Anda di halaman 1dari 25

Konsep Pendidikan Seumur Hidup

Ansar Zainuddin 10/05/2017

A. Pengertian Pendidikan Seumur


Hidup
Pendidikan seumur hidup ialah sebuah sistem konsep-
konsep edukasi yang menjelaskan keseluruhan peristiwa-
peristiwa pekerjaan belajar melatih yang dilangsungkan
dalam borongan kehidupan manusia. globalisasi dan
pembangunan Iptek menyebabkan perubahan-perubahan
yang cepat dalam masyarakat pada sekian banyak
bidang. Pendidikan di tuntut untuk menolong individu
supaya dapat mengekor perubahan-perubahan sosial
sepanjang hidupnya. Maka lahirlah konsep kehidupan
seumur hidup.

Manusia ialah makhluk yang tumbuh dan berkembang.


Dalam konteks ini yang dimaksudkan dengan tunbuh
ialah menyangkut pada aspek jasmani atau biologisnya.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya tinggi badan yang
bisa diukur dengan kilo dan koligram. Sedangkan yang
dimaksud dengan pertumbuhan emosi, mental, jati diri
serta sekian banyak hal yang bersangkutan erat dengan
kejiwaan. pertumbuhan kejiwaan insan tidak dapat
terlepas dari lingkungan pendidikan tersebut sendiri.
Manusia hendak mempunyai dan mendapat suatu
kehidupan yang baik. Selama ini manusia berjuang untuk
menambah dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya. Secara sadar atau
tidak maka, selama tersebut pula edukasi berjalan terus.
Pendidikan seumur hidup adalahjawaban terhadap kritik-
kritik yang dilontarkan untuk sekolah yang secara
tradisional mengalami kendala dalam menyesuaikan diri
dengan evolusi kehidupan yang paling cepat dalam abad
terakhir ini dan tidak bisa memenuhi keperluan atau
tuntutan insan yang semakin bertambah dengan ragam
ragam pekerjaan, serta turun naiknya peluang kerja. Hal
ini bisa memberikanpngaruh yang paling besar terhadap
dunia pendidikan.[1]

Ide dan konsep edukasi seumur hidup secara operasional


tidak jarang pula dinamakan dengan edukasi sepanjang
raga bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang
lebih ilmiah dimana urusan ini sudah menjadi tuntutan
dunia global, edukasi seumur hidup sudah mermbah ke
sekian banyak daerah atau Negara dan telah dialami
sejak tahun 70-an.
B. Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup

Pembahasan mengenai konsep edukasi seumur hidup ini


bakal diuraikan dalam dua bagian yakni ditinjau dari dasar
teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya.
1. Dasar Teoritis/ Religious
Konsep edukasi seumur hidup ini pada mulanya diajukan
oleh filosof dan pendidik Amerika yang paling terkenal
yakni John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh Paul
Langrend melewati bukunya : An Introduction to Life Long
Education. Berdasarkan keterangan dari John Dewey,
pendidikan tersebut menyatu dengan hidup. Oleh karena
tersebut pendidikan terus dilangsungkan sepanjang hidup
sampai-sampai pendidikan tersebut tidak pernah berakhir.

Konsep edukasi seumur hidup sebetulnya telah lama


dipikirkan oleh pakar edukasi dari zaman ke zaman.
Dalam urusan ini sudah lama diajarkan oleh Islam,
sebagaimana ditetapkan dalam Hadits Nabi Muhammad
Saw. yang berbunyi :
‫ِلى اللحْ د‬
َ ‫أطلـب ا ِلعلم ِمنَ ال َم ْه ِد ا‬
ُ
“Tuntutlah ilmu semenjak dari ayunan sampai liang
lahad”[2]

2. Dasar Yuridis
Konsep edukasi seumur hidup di Indonesia mulai
dimasyarakatkan melalui kepandaian negara yaitu
melewati :
a. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO.
IV/MPR/1978 mengenai GBHN memutuskan prinsip-
prinsip pembangungan nasional, antara beda :
1. Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka
pembangunan insan Indonesia seutuhnya dan
pembangunan semua rakyat Indonesia (Arah
Pembangunan Jangka Panjang)
2. Pendidikan dilangsungkan seumur hidup dan
dilakukan dalam family (rumah tangga), sekolah dan
masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab
bareng antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Bab
IV GBHN Bagian Pendidikan).[3]

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, mengenai


system edukasi nasional pada pasal 26, disebutkan
bahwa edukasi non formal diselenggarakan untuk warga
masyarakat yang membutuhkan layanan edukasi yang
bermanfaat sebagai pengganti, penambah, dan atau
perlengkap edukasi formal dalam rangka menyokong
pendidikan seumur hidup.[4]

Dari dasar edukasi seumur hidup yang dilafalkan di atas,


jelaslah bahwa proses edukasi dapat dilangsungkan
selama insan masih hidup.
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan seumur hidup dalam kenyataannya


sebenarnya telah dilakukan oleh insan sejak
keberadaannya di dunia ini dengan tidak diberi batas oleh
ruang dan waktu. Pendidikan dilangsungkan
dalamtotalitas kehidupan manusia, laksana dalam
keluarga, sekolah, organisasi kerja, organisasi pemuda,
membaca kitab atau Koran, memperhatikan radio,
menyaksikan televise dan sebagainya. Untuk tersebut
tujuan edukasi seumur hidup ialah :
1. Bagi mengembangkan potensi jati diri manusia yang
cocok dengan harkat dan kodrat kemanusiaannya,
mencakup semua unsure kehidupannya secara optimal.
2. Proses pendidikan dilangsungkan selama kehidupan
insan seirama dengan perkembangan dan pertumbuhan
kepribadiannya yang mempunyai sifat dinamis yang tidak
statis.[5]

Dari pandangan itu di atas menunjukan bahwa jati diri


yang dimaksudkan ialah ketika seseorang tersebut
memperlihatkan sikap dan perilaku serta tindakanya yang
tidak berlawanan dengan norma-norma agama, hokum
Negara, moral maupun adat istiadat. Halini bisa terbentuk
saat semua unsur masyarakat dan bangsa mengemban
proses edukasi yang menjurus pada tercapainya maksud
tersebut.
D. Tinjauan Pendidikan Seumur Hidup

Dasar pemikiran yang mengaku bahwa long life education


ialah sangat penting. Dasar pemikiran itu ditinjau dari
sekian banyak aspek, diantaranya ialah sebagai inilah :

1. Tinjauan Ideologis
Pendidikan seumur hidup atau lifelong education bakal
memungkingkan seseorang mengembangkan potensi-
potensinya cocok dengan keperluan hidupnya, karena
pada dasarnya seluruh manusia dicetuskan ke dunia
memiliki hak sama, terutama untuk mendapatkan edukasi
dan penambahan pengetahuan dan keterampilannya
(skill). Sudahmenjadi fitrah insan bahwa pada hakikatnya
semua insan mempunyai potensiuntuk dididik dan
menjadi pendididk. Oleh sebab itupotensi yang dipunyai
manusia berupa potensi indawi, potensi akal, potensi
keagamaan dan potensi naluriah bakal tumbuh dan
berkembangnya bila mendapat sentuhan pendidikan.[6]

2. Tinjauan Ekonomi
Pendidikan merupakan teknik paling efektif untuk terbit
dari sebuah lingkaran yang menyeret kepada
ketidaktahuan dan kemelaratan. Pendidikan seumur
hidup dalam konteks ini memungkingkan seseorang guna
:
a. Meningkatkan produktifitasnya
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber
daya dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih
sehat dan menyenangkan
d. Memiliki semangat dalam merawat dan mendidik anak-
anaknya secara tepat, sehingga edukasi keluarga
menjadi sangat urgen dan besar artinya.
3. Tinjauan Filosofil
Secara filosof, insan padahakekatnya adalahsatu
kesatuan yang integral, yaitu sebagai makhluk pribadi,
social, dan susila. Kesemuanya tersebut harus
dikembangkan terus menerus secara optimal dan
berkesinambungan sampai-sampai ketiganya
berlangsung cecara dan seimbang. Manusia
adalahmakhluk individu, dan tidak bakal berdiri sendiri
tanpa eksistensi orang lain. Oleh karena tersebut setiap
pribadi membutuhkan orang beda dalam hidupnya.
Disinalah pentingnya interaksi yang terbangun atas
kesadaran kolektif untuk membina sebuah komunitas
kumpulan dengan didasari atas kebersamaan dan saling
menghargai antara pribadi itu. Di negara demokrasi,
mengharapkan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak
memilih dan memahami faedah pemerintah, DPR, MPR
dan sebagainya.

4. Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti kini ini, tampaknya dunia dilanda
oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dengan sekian banyak produk yang dihasilkannya.
Semua orang, tak terkecuali semua pendidik, sarjana,
pemimpin dan sebagainya dituntut tidak jarang kali
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya
laksana apa yang terjadi di negara maju. Ketika semua
pendidik dan semua praktisi pendidik tidak mempunyai
pengetahuandan wawasan yang luas, barangkali akan
terbelakang dan tergilas oleh pesatnya pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

5. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis


Perkembangan IPTEK paling pesat mempunyai akibat
dan pengaruh besar terhadap sekian banyak konsep, kiat
dan cara pendidikan. Disamping itu, pertumbuhan
tersebut pun makin luas, dalam dan kompleks, yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan tidak barangkali lagi
diajarkan seluruhnya untuk anak didik di sekolah.

Oleh sebab itu, tugas edukasi jalur sekolah yang utama


sekarang merupakan mengajarkan bagaimana teknik
belajar, menanamkan semangat yang powerful dalam diri
anak guna belajar terus sepanjang hidupnya,
menyerahkan skill untuk anak didik secara efektif supaya
dia dapat beradaptasi dalam masyarakat yang ingin
berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah, perlu
dibuat suatu situasi yang merupakan software asas
edukasi seumur hidup atau lifelong education.

Demikian suasana pendidikan seumur hidup yang


disaksikan dari sekian banyak aspek dan pandangan.
Sebagai pokok dalam edukasi seumur hidup ialah seluruh
pribadi harus memiliki peluang yang sistematik,
terorganisisr guna belajar disetiap peluang sepanjang
hidup mereka. Semua itu ialah tujuan guna
menyembuhkan dekadensi pendidikan sebelumnya, untuk
mendapat skill yang baru, guna meningkatkan kemahiran
mereka dalam upaya definisi tentang dunia yang mereka
tempati, guna mengembangkan jati diri dan tujuan-tujuan
lainnya. Konseptualisasi edukasi seumur hidup yang
adalahalat guna mengembangkan individu-individu bakal
belajar seumur hidup supaya lebih bernilai untuk
masyarakat.
E. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program Pendidikan

Sebagai suatu kepandaian yang sangat fundamental


dalam memandang Pendidikan seumur hidup, maka
mulai diuraikan implikasi edukasi seumur hidup ialah
akibat langsung atau konsekuensi dari sebuah
keputusan. Segi implikasi edukasi seumur hidup ialah
manusia seutuhnya sebagai subjek didik atau sasaran
edukasi dan proses dimana berlangsungnya edukasi itu.
Hal ini menyangkut eksistensi manusia sekitar hidupnya
di dunia ini[7].

Berdasarkan keterangan dari Ananda W. P. Guruge,


dalam Burhanuddin Salam bahwa implikasi konsep
edukasi seumur hidup bisa diklasifikasikan dalam enam
kategori, yaitu:[8]

1. Para buruh dan tani


Mereka dengan edukasi yang paling rendah atau bahkan
tanpa edukasi sama sekali dan pada lazimnya masih
hidup dalam keadaan tradisional sampai-sampai mereka
memerlukan pendidikan dan kemampuan serta
pemberian cara bertani yang baru, supaya dapat
menambah produktifitasnya demi untuk membetulkan
taraf hidupnya.

2. Golongan remaja yang terganggu sekolahnya


Remaja yang menganggur yang tidak melanjutkan
pendidikan diakibatkan kurangnya bakat, minat,
keterampilan ekonomi dan sebagainya. Remaja dalam
format ini, mesti diserahkan pendidikan dan pelatihan
supaya hidup dan kehidupannya bermakna, baik guna
dirinya, keluarganya, dan lingkungannya dimana remaja
itu berada.

3. Para pekerja yang berketrampilan


Bagi kelompok pekerja yang berketrampilan ini , program
edukasi yang disediakan untuk mereka ialah program
yang dapat mengamankan mereka dari keusangan
pengetahuan. Untuk tersebut perlu dibekali pengetahuan
dan ketrampilan baru supaya dapat menghadapi kendala
masa depan.

4. Golongan teknisi dan professional


Program edukasi seumur hidup paling besar peranannya
untuk golongan ini. Mereka pada lazimnya mendapatkan
posisi urgen dan strategis dalam masyarakat. Agar
mereka masih berperan dalam masyarakat, maka mesti
senantiasa memperbaharui dan meningkatkan
pengatahuan serta ketrampilannya.

5. Para pemimpin dalam masyarakat


Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik,
agama, social, dan sebagainya), perlu membetulkan
sikap dan ide-idenya agar mereka tetap bermanfaat
dalam memimpin masyarakatnya cocok dengan gerak
peradaban pembangunan dan keperluan masyarakat.

6. Golongan anggota masyarakat yang telah tua


Dalam meningkat panjangnya umur rata-rata insan dan
kesejahteraanpun menjadi lebih baik, maka jumlah
anggota masyarakat yang lanjut umur semakin meningkat
dan meraka memerlukan pendidikan demi mengisi
dorongannya untuk memahami hal-hal yang baru.

Dengan demikian, insan akan menjangkau tingkat


kesejahteraan hidup dan terbit dari kemelut ketidaktahuan
dan keterbatasan andai menjadikan edukasi sebagai
sebuah yang paling fundamental dalam kehidupannya.
Ketika edukasi dijadikan sebagai skala polaritas dalam
kehidupan sebuah masyarakat, maka telah barang pasti
masyarakat tersebut akan merasakan perkembangan dan
peradaban dalam segala bidang kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, PT


Bumi Aksara, 2006
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-
undang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta:Dirjen
Pendidikan Islam, 1991/1992.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tentang
Pendidikan Nasional serta Undang-Undang Nomor 14
tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen (Jakarta:Dirjen
Pendidikan Islam, 2007.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Ibn Hambal, Ahmad, Musnad Ahmad bin Hambal, juz II
(Beirut: Dar-al-Fikr, (t.th),
Ihsan H, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta, PT
Rineka Cipta, 2003.
Jalauddin, Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogi Dasar-Dasar
Ilmu Mendidik, Jakarta: PT Rineka Cipta.1997
Tirtarahardja, Umar, Dan S.L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan Cet. II. Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005
MAKALAH PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP, PIP
(PENGANTAR ILMU
PENDIDIKAN)
MAKALAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan

rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini.

Adapun yang menjadi judul makalah saya adalah “Pendidikan Seumur

Hidup”. Tujuankami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari

dosen pembimbing saya ”Takbir, S.Pd., M.Pd” dalam mata kuliah “ Pengantar Ilmu

Pendidikan ”. Yang membahas tentang pengertian pendidikan seumur hidup, konsep

pendidikan seumur hidup, hakikat pendidikan seumur hidup dan pentingnya

pendidikan seumur hidup.


Jika dalam penulisan makalah saya terdapat berbagai kesalahan dan

kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf

sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata

agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah ini.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan

manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Maros , 11 Januari 2015

Maria ulfah

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR

ISI......................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar

Belakang....................................................................................................................... 1
B. Rumusan

Masalah.................................................................................................................. 1

BAB

II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Pengaertian Pendidikan Seumur

Hidup.................................................................................... 2

B. Konsep Pendidikan Seumur

Hidup......................................................................................... 3

C. Hakikat Pendidikan Seumur

Hidup......................................................................................... 4

D. Pentingnya Pendidikan Seumur

Hidup .................................................................................... 6

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................. 9

A. Simpulan................................................................................................................................

B. Saran.....................................................................................................................................

DAFTAR

PUSTAKA............................................................................................................. 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

menuju kearah kedewasaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang

tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu

pemberian pengetahuan,pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan

adalah untuk mengajar kebudayaanmelewati generasi.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud pendidikan seumur hidup?

2. Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?

3. Apa hakikat pendidikan seumur hidup itu?

4. Apa pentingnya pendidikan seumur hidup?


1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh

banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan

harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Pendidikan Seumur Hidup (Long

Life Education) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta

komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan

terutama bagi para pendidik di negeri kita.

Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus

sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar

yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud.

Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada

dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.…

Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan

hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu

bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar

generasi dan kehidupan secara universal.


Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam

luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga

terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar

generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan

hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.

Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan

sampai liang lahat”. Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-

miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia

ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar

bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.

Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah

proses masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.

Pendidikan seumur hidup tidakdiartikan sebagai pendidikan orangdewasa, tetapi mencakup

danmemadukan semua tahapmemadukan semua tahappendidikan (pendidikan anak usiadini,

pendidikan dasar, pendidikanmenengah, pend. tinggi).

B. Konsep Pendidikan Seumur Hidup

Konsep pendidikan seumur hidup merupakan gagasan yang universal. Konsep

pendidikan seumur hidup memandang pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang

di dalamya terkandung prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan.

Terjadinya perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan jaman

lebih-lebih dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas

ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Oleh karena itu

untuk bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri dalam kehidupan peranan pendidikan atau
belajar sepanjang hayat diperlukan oleh setiap orang. Dalam hal ini belajar sepanjang

hayat menjadi alat untuk membangun keseimbangan antara belajar dan bekerja, adaptasi yang

terus-menerus untuk sejumlah pekerjaan dan untuk pelaksanaan kewarganegaraan yang aktif.

Berikutnya diungkapkan pula mengenai empat pilar pendidikan sepanjang hayat, yaitu

merupakan empat sendi atau sokoguru pengetahuan sebagai landasan berpijaknya pendidikan

non formal. Keempat pilar tersebut adalah

a. pertama learning to know yaitu belajar untuk menguasai instrumen-instrumen pengetahuan.

b. Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu sebuah konsepsi bagaimana kita bisa berbuat

dan melakukan atau mempraktekan dari apa yang sudah kita pelajari.

c. Ketiga yaitu Learning to live together (belajar hidup bersama) belajar hidup berasama orang

lain yaitu konsepsi bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang laing yang memiliki

latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar

yang

d. Keempat adalah learning to be (belajar menjadi seseorang) artinya adalah bahwa pendidikan

harus bisa menyumbangkan perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam

jiwa raga, itelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai

spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan landasan untuk pencapaian tujuan

pendidikan sepanjang hayat.

C. Hakikat Pendidikan Seumur Hidup

Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua

mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk

kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar,

belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal. Dalam kenyataan kehidupan
sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang

hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya

tidak ada batas usia yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar.

Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam

bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu

adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia.

Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap

orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi

dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah.

Tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu individu;

masyarakat; dan lingkungan fisik. perkembangan dan perubahan yang juga mencakup tiga

komponen yakni ;

1. Tahap-tahap perkembangan individu, meliputi; masa balita, masa kanak-kanak, masa

sekolah, masa remaja, dan masa remaja;

2. Peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan, yang berbeda-beda di setiap

lingkungan hidup; dan

3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian, meliputi; fisik, mental, sosial, dan emosional.

Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara operasional

sering pula disebut pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang

baru.

Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah

anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu
menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat .

1. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama


bagi proses perkembangan seorang individu
sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak.
Pendidikan anak diperoleh terutama melalui
interaksi antara orang tua – anak. Dalam berinteraksi
dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap
dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan
pendidikan terhadap anaknya.
2. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam
keluarga.
Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi
proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga,
sehingga mempengaruhi pribadi anak dan
perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan
secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah
harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh
karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari
kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
perkembangan budayanya.
5
Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah
merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-
tuntutan yang
diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga.
Materi yang diberikan di sekolah berhubungan
langsung dengan pengembangan pribadi anak,
berisikan nilai moral dan agama, berhubungan
langsung dengan pengembangan sains dan teknologi,
serta pengembangan kecakapan-kecakapan
tertentuyang langsung dapat dirasakan dalam
pengisian tenaga kerja.
3. Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk
pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga
dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan
pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan
khusus serta praktis yang secara langsung
bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.
D. Pentingnya Pendidikan Seumur Hidup

Perlunya pendidikan seumur hidup dalam beberapa hal :

1. Pertimbangan ekonomi

Menurut pandangan tokoh pendidikan seumur hidup, pembentukan sistem pendidikan

berfungsi sebagai basic untuk memperoleh ketrampilan ekonomis berharga dan

menguntungkan. Tidak berarti mereka menekankan bahwa pendidikan seumur hidup akan
dapat meningkatkan produktivitas pekerja dan akan meningkatkan keuntungan, tapi hal

terpenting adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperbesar pemenuhan diri,

melepaskan dari kebodohan, kemiskinan, dan eksplorasi.

2. Keadilan

Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah.

Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk

mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestaikan ketidakadilan.

3. Faktor peranan keluarga

Keluarga berfungsi sebagai sentral sumber pendidikan pada waktu silam. Pendidikan

seumur hidup dapat memperlengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan

mengambil alih tugas yang dulunya ditangani keluarga. Dalam masalah ini harus diperhatikan

bahwa penekanan peranan pendidikn seumur hidup sebagai pembantu keluarga, berarti akan

memperluas sistem pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak awal dan orang dewasa.

4. Faktor perubahan peranan sosial

Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan

sosial yang amat beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap

perubahan hubungan antara mereka/orang lain.

5. Perubahan teknologi

Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat

pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin

banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kenudiaan dan materialisme menjiwai

nilai-nilai budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia

satu dengan lainnya.


6. Faktor vocational

Pendidikan vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal,

trampil untuk menghadapi tantangan masa depan.

7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa

Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang

mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa.

Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan

sekolah apa yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.

8. Kebutuhan anak-anak awal

Masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik

tersendiribukan semata-mata masa penantian untuk memasuki

periode anak-anak, remaja dan dewasa.Masa anak-anak awal merupakan basis untuk

perkembangan kejiwaan selanjutnya meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-

pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya

sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.


8

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan merupakan hak hidup bagi semua orang pada setiap tahap umur (anak-

anak, remaja, dan dewasa), yang dapat diperoleh baik dalam keluarga, lingkungan, maupun

disekolah. Semenjak dalam kandungan, seorang anak sudah mendapat ajaran dan pendidikan

dasar dari keluarganya, terutama dari seorang ibu. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan di dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kewajiban belajar itu

tidak dibatasi oleh umur, oleh karena itu hidup berumah tangga tidak menghalangi keharusan

menuntut ilmu, atau nikah dan belajar dapat sejalan, tidak harus dipertentangkan. Prinsip

pendidikan dalam Islam adalah pendidikan seumur hidup, long life education: “Tuntutlah

ilmu sejak dari ayunan hingga ke liang lahat”.

B. Saran
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang

terkhir akan semakin baik mutunya maka seorang siswa lebih termotivasi untuk belajar agar

mampu membawa bangsa bersaing secara sehat dalam segala bidang dan mampu bersaing di

dunia internasional.
9

DAFTAR PUSTAKA

Zahara Idris H, pengantar pendidkan,Jakarta: PT Grammedia WidiasaranaIndonesia

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2001

Www.google.com

Anda mungkin juga menyukai