Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR HUMANISME

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Dan Model Pembelajaran PAI
Dari Dosen Pengampu Prof. Dr. H. M. Djaswidi Al Hamdani, M.Pd.

Disusun oleh :

ACENG MUHYAN ACENG MUHYAN


NIM 2111000908
KELAS/SEMESTER B / 2

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, tiada hal yang pantas selain bersyukur kehadirat


Allah SWT. Sebagi ungkapan rasa syukur atas karunia dan Nikmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada kita, shalawat beriring salam taklupa kita panjatkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada orang tua yang telah memberian kasih sayang, doa, semangat, dan
dukungan yang tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. H. Djaswidi Al Hamdani, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah “Teori dan Model Pembelajaran PAI”, dan semua teman teman yang
telah memberikan motifasi dan dukungannya sehingga dapat terselesaikannya
tugas ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, sehingga
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis pada khususnya dan para pembaca
pada umumnya.

Tasikmalaya, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1


A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 2

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………… 3


A. Pengertian Teori Belajar Humanisme ………………………….. 3
B. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanisme ………………………... 4
1. Arthur Combs …………………………………..................... 4
2. Abraham Maslow ……………………………………………. 5
3. Carl R. Rogers k …………………………………………….. 7

BAB III : PENUTUP …………………………………………………………….. 12


1. Kesimpulan ……………………………………………………… 12
2. Saran …………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi
ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai
sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda,
bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan
konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat
positif tentang manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme
menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsur
manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan kepribadian
manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Manusia
akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit”
tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori
humanisme.
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding
tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga
perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai
dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian

1
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang proses belajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar
lainnya

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian teori belajar humanisme ?
2. Siapakah tokoh-tokoh dalam teori belajar humanisme ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanisme ?
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanisme ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanisme


Dalam teori belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya
yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa
kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga
dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya
tentang belajar bermakna atau “Meaningful Lerning” yang juga tergolong dalam
aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional
sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan
dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru
kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanisme berpendapat
bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

3
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme
dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan
manusia. Hal ini menjadikan teori humanisntik bersifat sangat eklektik. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu
akan ada kebaikan dan ada pula klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu
sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana
adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori apapun
asal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun
teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat
perhatiannya. Dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu setiap ahli
melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing-masing dan
menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar
adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai
teori tentang belajar sesuai pandangan masing-masing.

B. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanisme


Tokoh penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain
adalah : Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.
1. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-
perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain.
Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain
tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah
sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus
mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme
melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan personalisasi
informasi baru tersebut.
a. Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa
yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan
bermanfaat bagi dirinya.

4
b. Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer
langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang
mencerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi
sesuai dan bermakna. Artinya informasi itu diperolehnya sendiri dan
peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah
sebagai pembimbing yang mengarahkan.

Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau
bahan pelajaran disusun dengan rapih dan disampaikan dengan baik, tetapi
arti dan maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang
mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam
dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana
pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid memetik arti
dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan
hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya
telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari
pusat lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap
seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat
lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam
berperilaku. Jadi jelaslah maka semakin banyak hal yang dipelajari oleh
murid segera dilupakan, karena tidak ada kaitanya sama sekali dengan
dirinya.

2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi
humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh
sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya
yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat
dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau
menghalangi pertumbuhan.

5
Maslow, berpendapat bahwa manusia memiliki hirarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan
kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum,
tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan,
keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari
bencana.
c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta,
persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan
sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri,
harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas,
kreativitas, dan ekspresi diri.

Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu


kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang
pertama disebut deficiency neds (kebutuhan yang timbul karena
kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada
orang lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan growth
needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung
pada manusia itu sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada
terpenuhinyan kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.
Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang.
Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni
dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.
Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa

6
anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak
tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa
menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di
bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut
belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalaman tidak tidur
dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya
cemas dan takut, dan lain-lain.

3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non
directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan
pioneer dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat
pada klien dari Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani
masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa
pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam
teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.

Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
 Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua
pengalaman dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan
demikian ia akan banyak mengalami emosi (emosional) baik yang positif
maupun yang negatif.
 Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan
selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas
pengalaman selanjutnya.

7
 Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa
yang dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
 Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran
dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung pada
dirinya sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat
melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu
melakukan apa yang saja yang ingin dilakukanya.
 Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada
organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang
beraneka ragam disekitarnya.

Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-


gagasnnya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
humanisme. Dalam buku Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-
prinsip belajar humanisme yang penting adalah sebagai berikut :
 Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
 Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
 Tugas-tugas belajar yang mengancam diri mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

8
 Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
 Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
 Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar.
 Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya,
baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
 Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan
mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
 Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas,


secara singkat inti prinsip belajar humanisme adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar.
Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk
belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas
yang humanisme anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk
menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar
dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.

9
c. Belajar tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik
apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau
hukuman. Proses belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat
menguji kemampuanya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru
atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang
biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih
arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan
kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to
learn how to learn). Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan
pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting dari pada memperoleh
kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji
hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri
memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak
bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas
inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan
membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia
juga lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada
penilaian pihak lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua
aspek pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme
yang lain menanamkan jenis belajar ini sebagai whole-person
learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh.
Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan
menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid.
Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih
bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah
senantiasa bergairah untuk terus belajar.

10
0
e. Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling
bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-
waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-
gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang
diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan
zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu
Pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju. apa yang dipalajari di
masa lalu tidak membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa
kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat
ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah
dan akan terus berubah.

11
0
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
2. Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain
adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

B. Saran
Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini
dan aplikasi.

12
0
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Teori Belajar Humanisme (online).


trimanjuniarso.files.wordpress.com). /2008/02/teori belajar humanism.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.

Karwono.2010.Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber


Belajar.Ciputat:Cerdas Jaya.

Rahmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanisme dan Aplikasinya dalam


Pendidikan. Jurnal Pendididkan Islam,1-1-2008.

Anda mungkin juga menyukai