Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PEMIKIRAN ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. M. Saleh, M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

MUHAMMAD IHDAN MUZADI 1710125210050


NAVIGA FARESY 1710125220057
MUHAMMAD RIZALDI 1710125310129
MUHAMMAD RIZKY NASRULLAH 1710125310130
NOOR HAFIZAH SEPTIA ENAMI 1710125320142
NOR AFIFAH 1710125320147
KELAS 4D

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Aliran Progresivisme dalam Pengertian dan Sejarah....................................4

B. Tokoh-Tokoh Aliran Progressivisme.............................................................5

C. Pandangan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Progresivisme..............7

D. Pendidikan dalam Progresivisme..................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Progresivisme sebagai ajaran filsafat mempunyai wawasan yang dapat


digolongkan sebagai :

1. Negative dan diagnosa yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme


dalam segala bentuk baik yang kuno maupun yang modern yang meliputi
semua bidang kehidupan .
2. Positive dan remedial yakni suatu pernyataan kepercayaan atas
kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi – potensi
alamiah, terutama kekuatan-kekuatan self-regenerative untuk menghadapi
dan mengatasi semua problem hidupnya.

Latar belakang ide – ide filsafat Yunani, baik Heraklitos maupun


socrates, bahkan juga Protagoras amat mempengaruhi aliran ini. Ide Socrates
yang menyatukan nilai – nilai ilmu pengetahuan dengan prinsip –prinsip moral
juga dianggap berpengaruh atas Progresivisme. Karena ilmu berarti kebaikan
manusia tercapai, jadi ilmu mempunyai nilai etnis dan kepribadian.

Filosof Francis Bacon telah menanamkan asas metode eksperimen


yang kemudian menjadi metode utama dan filsafat pendidikan progresivisme.
Demikian pula Rousseau yang meyakini kebaikan kodrat manusia, yang
menghormati perkembangan alamiah anak juga belum lengkap pengaruh yang
tertanam didalam aliran progresivisme tanpa mengakui adanya pengaruh Kant
dan Hegel.

Disamping pengaruh – pengaruh tokoh filsafat diatas, ada pula


pengaruh kebudayaan yang secara khusus ditulis sebagai beberapa faktor
kebudayaan yang berpengaruh atas perkembangan progresivisme yaitu :
Revolusi industri, modern sience dan perkembangan demokrasi.

1
B. Rumusan Masalah

Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam


menanggapi segala sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik
pemikiran-pemikiran yang kemudian menjadi sebuah cirri khas dari seorang
filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi. Begitu pula halnya dengan filsafat
pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan
atau aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika
memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu,
dunia filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran
yang berbeda.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk manusia


menjadi pribadi yang bermoral, cerdas, dan bertanggung jawab. Dengan
pendidikan manusia secara optimal dapat mengembangkan sikap, pengetahuan
maupun keterampilan. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk
mengubah tingkah laku individual dalam kehidupan pribadinya dan kehidupan
masyarakatnya, termasuk juga kehidupan dalam lingkungan sekitarnya. Selain
itu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat pentingnya pendidikan, maka
pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Berkaitan
dengan persoalan tersebut, terdapat salah satu aliran dalam filsafat yang
mendukung terlaksananya pendidikan yang efektif. Aliran filsafat yang
dimaksud adalah aliran progresivisme.

2
Saat ini sebagian besar pendidik (guru) kurang mengetahui dan
mendalami mengenai aliran-aliran filsafat pendidikan, khususnya aliran
progresivisme ini, oleh sebab itu makalah ini akan membahas mengenai aliran
progresivisme, diantaranya :

1. Bagaimana aliran progresivisme dalam pengertian dan sejarah ?


2. Siapa saja tokoh-tokoh aliran progresivisme ?
3. Bagaimana pandangan ontologi, epistemologi, dan aksiologi
progresivisme?
4. Apa tujuan pendidikan progresivisme ?
5. Bagaimana kurikulum progresivisme ?
6. Bagaimana belajar dalam pandangan progresivisme ?
7. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran progresivisme ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Progresivisme dalam Pengertian dan Sejarah

Progressivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang


menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan, progressivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa
pendidikan bukanlah sekadar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan
kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga
mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti
penyediaan ragam data empiris dan informasi teoriti, memberikan analisis,
pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.
Dengan pemikiran kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik akan
terampil membuat keputusan-keputusan tebaik pula untuk dirinya dan
masyarakatnya serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Secara historis, progressivisme ini telah muncul pada abad ke-19 atau
pada tahun 1930-an. namun perkembangannya secara pesat baru terlihat pada
awal abad ke-20, terutama di negara Amerika Serikat. Bahkan pemikiran yang
dikembangkan aliran ini pun sesungguhnya memiliki benang merah yang
secara tegas dapat dilihat sejak zaman Yunani Kuno, seperti Heraklitos (±544-
454 SM), Protagoras (±480-410 SM), Socrates (±469-391 SM) dan Aristoteles
(±384-322 SM).

Sebagai sebuah aliran filsafat pendidikan, progressivisme lahir sebagai


protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvesional yang bersifat
formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang
dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.

4
Aliran ini memandang bahwa metodologi pendidikan konvensional yang
menekankan pelaksanaan pendidikan melalui pendekatan mental discipline,
passive learning yang telah menjadi karakter pendidikan selama ini tidak
sesuai dengan watak humanitas manusia yang sebenarnya.

Progresivisme mempunyai ciri utama, yakni mempercayai manusia


sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan
lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan skill dan kekuatan sendiri.
Dalam arti demokrasi, pandangan-pandangan Progresivisme merupakan cara
berpikir liberal, yang memberi kemungkinan dan persyaratan bagi
perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Progressivisme

Filsafat progresivisme dikembangkan oleh beberapa para ahli


Progresivisme menekankan pendidikan yang berpusat pada siswa dan
memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
‘naturalistik’, hasil belajar dunia nyata, dan juga pengalaman teman sebaya.
1. William James (1842-1910).
William James adalah seorang psikolog dan seorang filsuf Amerika
yang sangat terkenal. Paham dan ajarannya sangat berpengaruh di berbagai
Negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian, dia sangat terkenal di
kalangan umum Amerika sebagai penulis yang sangat brilian, dosen serta
penceramah dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri pragmatisme.
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran harus memiliki fungsi
biologis dan nilai kelanjutan hidup, seperti halnya aspek dari eksistensi
organik. Dan menegaskan agar fungsi otak atau pikiran dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James
menolong untuk membebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya pada di atas dasar ilmu perilaku. Buku karangannya
yang berjudul “Prinsiples of Psycology” yang terbit tahun 1890 yang
membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi

5
ilmu klasik dalam bidang itu, hal inlah yang mengantarkan William James
terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme dan empirisme radikal.
2. John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah seorang professor di Universitas Chicago.
Teorinya tentang sekolah adalah “progresivisme” yang menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran itu sendiri. Maka
munculah ‘child centered curriculum’ dan ‘child centered school’.
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini di banding masa depan
yang belum jelas, seperti yang di ungkapkan Dewey dalam bukunya “My
Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan
bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey anak-anak
banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan fisik peminatan.
Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang
orisinil, tapi meski demikian namanya sering pula dihubungkan dengan
versi pemikiran yang disebut instrumentalisme. Adapun ide filsafatnya
yang utama, berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang
konkrit, baik teori maupun praktik. Dewey terkenal oleh internasional
berkat sumbangan pemikirannya terhadap filsafat pendidikan
progresivisme Amerika. Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan
ahli filsafat professional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya
yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori
politik adan ilmu jiwa. Dewey adalah juru bicara yang sangat terkenal di
Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan demokratis.
3. Hans Vaihinger (1852-1933)
Menurutnya arti kata ‘tahu’ itu hanya mempunyai arti praktis
persesuaian dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan, satu-satunya
ukuran bagi berpikir ialah ‘gunanya’ (dalam bahasa yunani pragma) untuk
mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu
sebenarnya hanya buatan semata jika pengertian itu berguna untuk
mengusai dunia, bolehlah di anggap benar, asal orang tahu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

6
C. Pandangan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Progresivisme

1. Pandangan Ontologi Progresivisme

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling


kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles .

Thesis aliran ontologi ini tentang hakekat eksistensi, realita,


tersimpul dalam asas-asas berikut :

a. Asas Hereby atau Asas Keduniawian

Realita semesta sebagai kosmos dengan istillah “universe”


berarti eksistense yang amat luas tak terbatas. Tetapi realita kosmos
yang demikian sungguh – sungguh relita bukan dalam arti yang
dimaksud oleh doktrin realita mutlak. sebab realita kosmos itu adalah
kenyataan dalam makna kehidupan manusia berada, berlangsung.

b. Pengalaman sebagai Realita

Manusia dalam ontologi sesungguhnya mencari dan


menghadapi secara berlangsung suatu realita disini dan sekarang yakni
sebagai lingkungan hidup. Menurut Dewey, pengalaman adalah key-
concept, kunci pengertian manusia atas segala sesuatu.

c. Pikiran (mind) sebagai Fungsi Manusia yang Baik

Manusia mampu hidup karena fungsi – fungsi jiwa yang ia


miliki. Menurut progresivisme potensi intelegensi ini meliputi
mengingat, imaginasi,merumuskan dan memecahkan masalah dengan
sesamanya.

2. Pandangan Epistemologi Progresivisme

Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan


logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan

7
dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Pandangan epistemologi
progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi, fakta, hukum,
prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan yang merupakan hasil dari
aktivitas tertentu diperoleh manusia baik secara langsung melalui
pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya,
ataupun pengetahuan yang diperoleh melalui catatan-catatan, buku-buku,
kepustakaan.

3. Pandangan Aksiologi Progresivisme

Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau
sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi artinya teori
nilai, penyelidikan tentang kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.
Menurut pandangan aksiologi progresivisme, nilai tidak timbul dengan
sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat. Nilai
timbul karena manusia mempunyai bahasa, sehingga memungkinkan
adanya relevansi seperti yang ada dalam masyarakat pergaulan. Oleh
karena adanya faktor-faktor yang menentukan adanya nilai, maka makna
nilai itu tidaklah bersifat eksklusif. Ini berarti berbagai jenis nilai seperti
benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan
adanya kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan.

D. Pendidikan dalam Progresivisme

1. Makna Pendidikan dalam Progresivisme

Progresivisme menganggap pendidikan sebagai cultural transition.


Ini berarti bahwa pendidikan mampu merubah dalam arti membina
kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan
yang makin kompleks dan menentang. Pendidikan adalah lembaga yang
mampu membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-

8
perubahan kultural dan tantangan-tantangan zaman, demi survive-nya
menusia. Progresivisme juga percaya bahwa pendidikan dapat menolong
manusia dalam menghadapi periode transisi antara zaman tradisional
tersisa yang segera berakhir, untuk siap memasuki zaman progressif
( modern) yang segara kita masuki. Fase ini pun permulaan pula bagi
periode revolusi menuju tata hidup sosial, teknologi dan moral yang
supermodern.

Dalam pandangan progresivisme pendidikan merupakan suatu


sarana atau alat mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap
survive terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan
senantiasa mengalami kemajuan (Muhmidayeli, 2011:156). Selain itu,
proses pendidikan dilaksanakan berdasarkan pada asas pragmatis. Artinya,
pendidikan harus dapat memberikan kebermanfaatan bagi peserta didik,
terutama dalam menghadapi persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.

Pendidikan harus lebih dipusatkan pada peserta didik,


dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta
didik merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi
berbagai persoalan kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu,
menurut Ahmad Ma'ruf (2012) ada beberapa prinsip pendidikan yang
ditekankan dalam aliran progresivisme, di antaranya:

a. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak


b. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
d. Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
e. Aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, bukan untuk
pengajaran materi kajian.
Bila dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia saat ini, maka
progresivisme memiliki andil yang cukup besar, terutama dalam
pemahaman dan pelaksanaan pendidikan yang sesungguhnya. Di mana
seharusnya diselenggarakan dengan memperhatikan berbagai kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik, serta berupaya untuk mempersiapkan

9
peserta didik supaya mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadi di lingkungan sosialnya.
Hal tersebut senada dengan pengertian pendidikan di Indonesia,
yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa aliran memberikan
sumbangan yang besar di dunia pendidikan di Indonesia. Aliran ini telah
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik.
Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun mengembangkan
bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain.
2. Tujuan Pendidikan Progresivisme

Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme


menekankan pada memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik,
sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli,
2012:156) Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk memberikan
banyak pengalaman kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah
yang dihadapi di lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang
dipelajari harus bersifat ril atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh
karenanya, seorang pendidik harus dapat melatih anak didiknya untuk
mampu memecahkan problem-problem yang ada dalam kehidupan.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan pendidikan


menurut progresivisme ini sangat senada dengan tujuan pendidikan
nasional yang ada di Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

10
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Jadi berdasarkan
pengertian in, maka aliran progresivisme sangat sejalan dengan tujuan
pendidikan yang ada di Indonesia.

3. Kurikulum Progresivisme

Menurut Amir Ma’ruf (2012) kurikulum dalam padangan


progresivisme ialah sebagai pengalaman mendidik, bersifat eksperimental,
dan adanya rencana serta susunan yang teratur. Kurikulum harusnva
dirancang untuk mengembangkan berbagai potensi peserta didik, serta
dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi kehidupan anak didik.

Aliran progresivisme menghendaki kurikulum dipusatkan pada


pengalaman yang didasarkan atas kehidupan manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan yang kompleks (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:91).
Namun, dalam hal ini progresivisme tidak menghendaki adanya mata
pelajaran yang diberikan terpisah, tetapi harus terintegrasi dalam unit.
Zuhairini (1991:24) menyebutkan core curriculum harus mengandung
integrated curriculum dengan mengutamakan metode problem solving.

Aliran progresivisme disebutkan sebagai salah satu yang mendasari


pengembangan dikarenakan dalam Kurikulum 2013 pendekatan
pembelajaran yang digunakan ialah pendekatan saintifiks. Di mana
pendekatan saintifiks ini lebih menekankan pada pemecahan sebuah
masalah (problem solving). Jadi dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013
sangat cocok dengan pandangan aliran progresivisme.

4. Belajar dalam Pandangan Progresivisme

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut


pandangan progresivisme, di antaranya:

a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan


b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman
c. Memberi motivasi dan bukan perintah
d. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang
merupakan kebutuhan pokok anak

11
e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin
dan Abdullah Idi, 2012:88).

Selain itu, aliran Progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah


suatu proses yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat
kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan
berbagai (Muhmidayeli, 2011:157).

5. Peran Guru dalam Pembelajaran Progresivisme

Dalam pandangan progresivisme terdapat perbedaan antara peran


guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karena prinsip pembelajaran
menghendaki dipusatkan pada siswa. Adapun peran guru menurut aliran
progresivisme ialah berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pengarah bagi siswa. Menurut (1974:146), pendidikan progresif mencari
guru yang memang berbeda dari guru di pendidikan tradisional dalam hal
watak, pelatihan, dan teknik pengajarannya. Karena kelas/pendidikan
berorientasi pada kegiatan yang bertujuan, pendidik progresif sangat perlu
mengetahui bagaimana cara mendorong untuk dapat berpendapat,
berencana, dan menyelesaikan proyek mereka. Selain itu, guru juga perlu
mengetahu bagaimana tahapan kerja kelompok karena pola dasar
pengajaran progresif berpusat pada partisipasi kelompok. Aliran
Progresivisme mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing
aktivitas anak didik/siswa dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai pembimbing ia tidak boleh
menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-
hak alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Progressivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang


menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Para progresivis
berkeyakinan bahwa manusia secara alamian memiliki kemampuan-
kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan atau mengatas berbagai
problem kehidupannya menuju suatu perkembangan yang lebih baik, yang
mengarah pada sesuatu yang progress. Secara historis, progressivisme ini
telah muncul pada abad ke-19 atau pada tahun 1930-an. namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama
di negara Amerika Serikat. Progresivisme mempunyai ciri utama, yakni
mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan
skill dan kekuatan sendiri.

Filsafat progresivisme dikembangkan oleh beberapa para ahli,


diantaranya: William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), dan
Hans Vaihinger (1852-1933).

Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas


evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup.
Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan,
perubahan dan berani bertindak. Dalam epistemologi, rasional berarti suatu
pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk
memperoleh pengetahuan. Fakata yang masih murni saja yang belum diolah
atau disusun belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan
pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut. Pada axiologi,

13
nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang
merupakan pra syarat. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa,
sehingga memungkinkan adanya relevansi seperti yang ada dalam masyarakat
pergaulan.

Dalam pandangan progresivisme, pendidikan merupakan suatu sarana


atau alat mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap survive
terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa
mengalami kemajuan. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan
dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara
fisik maupun mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam
dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.

Tujuan pendidikan progresivisme harus mampu memberikan


keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan
lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan secara terus menerus.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan pendidikan menurut
progresivisme ini sangat senada dengan tujuan pendidikan nasional yang ada
di Indonesia yaitu menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

Adapun peran guru menurut aliran progresivisme ialah berperan


sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah bagi siswa. Aliran
Progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing
aktivitas anak didik/siswa dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai pembimbing ia tidak boleh
menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak
alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan

B. Saran

Hendaknya semakin banyak kita mengetahui macam-macam aliran


filsafat pendidikan, hendaknya kita semakin bijak dan dinamis untuk

14
mengambil dan mempraktekkannya mana yang sesuai dengan kondisi
masing-masing.

15
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, I. (2002). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Djumransjah. (2002). Filsafat Pendidikan. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Fadillah, M. (2017). Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal


Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 N0(1) , 17-24.

Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Nanuru, R. F. (2013). Progresivisme Pendidikan dan elevansinya di Indonesia.


Jurnal UNERA Vol.2 No(2) , 132-143.

Syam, M. N. (1986). Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan


Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai