Anda di halaman 1dari 20

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN HUMANISME

DAN LANDASAN FILOSOFISNYA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu: Eva Faliyanti, S.Pd., M.Pd.BI

Disusun Oleh :

1. Yoja Exgysta (21340029)

2. Zakiya Ar Rahmat (21340005)

3. Zalfa Cabrina Maharani (21340030)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Teori
Belajar Menurut Aliran Humanisme dan Landasan Filosofisnya”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca
sekalian dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 03 April 2022

PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
1. Pengertian Teori Belajar Humanisme...........................................................5
2. Tokoh – Tokoh Teori Humanisme................................................................6
3. Aplikasi Teori Humanisme.........................................................................10
4. Bentuk Pendidikan Humanisme..................................................................15
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik............................................17
BAB III..................................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi


ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai
sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda,
bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan
konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat
positif tentang manusia.
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Kriscenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat dikatakan humanistik dalam
beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan
humanistik dalam pendidikan. Teori humanistik menyatakan bahwa bagian
terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsur manusianya. Humanistik
lebih melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus
pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Manusia akan mempunyai kemampuan
positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif
inilah yang ingin dikembangkan oleh teori humanistic.
Teori belajar humanistik bertujuan bahwa belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah
memahami lingkungan & dirinya sendiri. Teori belajar berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang
pengamatnya.  Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang
psikologi belajar. Teori humanistik lebih mementingkan isi yang dipelajari

3
daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara
tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-
citakan serta tentang proes belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanistik juga
penting untuk dipahami. Menurut teori humanistik, proses belajar harus
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.
Oleh sebab itu, teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang
kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan, serta tentang proses belajardalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang proses
belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori
belajar lainnya (Asri. 2005).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Teori Humanisme?


2. Siapa saja tokoh-tokoh dalam Teori Humanisme?
3. Apa saja aplikasi yang digunakan dalam Teori Belajar Humanisme?
4. Bagaimana bentuk Pendidikan dalam Teori Belajar Humanisme?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Belajar Humanisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Teori Humanisme.


2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam Teori Humanisme.
3. Untuk mengetahui aplikasi apa saja yang digunakan dalam Teori Belajar
Humanisme.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Pendidikan dalam Teori Belajar
Humanisme.
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Belajar Humanisme


Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli
humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
1.    Proses pemerolehan informasi baru,
2.    Personalia informasi ini pada individu.
Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam
pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang
belajar bermakna ataua “Meaningful Learning” yang juga tergolong dalam
aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional
sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan
dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru
kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman
diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal (Asri. 2005).
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanistik
dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan

5
manusia. Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat sangat eklektik. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu
akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme
bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur – unsur tersebut dalam
keadaan sebagaimana adaya atau aslinya. Teori humanistik akan
memanfaatkan teori – teori apapun asal tujannya tercapai yaitu memanusiakan
manusia (Asri. 2005).
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun
teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat
perhatiannya. Dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli
melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing – masing dan
menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar
adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai
teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing (Asri. 2005).

2. Tokoh – Tokoh Teori Humanisme


Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain
adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua bagian belajar,
yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
Adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau
bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti
dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang
mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam
dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti

6
dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila
murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan
mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap
seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran,
maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan,
karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.

2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan
kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia.
Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang
melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan
kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti
makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila
kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti
kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana.
Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan
untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota
kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat
mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan
perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih.
Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai,
dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada

7
terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana
cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah
kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan
untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman. Sesudahnya, Maslow
berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti
kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan.
Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan tiga
kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama
disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karena kekurangan), dan
pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain.
Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan
untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.
Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori
ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak
tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang
di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi
untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas
kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak
terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan
mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan
pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah
pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.

3. Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti,

8
belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk
perubahan (Rumini,dkk. 1993).
Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini
terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan
untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini
merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang
humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan
dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk
menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
2) Belajar yang berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar
dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
3) Belajar tanpa ancaman
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan
berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat
mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-
kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
a. Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih
arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan
kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to
learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan
pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh
kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji
hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri
memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar.

9
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak
bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas
inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan
membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia
menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada
penilaian pihak lain.
Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua
aspek pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli humanistik
yang lain menamakan jenis belajar ini sebagaiwhole – person
learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh.
Para ahli humanistik percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan
menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging ) pada diri murid.
Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih
bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa
bergairah untuk terus belajar.
b. Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang
paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di
waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan
gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa
yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi
tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang
dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan
berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian,
yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan
yang sedang berubah dan akan terus berubah.

3. Aplikasi Teori Humanisme


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para

10
siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi
diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap
dalam fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2)
penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.
 Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya
sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk
kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
 Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya
penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan
tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.
 Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru
harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam.
Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses
pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan
materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan
terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai
mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup:
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri,
dan adanya efek yang membekas pada siswa.
a. Peserta didik

11
Menurut teori ini agar belajar bermakna bagi siswa, perlu keterlibatan
penuh dari siswa sendiri. Peserta didik sebagai pusat (central) dalam
aktivitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalm memaknai
pengalaman belajarnya sendiri. Peseerta didik diharapkan mampu
menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara
maksimal.
Peserta didik mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam
belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Ia
berusaha manila kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri. Mengarahkan
perilaku dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan
dipelajari dan dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka
akan belajar.
b. Guru
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi bukan
sebagai pengelola perilaku seperti pada behavorisme. Guru oleh
karenanya dsarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling
membantu, dan menguntungkan, kejujuran, dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini adalah: Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan  pada perubahan. Sedangkan guru  yang tidak efektif
adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi
tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap
perubahan yang ada.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. 
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai kualitas fasilitator :

12
1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna.
4) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.
5) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
9) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.

13
11) Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik
(berempati) dan dan meluruskan dianggap kurang relevan dengan
cara yang santun.
12) Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna, guru
mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri
dengan cara mau dan senang hati menerima pandangan yang lebih
baik dari peserta didik.
13) Menempatkan dirinya sebagai sumber yang fleksibel  untuk dapat
dimanfaatkan peserta didik baik individu maupun kelompok.
c. Aktivitas Selama Proses Pembelajaran
Berbagai pengertian mengenai pembelajaran merupakan suatu pertanda
bahwa kegiatan pembelajaran itu memang suatu yang sangat kompleks.
Pembelajaran itu sendiri sebenarnya mempunyai tujuan untuk
membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun
kualitas.
Beberapa karakteristik pembelajaran yang dapat diungkapakan dengan
melihat pengertian pembelajaran dari berbagai perspektif teori
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis
2.      Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan
siswa dapat atau terfasilitasi untuk belajar.
3.      Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa baik
secara hands on (aktivitas fisik) maupun minds on (aktivitas mental).
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa
untuk belajar atas inisiatif sendiri

14
4.      Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan
pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa
untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan
prestasi siswa

4. Bentuk Pendidikan Humanisme


1. Pendidikan Terbuka (Open Education)
Pendidikan terbuka merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak secara bebas di
sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Siswa dapat
bekerja secara individual maupun dengan cara membentuk kelompok-
kelompok kecil. Proses ini memungkinkan peserta didik mengeksplorasi
bidang-bidang pelajaran, megusulkan topik-topik pembelajaran sehingga
dapat mewujudkan keterampilan-keterampilan atau minat-minat tertentu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar
guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk
menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan
umpan balik positif. 
Kriteria yang disyaratkan dengan bentuk pendidikan terbuka antara
lain sebagai berikut :
 Peserta didik tidak dilarang untuk bergerak secara bebas di ruang
kelas, tidak dilarang bicara yang berkaitan dengan materi

15
pembelajaran, tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat
kecerdasan.
 Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya ada
ketersediaan berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar
harus ada.
 Adanya suasana penuh kasih saying, hangat, hormat, dan terbuka.
 Jika ada masalah pribadi dengan peserta didik, guru menangani
masalah-masalah perilaku tersebut dengan berkomunikasi secara
pribadi dengan murid yang bersangkutan.
 Guru menghargai kreativitas, mendorong berprestasi, dan
memberikan kebebasan dan hasil-hasil yang bersifat efektif secara
lebih baik.
 Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui
murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya
sedikit sekali diadakan tes formal.

2. Pembelajaran Mandiri (Independent Learning)


Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut
siswa menjadi subjek yang dapat merancang, mengatur dan mengontrol
kegiatan mereka sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini bergantung
pada siapa yang belajar (siswa), mencakup siapa yang memutuskan
tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu
hal, metode dan sumber apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana
cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan
(Lowry, dalam Rachmahana, 2008).
Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok untuk pembelajaran di
tingkat atau level perguruan tinggi yang lebih menuntut kemandirian yang
tinggi dari peserta didik. Perancangan pembelajaran diusulkan peserta
didik ini merupakan alat yang fleksibel membantu dalam penentuan
tujuan belajar secara individual. Partisipasi para peserta dalam penentuan
tujuan belajar akan membuat mereka lebih berkomitmen terhadap proses
pembelajaran.

16
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
1. Kelebihan
Siswa dengan sendirinya akan termotivasi dan merasa senang
dalam belajar. Karena memahami jiwa dan pola pikir siswa, guru akan
menerima mereka apa adanya. Siswa memiliki pengetahuan yang
bermakna. Teori humanistik memiliki karakter yang memfokuskan pada
pengembangan sikap, kepribadian, mental dan analitik. Siswa dalam
jangka panjang bisa meraih potensi diri dengan baik. Salah satu ciri
kesuksesan penerapan teori belajar humanistik adalah siswa merasa
termotivasi dalam belajar Siswa akan mempunya pola pikir dan perasaan
halus yang baru. Siswa akan memiliki mental yang kuat dan berkarakter.
Menjadi manusia seutuhnya berani, kuat, bebas dan bisa mengontrol
kepribadiannya dengan penuh tanggung jawab. Siswa akan lebih inovatif
dalam menguasai pembelajaran dengan gampang.
2. Kekurangan
Bagi siswa yang memiliki kecenderungan pasif dan kurang inisiatif
dalam belajar akan tertinggal dalam pembelajaran. Penerapan teori belajar
akan tersendat bila siswa tidak didukung dengan motivasi dan lingkungan
yang baik. Penerapan teori akan susah untuk di aktualisasi dalam bentuk
yang lebih efisien. Bagi siswa yang malas untuk mendalami potensi diri
akan tertinggal dalam pembelajaran. Implementasi teori humanistik akan
membuat siswa cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Fungsi guru
dalam pertumbuhan karakter siswa akan semakin berkurang. Faktor dari
kesuksesan pembelajaran lebih berpengaruh atas tindakan siswa sendiri.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan


manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tokoh penting
dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W.
Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

18
DAFTAR PUSTAKA

Novi, A. (2013, November 24). TEORI BELAJAR HUMANISME DAN LANDASAN


FILOSOFINYA. Diambil kembali dari novaariyanti:
http://novaariyanti.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-humanisme-dan-
landasan.html?m=1

Prof. Dr. H. Karwono, M., & Dr. Heni Mularsih, M. M. (2017). BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Depok: PT RajaGrafindo
Persada.

Puspa, A. A. (2012, November 17). Teori humanisme dan landasan filosofisnya. Diambil
kembali dari puspaanjarsari:
https://puspaanjarsari.blogspot.com/2012/11/teori-humanisme-dan-
landasan.html

19

Anda mungkin juga menyukai