahun penuh.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang menggunakan acra
pandang ilmu psikologi, yakni pendekatan yang melihat kajian pada jiwa manusia.
Pendekatan psikologis dalam kajian agama merupakan pendekatan yang bertujuan
untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Pendekatan ini
mengambil jiwa manusia yang dilihat dalam hubungannya dengan agama sebagai
objek. Ada beberapa pendekatan dalam ilmu psikologi, yakni : Pendekatan
Struktural, Pendekatan Fungsiona, Pendekatan Psiko-analisis.
Tasawuf merupakan bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada
perkembangan pembersihan aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan
akhlak manusia. Mempelajari dan mengamalkan tasawuf seperti yang ditawarkan
oleh para sufi sepertinya merupakan salah satu jalan untuk membangkitkan Islam
global seperti pada zaman keemasan Islam. Dekadensi moral hari ini yang
melanda masyarakat modern diakibatkan keringnya penghayatan terhadap nilai-
nilai spritual. Sehingga prilaku menyimpang seperti Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) sangat merajalela di kalangan pejabat dan birokrat
pemerintahan. Hanya ada satu solusi terbaik yaitu membumikan nilai-nilai spritual
(dalam Islam terbingkai dengan tasawuf) untuk mengatasi problem masyarakat
modern hari ini.
Terdapat keserasian fakta-fakta ilmiah antara al-Quran dan Hadits dengan
keilmuan masa kini atau sains. Hal ini karena Sains Islam berasal dari Allah SWT,
yang menciptakan alam semesta, tentu Allah lebih tahu tentang rahasia dibalik
semua ciptaannya. Maka dari itu tidak ada pertentangan antara penemuan manusia
dengan al-Quran dan hadits-hadits nabi. Bahkan keduanya mengilhami manusia,
membuka jalan terang terhadap kebuntuan, dan memberikan solusi ilmiah kepada
para ilmuan dan para peneliti sains.

B. Saran
Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Karena itu,
pastilah makalah ini belum sesuai harapan. Untuk itu, penulis berharap agar para

23
pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis, sehingga makalah kami bisa
lebih baik kedepannya.Terimakasih.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


Ancok, Djamluddin dan Suroso, Fuat Anshori.1995. Psikologi Islami : Solusi
Dalam atas Problema-Probelema Psikologi Cet II. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ar-Razi, Fakhruddin. 2000. Mafatihul Ghaib. Beirut: Dar El-Kutub AlIlmiah.
Al-Tafthazani.1985. Sufi dari zaman ke zaman, Terj. Ahmad Rafi’ Usmani,
Pustaka ITB: Bandung.
As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar. 2003. Ad-Durar Al-Mantsur Fii At-
Tafsir Bil Ma’tsur. Kairo: Dar Hijr
Asy-Sya'rani, Sayyid Abdul Wahab.1998. Al-Minah as-Saniyah, Ed.Terjemah
oleh Ach. Khudori Soleh, Menjadi Kekasih Tuhan, Mitra Pustaka:
Yogyakarta.
Basumi, Ibrahim. 1969. Nasya’ah at-Ta¡awuf al-Islam, Makkah: Dar al- Ma’arif.
Darajat, Zakiah. 1979. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Dingagunasa, Singgih.1996. Pengantar Ilmu Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Hidayat, Komaruddin, et.al.. 1999. Perkembangan Psikologi Agama dan
Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.
Ibn Katsir, Abu Al-Fida’ Ismail bin Amr. 1999. Tafsir Al-Quran Al-Azhim. Beirut:
Dar Thayyibah.
Kadir, Muslim A. 2003. Ilmu Islam Terapan Menggagas Paradigma Amali
Dalam Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Lahey, Benjamin B, Psychology An Intriduction. New York: Mc Graw Hil, 2003
Hidayat, Komarudin. 2000. Agama dan kegalauan Masyarakat Modern, dalam
Nurcholish Madjid et.al., Kehampaan Spritual Masyarakat Modern,
Mediacita: Jakarta.
_____, dan Nafis, Muh. Wahyuni.1995. Agama masa depan Persfektif Filsafat
Perennial, Paramadinah.
Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakir.2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Madjid, Nurcholis. 1998. Dialog Keterbukaan, Ed. Edy A.Efendi, Paramadina:
Jakarta.
Nata, Abudin.1997. Akhlak tasawuf, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
_____, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Nurmayani. 2013. Sumbangan Islam Terhadap Sains Dan Teknologi. Jurnal
Handayani 1(1).
Rahardjo, Dawam. 1993. Intelektual, Inteligensia, dan prilaku politik bangsa,
Mizan: Bandung.

25
Rahmayulis. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Suryahadipraja, Sayidiman. 1993. Makna Modernitas Dan Tantangannya
Terhadap Iman Dalam kontekstual Ajaran Islam, Paramadina: Jakarta.
Simuh.1997. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
.
Shehab, Magdy. 2013. Ensiklopedia Kemukjizatan AL-Quran Dan Sunnah.
Jakarta: Naylal Moona.
Yahya, Harun. 2014. Al-Quran Dan Sains. Bandung: Adz-Dzikra.

26

Anda mungkin juga menyukai