Disusun oleh:
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini,
1. Allah Yang Maha Esa, yang telah memudahkan dalam pembuatan karya ilmiah ini.
2. Orang tua, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan berupa materi dan
nonmateri.
3. Ibu Fonny Katili selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajarn yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan karya ilmiah ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa, yang telah membantu dalam bentuk apapun.
Dengan rahmat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,
karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun, agar kami bias lebih baik lagi
dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1
BAB II Pembahassan..........................................................................................3
Pembelajaran.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini
boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-
menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang
manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting
dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi
perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidak-normalan” atau
“sakit”. Manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit”
tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme.
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya
bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi
belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk
membentuk manusia yang di cita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang
paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk
dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya
lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang
dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik
1
pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini
dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan,
ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri (self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi. Aplikasi teori kebutuhan
Maslow dalam pembelajaran:
4
Ø Guru memberi bimbingan pada peserta didiknya agar saling membantu baik dengan teman
yang dianggap mampu maupun kurang mampu, sehingga antar peserta didik timbul rasa
kasih sayang.
Ø Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan kerja sama mutualistik dan saling
percaya di antara peserta didik.
Ø Sekolah mengembangkan dikusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran
sehingga antar siswa akan terjalin keakraban.
Ø Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurukuler yang beragam.
5
2. Carl Rogers
Rogers mengembangkan teori dengan konsep terapi yang berpusat pada klien ( client-
centered therapy ). Rogers lebih suka menggunakan nama klien daripada pasien terhadap
orang yang berkonsultasi, karena klien merupakan tokoh utama sehingga klien dapat lebih
menerima dirinya sendiri. Jika dikaitkan dengan belajar, Rogers menerapkan pembelajaran
berpusat pada peserta didik ( leaner centered approach ). Dalam hal ini, berarti guru harus
tulus membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, percaya, dan menghargai pendapat
peserta didik, dan empati (mampu merasakan keluhan peserta didik sehingga siap membantu
dengan tulus).
Berkaitan dengan teori ini berarti, dalam belajar peserta didik diberikan kebebasan
untuk memilih sendiri cara belajarnya, bukan dipaksakan sesuai dengan cara belajar orang
lain yang tidak sesuai dengan karakteristiknya. Dalam mengambil keputusan, peserta didik
diberi kebebasan untuk menentukan pilihan serta mempertanggungjawabkan atas pilihannya
tersebut. Dalam proses belajar yang demmikian, anak tidak di didik menjadi orang lain, tetapi
dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi diri sendiri. Anak tidak direkayasa agar terikat dengan
orang lain, bergantung pada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain, mereka dibiarkan
agar tetap bisa menjadi arsitek buat diri sendiri.
Dalam dinamika kepribadian Carl Rogers mengenal tiga istilah, yang dapat dikaitkan
dengan pembelajaran, yaitu:
a) Anggapan positif tanpa syarat (Uncoditonal Positive Regard)
Dalam hal ini guru harus memliki anggapan positif atau menerima suatu keadaan
peserta didik dengan tulus (apa adanya individu). Di sini sudah jelas bahwa seorang pendidik
ditubtut untuk menganggap bahwa aemua anak didik atau peserta didik yang dihadapi adalah
baik. Anggapan positif sendiri memiliki arti kebutuhan untuk menjadi disukai, dihargai, atau
diterima secara positif dari pihak lain, contoh: dalam bidang seni siswa kurang
kemampuannya, tapi memiliki kelebihan di bidang akademik maka guru harus tetap
menerima keberadaan siswa tersebut. Jika kemampuan akademiknya diterima secara positif
maka dia akan merasa puas, dan secara otomatis akan melakukan hal yang sama. Yaitu siswa
akan menerima dan memuji kelebihan orang lain.
b) Kesesuaian Diri (Self Cosistensy And Congruence)
Merupakan adanya kesesuaian antara persepsi diri dengan pengalaman. Dalam kasus ini
dapat dikatakan terjadi suatu hal yang berbeda dengan pengalaman atau kebiasaan. Misalnya:
seorang siswa yang mempersepsikan dirinya pandai bahasa Inggris, namun saat ulangan
mendapat nilai yang jelek dan kemudian akan timbul kekecewaan sehingga mengakibatkan
6
anak itu malas untuk belajar. Sebagai guru yang humanis, peidik harus memotivasi siswa
agar lebih meningkatkan belajarnya lagi dan menyadari akan kekurangannya.
c) Aktualisasi Diri (self actualization)
Dalam hal ini individu di pandang terus menerus bergerak maju.yang mana seorang
individu harus bisa dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan yang nyata pada suatu
saat nanti. Misalnya seorang siswa ahli fisika maka suatu saat dia haruslah mengaplikasikan
keahliannya tersebut dalam kenyataan seperti menjadi seorang ahli fisikawan.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang
lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif.
7
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
Merespon perasaan siswa
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
3. Arthur Combs
Combs berpendapat bahwa persepsi merupakan unsur batiniah yang menyebabkan
seseorang berbeda dengan yang lain. Perilaku merupakan hasil dari persepsi seseorang. Agar
dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana
mereka berpikir dan bagaimana persepsi dirinya. Oleh karena itu, untuk untuk mengubah
perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Kaitannya dengan pembelajaran,
guru berusaha untuk memahami sudut pandang peserta didik terhadap suatu hal. Guru peka
terhadap perasaan orang lain dan yakin bahwa anak didik mereka mampu untuk belajar, serta
membantu peserta didik mengembangkan konsep diri positif.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika
atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa
dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
8
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu
pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya
dengan kehidupannya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Combs memberikan lukisan persepsi diri
dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada :
9
Dalam teori pembelajaran humanisme, peserta didik akan ditempatkan sebagai pusat
atau bahan perhatian dalam aktifitas belajar. Kemudian peserta didik juga menjadi pelaku
dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik dituntut
untuk berperan aktif, kreatif dan inisiatif. Karena siswa akan diberikan kebebasan untuk
mengepresikan kemampuan yang dimilikinya dan bukan merupakan sekedarmenerima
informasi dari guru/pendidik.
2. Guru
Dalam pembelajaran humanisme, peran guru adalah menjadi fasilitator bagi peserta
didiknya dengan cara member motifasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai terhadap kebutuhan peserta didik sehingga
akan tercipta suasana yang aktif, yang tentu diikuti dengan penyampaian yang sistematis.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini
merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di
dalam belajar yang bermakna tadi.
d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan
cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat
berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
10
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
11
4. Bentuk-bentuk Pendidikan Humanisme
a. Pendidikan Terbuka (Open Education)
Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid
untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri.
Dimana dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator serta menjadi
pembimbing mereka (peserta didik) dalam belajar. Dalam proses seperti ini biasanya
lingkungan fisik kelas berbeda dengan kelas tradisional. Individu/peserta didik dalam proses
belajarni tidak hanya sekedar menjadi pendengar informasi yang disampaikan oleh pendidik.
Tapi diharapkan pesrta didik mampu untuk berkreasi dan berperan aktif terhadap proses
belajar. Sehingga memungkinkan munculnya keterampilan-keterampilan atau suatu
keinginan-keinginan tertentu.
Adapun kriteria yang disyaratkan dengan pendidikan ini antara lain:
Ø Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar.
Ø Tidak adanya larangan pada peserta diik untuk bergerak secara bebas di ruang kelas,
serta pengeksplorasian dari kemampuannya.
Ø Adanya suasana yang harmonis, penuh kasih saying,hangat, saling menghargai dan
keterbukaan.
Ø Jika terjadi suatu masalah pribadi dengan peserta didik, pendidik akan
menyelesaikannya dengan jalan komunikasi secara pribadi dengan peserta didik yang
bersangkutan tanpa melibatkan kelompok atau pihak lain yang tidak berhubungan.
Ø Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid dan membuat
catatan dan penilaian secara individual, hanya sedikit sedikit sekali diadakan tes formal.
Ø Adanya kesempatan untuk pertumbuhan profesional bagi guru, maksudnya guru dapat
menggunakan bantuan pihak lain seperti: asisten pengajar, rekan sekerjanya, atau sejenisnya.
Ø Guru menghargai kreativitas, mendodorng berpartisipasi, dan memberikan kebebasan dan
hasil-hasil yang bersifat afektif secara lebih baik.
b. Pembelajaran Mandiri (Independent Learning)
Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid menjadi subjek
yang dapat merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara
bertanggung jawab. Pembelajaran mandiri juga dapat dikatakan sebagai suatu system
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat melakukannya sendiri dan tidak tergantung
pada factor guru, teman, atau faktor lainnya. Dalam pembelajaran model ini peran seorang
pendidik yaitu memfasilitasi, mengkomunikasikan dan mendukung siswa dalam
menggunakan keterampilan yang telah mereka miliki.
12
Pembelajaran mendiri juga dapat diartikan proses pembelajaran yang mengajak siswa
melakukan tindakan mandiri. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan
pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secaraa sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata. Dalam
pembelajaran ini membebaskan siswa untuk belajarsesuai dengan gaya belajar mereka
sendiri, sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai dengan ara minat dan bakat dalam
menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Dalam pelaksanaannya, proses ini
cocok untuk pembelajaran ditingkat atau level perguruan tinggi, yang mana pada level/tingkat
tersebut lebih menuntut kemandirian dari peserta didik.
13
2. Lingkungan yang tidak mendukung: Lingkungan di sekitar siswa dapat berperan
penting dalam membantu mereka mengenali diri dan potensi mereka. Jika lingkungan
di sekolah atau di rumah tidak mendukung perkembangan pribadi yang positif, siswa
mungkin mengalami kesulitan dalam menggali potensi mereka.
3. Ketidakpastian atau kebingungan: Beberapa siswa mungkin tidak yakin apa yang
sebenarnya mereka inginkan atau mampu lakukan. Ini bisa menjadi tantangan dalam
mengidentifikasi dan memahami potensi yang sebenarnya pada diri mereka.
4. Kurangnya kesempatan eksplorasi: Proses pengenalan diri dan potensi dapat
terhambat jika siswa tidak diberikan kesempatan atau ruang untuk mengeksplorasi
minat, bakat, dan kecakapan mereka. Pembatasan ini bisa berupa kurangnya program
ekstrakurikuler, kurikulum yang terlalu kaku, atau penekanan yang berlebihan pada
tes standar.
5. Rendahnya rasa percaya diri: Beberapa siswa mungkin menghadapi masalah dengan
rendahnya rasa percaya diri, yang dapat menghalangi mereka untuk mengeksplorasi
potensi mereka secara penuh. Perasaan tidak percaya diri atau kurangnya dorongan
dari lingkungan sekitar dapat menjadi penghambat dalam proses pengenalan diri.
6. Kurangnya refleksi diri: Proses mengenal diri sendiri memerlukan kemampuan untuk
merefleksikan pengalaman, nilai, dan keinginan pribadi. Jika siswa tidak diajari atau
didorong untuk melakukan refleksi diri, mereka mungkin kesulitan dalam mengenali
potensi dan kekuatan yang dimiliki.
Mengatasi kesulitan dalam mengenal diri dan potensi pada diri siswa membutuhkan
pendekatan yang holistik dan mendalam. Diperlukan perhatian pada aspek psikologis,
lingkungan yang mendukung, serta pengembangan keterampilan refleksi diri untuk
membantu siswa menemukan dan memahami potensi mereka dengan lebih baik.
Untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam mengenal diri dan potensi yang ada pada
mereka dalam kerangka teori belajar humanisme, beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah:
1. Pembinaan Pribadi: Guru dan pendidik dapat memfasilitasi proses pengenalan diri
dengan membina hubungan yang baik antara mereka dan siswa. Berikan ruang bagi
siswa untuk berbagi pemikiran, kekhawatiran, serta minat mereka. Mengenal siswa
secara individu akan membantu dalam mendukung pengembangan pribadi mereka.
14
2. Bimbingan dan Konseling: Sekolah dapat menyediakan layanan bimbingan dan
konseling untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam mengenal diri. Konselor
dapat membantu siswa mengidentifikasi minat, kekuatan, dan nilai-nilai pribadi
mereka, serta memberikan arahan dalam mengeksplorasi potensi mereka.
3. Pengembangan Keterampilan Empati: Mendorong keterampilan empati di antara
siswa dapat membantu mereka memahami perbedaan individu. Ini akan menciptakan
lingkungan yang inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung dalam
mengembangkan potensi mereka.
4. Peningkatan Kesadaran Diri: Melalui latihan refleksi diri, siswa dapat diajak untuk
lebih memahami kekuatan, kelemahan, serta minat mereka sendiri. Ini bisa dilakukan
melalui jurnal pribadi, kegiatan diskusi kelompok, atau proyek-proyek refleksi.
5. Program Pengembangan Diri: Sekolah dapat merancang program pengembangan diri
yang beragam, termasuk pelatihan keterampilan interpersonal, pengembangan
keterampilan kepemimpinan, serta kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat
melalui klub atau organisasi ekstrakurikuler.
6. Penekanan pada Kecerdasan Jamak: Mengakui beragam jenis kecerdasan dan bakat
yang dimiliki siswa dapat membantu mereka merasa dihargai dan diperhatikan dalam
konteks pembelajaran. Guru dapat menyediakan berbagai jenis tugas atau proyek
yang memungkinkan siswa menunjukkan kecerdasan mereka di bidang yang berbeda-
beda.
7. Penguatan Diri dan Penerimaan: Mendorong sikap positif terhadap diri sendiri dan
penerimaan atas keunikan individu adalah aspek penting dari pendekatan humanis
dalam pendidikan. Guru bisa membantu siswa untuk menghargai perbedaan mereka
dan mempromosikan rasa percaya diri.
8. Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan juga sangat
penting. Dengan mendorong orang tua untuk mendukung anak-anak mereka dalam
eksplorasi minat dan bakat, serta memberikan apresiasi atas pencapaian mereka, dapat
membantu siswa merasa lebih termotivasi dan dihargai.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam teori pembelajaran humanisme, peserta didik akan ditempatkan sebagai pusat
atau bahan perhatian dalam aktifitas belajar. Kemudian peserta didik juga menjadi pelaku
dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik dituntut
untuk berperan aktif, kreatif dan inisiatif. Karena siswa akan diberikan kebebasan untuk
mengepresikan kemampuan yang dimilikinya dan bukan merupakan sekedarmenerima
informasi dari guru/pendidik.
Dalam pembelajaran humanisme, peran guru adalah menjadi fasilitator bagi peserta
didiknya dengan cara member motifasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai terhadap kebutuhan peserta didik sehingga
akan tercipta suasana yang aktif, yang tentu diikuti dengan penyampaian yang sistematis.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
16
DAFTAR PUSTAKA
17