Anda di halaman 1dari 18

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Seumur hidup
Konsep pendidikan seumur hidup ini erat kaitannya dengan paham tentang
waktu berlangsungnya pendidikan. Di dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah dan masyarakat.
Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam
dua bagian yaitu ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuridisnya.
1. Dasar Teoritis/ Religious
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof
dan pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian
dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long
Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena
itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak
pernah berakhir. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup,salah satu fungsi
sosial,sebagai bimbingan ,sebagai sarana pertumbuhan ,yang mempersiapkan dan
membukakan serta membentuk disiplin hidup.transmisi baik dalam bentuk informasi,
formal, maupun non formal.[1]
Hal ini berarti setiap manusia indonesia diharapkan supaya selalu berkembang
sepanjang hidup, dan dilain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat
menciptakan situasi yang menantang untuk belajar.
Menurut para Ahli modern, Pendidikan adalah mengadakan pengaruh dengan
bermacam-macam pengaruh yang di pilih dengan sengaja untuk menolong anak-anak
supaya meningkat kemajuan jasmani,akhlaknya,sehingga sampai dengan berangsur-
angsur ketingkat kesempurnaan yang mungkin di capai ,supaya anak anak itu
berbahagia dalam kehidupan perseorangan dan kemasyarakatan .Dan semua amal

[1] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1995), hal .152

2

perbuatan yang di kerjakan nya lebih sempurna dan lebih baik dan berguna untuk
masyarakat.[2]
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak
anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Pendidikan juga berarti lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa.
Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang komprehensif,yakni
pendidikan mental pikir(rasio,intelek),kepribadian manusia seutuhnya,untuk
membina kepribadian demikian jelas memerlukan rentangan waktu yang relatif
panjang bahkan seumur hidup
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak
hanya berlangsung di dalam kelas,tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan
bukan bersifat formal saja,tetapi mencakup juga yang formal.
Secara umum pendidikan dapat di artikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.Dengan demikian,bagaimana pun sederhananya peradaban suatu
masyarakat,di dalamnya pasti terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh
karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang paradaban umat
manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya.[3]
Bagi manusia pemenuhan kebutuhan jasmani saja belumlah cukup jika tanpa
pemenuhan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani bagi manusia dalam kehidupannya
menjadi sangat penting karena tiada terpenuhinya kebutuhan rohani itu akan
menimbulkan kegelisahan batin. Salah satu untuk memenuhi kebutuhan rohani
adalah agama. Dengan agama akan dapat mengimbangi gejolak manusia untuk
memenuhi kebutuhan jasmani yang condong untuk selalu menuntut untuk di penuhi.
Konsep pendidikan yang tidak terbatas ini juga telah lama diajarkan oleh Islam,
sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi :
Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad

[2] Muhammad yunus,Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran(Jakarta: HDA Karya
Agung), hal.13-14
[3] Ibid

3

Bagi umat islam,agama merupakan dasar utama dalam mendidik anak-anaknya
melalui sarana-sarana pendidikan. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama
akan membantu terbentuknya sikap dan kepribadian anak kelak pada masa dewasa.
Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan hidup yang wajib
hukumnya bagi pria dan wanita,tiada batasan untuk memperolehnya,dan berlangsung
seumur hidup semenjak buaian hingga ajal.
Menurut Ki Hajar Dewantara konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan
seumur hidup ini merupakan orientasi baru yang mendasar dengan kebijakan tanpa
batas batas umur dan batas waktu belajar, maka kita mendorong supaya tiap pribadi
sebagai sebagai subyek yang bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri. Inilah
konsep konsep kunci pendidikan seumur hidup:
a. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri. Sebagaimana suatu konsep,
maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
b. Konsep belajar seumur hidup dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar
belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan
angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu
belajar.
c. Konsep belajar seumur hidup. Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah
orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur
hidup,melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi
peroblema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat
usia,dan menerima tantangan dan perubahan seumur hiudp sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
d. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup.Dalam konteks
ini,kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul
telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan
melaksanakan belajar seumur hidup.
2. Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai dimasyarakatkan
melalui kebijakan negara yaitu melalui :
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN
menetapkan prinsip-prinsip pembangungan nasional, antara lain :

4

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (Arah
Pembangunan Jangka Panjang).
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga
(rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah (Bab IV GBHN Bagian
Pendidikan).

Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989,penegasan tentang pendidikan seumur
hidup,dikemukakan dalam Pasal 10 Ayat (1) yang berbunyi : penyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan luar sekolah dalam hal
ini termasuk di dalamnya pendidikan keluarga,sebagaimana dijelaskan pada ayat (4),
yaitu : pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan agama,nilai
budaya,nilai moral dan keterampilan.
Philip H.Coombs mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian,yaitu
pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan),pendidikan
formal (pendidikan sekolah),dan pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah
yang dilembagakan).

1. Pendidikan Luar Sekolah yang Tidak Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar,pada
umumnya tidak teratur dan tidak sistematis.
2. Pendidikan Sekolah
Pendidikan sekolah adalah pendidikan di sekolah, yang teratur,
sistematis,mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang
berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3. Pendidikan Luar Sekolah yang Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan

5

persekolahan. Pendidikan luar sekolah yang dikembangkan bersifat
fungsional,praktis,dan pendekatannya lebih fleksibel serta luas dan terintegrasi.

Calon peserta didik pendidikan luar sekolah yang dilembagakan,yaitu :
a. Penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan/kesempatan
memasuki sekolah.
b. Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
c. Peserta didik yang putus sekolah (drop-out),baik dari pendidikan dasar,menengah
dan pendidikan tinggi.
d. Peserta didik yang telah lulus satu sistem pendidikan sekolah,tetapi tidak dapat
melnjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
e. Orang yang telah bekerja,tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses
pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup,baik di dalam maupun di luar
sekolah.[4]
Ada bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan
seumur hidup sangat penting. Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi,
antara lain :
1) Ideologis
Semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk
mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya.
Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-
potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
2) Ekonomis
Cara yang paling efektif untuk keluar dari lingkungan kebodohan yang menyebabkan
kemelaratan ialah melalui pendidikan.
3) Sosiologis
Para orang tua dinegara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan
sekolah bagi anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering kurang
mendapatkan pendidikan sekolah, putus sekolah atau tidak bersekolah sama sekali.

[4]Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo persada), hal.63-64

6

Dengan demikian, pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan merupakan
pemecahan atas masalah tersebut
4) Politis
Pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang karena pada negara
demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak milik,dan
memahami fungsi pemerintah, DPR,MPR dan lain-lain.
5) Teknologis
Dunia dilanda oleh eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana,teknisi
dan pemimpin negara berkembang perlu memperbarui pengetahuan dan keterampilan
mereka.
6) Psikologis dan Pedagogis
Perkembangan IPTEK yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep
tehnik dan metode pendidikan. Akibatnya,tidak mungkin lagi mengejarkan ilmu
seluruhnya kepada peserta didik. Karena itu,tugas pendidikan sekolah yang utama
ialah yang mengajarkan bagaiman cara belajar,menanamkan motivasi yang kuat
dalam diri anak untuk belajar terus menerus sepanjang hidupnya,memberikan
keterampilan kepada peserta didik untuk secara tepat,dan mengembangkan daya
adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.

B. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan seumur hidup adalah untuk mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya,yakni seluruh aspek
pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan
potensi manusia di isi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar. Potensi-
potensi itu tercakup dalam potensi jasmani dan rohani. Dengan mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan
dinamis,maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
Tujuan pendidikan menurut UU No 4 tahun 1950 adalah pendidikan dan
pengajaran bisa membentuk manusia yang susila,cakap dan warga negara yang
demokratis,serta tanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

7

Tujuan selanjutnya budi pekerti akhlak,yang penting dan utama dalam
pendidikan,mempunyai ilmu pengetahuan,mencari penghidupan,dan mencapai hidup
yang sempurna.
Tujuan umum barangkali dapat di gambarkan sebagaimana tujuan terpisah dari
masa sekarang sebagai hasil perhatian yang di dituju,merupakan tujuan akhir yang
final.Para ahli pendidikan cenderung berhenti pada tujuan tujuan yang dapat
tercapai secara terpenggal- penggal dalam suatu langkah tertentu.
Di dalam bukunya Beknopte Theoretische Paedagogiek,Langeveld mengutarakan
macam-macam pendidikan sebagai berikut:[5]
a. Tujuan Umum
Adalah tujuan tujuan sempurna,tujuan akhir,tujuan bulat. Tujuan umum adalah
tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik
lain,yang telah di tetapkan oleh pendidik dan selalu di hubungkan dengan kenyataan-
kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan di hubungkan dengan syarat-
syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum itu.
b. Tujuan-tujuan Tak Sempurna
Ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang
hendak di capai dengan pendidikan itu,yaitu segi-segi yang berhubungan dengan
nilai-nilai hidup tertentu.Tujuan tak sempurna ini bergantung kepada tujuan umum
dan tidak dapat terlepas dari tujuan umum tersebut. Memisahkan tujuan tak lengkap
menjadi tujuan sendiri sehingga merupakan tujuan akhir atau tujuan umum
pendidikan,menjadi berat sebelah,dan berarti tidak mengakui kepribadian manusia
sebulat-bulatnya. Ingatlah pendidikan hendaknya harmonis.
c. Tujuan tujuan Sementara
Merupakan tempat tempat perhentian sementara pada jalan yang menuju ke tujuan
umum,seperti anak-anak di latih untuk belajar kebersihan,belajar bicara. Tujuan
sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada tujuan umum.
Untuk mencapai tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktek harus mengingat dan
memperhatikan jalannya perkembangan pada anak. Untuk ini maka perlulah
psikologi perkembangan.
d. Tujuan-tujuan Perantara

[5] M.ngalim purwanto,ilmu pendidikan teoretis dan praktis(bandung:remaja
rosdakarya,2007),hal.20

8

Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Contohnya metode mengajar
dan membaca.
e. Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat terlepas pada
jalan yang menuju kepada tujuan umum.
Pada umumnya pendidikan seumur hidup di arahkan pada orang dewasa dan pada
anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan ketrampilan mereka yang
sangat di butuhkan di dalam hidup.
1. Pendidikan Seumur Hidup kepada Orang Dewasa
Sebagai generasi penerus,para pemuda ataupun dewasa membutuhkan
pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan sifat Self Interest yang
merupakan tuntunan hidup sepanjang masa. Diantaranya adalah kebutuhan akan baca
tulis bagi mereka pada umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja. Ini berarti
tidak ada istilah terlambat atau terlalu dini untuk belajar dan tidak ada konsep
bahwa terlalu tua untuk menuntut ilmu. Besar bagi pembangunan pada masa dewasa.
Dan pada gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan.
Belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral
atau merupakan totalitas kehidupan. Jadi,manusia belajar atau mendidik ini,bukanlah
sebagai persiapan(bekal) bagi kehidupan(yang akan datang dalam
masyarakat),melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Prinsip pendidikan
demikian,memberikan makna bahwa pendidikan adalah tanggung jawab manusia
sebagai subyek atas dirinya sendiri. Lebih-lebih yang sudah dewasa supaya
meningkat terus menerus yakni mandiri secara sosial ,ekonomis,psikologis dan
etis,sifat dan derajat inilah yang di maksud dengan kedewasaan atau kematangan.
2. Pendidikan Seumur Hidup bagi Anak
Pendidikan seumur hidup bagi anak,merupakan sisi lain yang perlu
memperoleh perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi tempat awal
bagi orang dewasa artinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan
dan kemampuan anak, memberi peluang.
Pengetahuan dan kemampuan anak,memberi peluang yang besar bagi
pembangunan pada masa dewasa dan pada gilirannya masa dewasanya menanggung
beban hidup yang lebih ringan.

9

Proses pendidikannya menekankan pada metodologi yang mengajar oleh
karena pada dasarnya pada diri anak harus tertanam kunci belajar,motivasi belajar
dan kepribadian belajar yang kuat.
Di sekolah-sekolah di ajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi
kehidupannya dalam masyarakat,sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Anak harus di didik untuk menjadi orang yang dapat menurut pimpinan dan dapat
memberikan atau menjadi seorang yang ahli dalam suatu teknik,perindustrian,dan
lain-lain. Pendeknya,pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup di
dalam masyarakat. Teranglah bahwa ia lebih mengutamakan masyarakatnya dari
pada anak itu sendiri sebagai individu.
Tentu pandangan ini pun berat sebelah. Kemungkinan akan menimbulkan
bahaya kolektivitisme,yaitu suatu pendapat yang tidak menghargaipenentuan diri
sendiri atas tanggung jawab sendiripada seseorang yang berarti pula individualitas
di kesampingkan.Pendidikan itu harus dapat maju bersama-sama. Pendidikan
individual jangan di abaikan,jadi pendidikan harus berdasarkan kepada
pribadi,kepada individualitas anak pendidikan kemasyarakatan pun harus di tanam
dengan baik pada anak-anak sebab manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini.Tetapi
juga sebagai anggota masyarakat yang terikat oleh adanya larangan-
larangan,peraturan-peraturan,undang-undang dan sebagainya.
Oleh karena itu,tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah
mengajarkan bagaimana cara belajar,menanamkan motivasi yang kuat dalam diri
anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya,memberikan skill kepada anak didik
secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung
berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah,perlu diciptakan suatu kondisi yang
merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau Llife Long Education.
Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek
dan pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh
individu harus memiliki kesempatan yang sistematik,terorganisir untuk belajar
disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah tujuan untuk
menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang
baru, untuk meningkatkan keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia
yang mereka tempati, untuk mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya.



10

C. Pengertian Alat, Media dan Pendidikan Islam
Alat adalah barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai sesuatu
maksud1[1]. Sedangkan alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian alat ini
mencakpu apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan
Islam.
Media itu katanya berasal dari bahasa latin yaitu medius yang artinya
secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Pendidikan Islam adalah bimbingan secara tidak sadar dari pendidik (orang
dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya, berdasarkan
norma-norma islami, agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian
muslim2[2].
D. Pentingnya Alat Pendidikan Islam
Pentingnya alat pendidikan Islam itu di dasari oleh hadits Nabi SAW, yaitu:
Artinya kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada
posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akhirnya.
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik dalam
menyampaikan materi atau bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-
benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak boleh
mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, kita
harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian ruap sesuai
dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta gaya yang menarik3[3]
E. Dasar Pemikiran dalam Penggunaan Media Pembelajaran Agama
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perlu dilandasi
langkah-langkah dengan sumber ajaran agama, sesuai firman Allah SWT dalam
Surah An-Nahl ayat 44, yaitu:

1[1]Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), Ct.
ke-6, h. 203
2[2]Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Rienka Cipta, 2009), Ct.
ke-1, H. 180
3[3]Ibid, h. 182

11

4L^4O^4 El^O)
4O-g]~.- 4))-4l+g +EELUg
4` 4@O+^ jgO)
_^UE4 ]NO-E4-4C
Artinya: Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka4[4] dan supaya mereka
memikirkan.
Demikian pula dalam masalah penerapan media pembelajaran agama, harus
memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan anak didik, karena factor inilah yang
justru menjadi sasaran media pembelajaran agama. Tanpa memperhatikan serta
memahami perkembangan jiwa anak atau tingkat daya pikir anak didik, guru agama
akan sulit di harapkan untuk mencapai sukses.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 125 yaitu:
7vu1- _O) O):Ec El)4O
gOE'g4^) gOgNOE^-4
gO4L=OO4^-
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah5[5] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik6[6].
F. Landasan Penggunaan Media pembelajaran
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran,
antara lain : landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiric.
1. Landasan Filosofis
Digunakannya berbagai jenbis media hasil tekonologi baru di dalam kelas ,
dapat mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi (karena anak
dianggap seperti robot yang dapat belajar sendiri dengan mesin) atau dehumanisasi.

4[4]Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam
Al Quran.
5[5]Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang
hak dengan yang bathil.
6[6]Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, (Banjarmasin: Antasari Pers, 2009), Ct.
ke-1, h. 5

12

Tapi dengan adanya berbagai media pembelajaran itu justru anak atau siswa dapat
mempunyai banyak pilihan yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Atau
dengan kata lain siswa dihargai dengan harkat kemanusiaannya diberi kebebasan
untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat sesuai dengan kemampuannya, jadi
penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat itu tidak perlu muncul, yang penting bagaimana
pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru mengenggap
siswa sebagai manusia yang mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda,
maka baik menggunakan media hasil teknologi atau tidak, proses pembelajran tetap
dilakukan dengan pendekatan humanisme.
2. Landasan Psikologis
Dari hasil kajian psikologis tentang proses belajar yang terkait dengan
penggunaan media pembelajaran, dapat dikemukakan antara lain hal-hal berikut:
a) Belajar adalah proses kompleks dan unik
Belajar adalah proses kompleks dan unik maka dlama mengelola proses
pembelajran harus diusahakna dapat memberikan fasilitas belajar (juga media dan
metode pembelajaran) harus sesuai dengan perbedaan individual siswa.
b) Persepsi
Persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indera. Orang akan memperoleh
pengertian dan pemahaman tentang dunia luar dengan jelas jika ia mengalami proses
persepsi yang jelas juga. Hal-hal yang memperngaruhi kejelasan persepsi antara lain
ialah: keadaan alat indera (mata, telinga, dsb), perhatian, minat, dan pengalaman,
serta kejelasan objek yang diamati.
3. Landasan Teknologis
a) Teknologi dalam pembelajaran
Istilah teknologi dalam pembelajaran ini artinya ialah memanfaatkan kemajuan
teknologi untuk mengefektifkan proses pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran
(pendidikan).
b) Teknologi pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi, untuk menganalisis
masalah, mencar cara pemecahan, melaksankan, mengevaluasi dan mengelola
pemecahan maslah-maslah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai
tujuan dan terkontrol.

13

4. Landasan Empiris
Dalam landasan ini menekankan pada pemilihan dan penggunaan media belajar
itu berdasarkan karakteristik orang yang belajar dan medianya. Hal ini didasarkan
atas pengalaman yang dimana kita mengenal para peserta didik itu bermacam-
macam. Ada yang gaya belajarnya visual dan auditif bahkan ada juga audio visual.
Nah dari gaya belajar itulah kita dapat memahami dalam pemilihan media
belajar7[7].
G. Jenis Alat atau Media dalam Pendidikan Islam
Dalam perspektif Ilmu Pendidikan Islam, yang mengutamakan ilmu pengetahuan
(knowledge) dan penanaman nilai (value) sudah barang tentu memerlukan alat yang
relevan. Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan kepada dua
bagian yaitu: alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang
bukan benda (non materil).
H. Alat Pendidikan yang Bersifat Benda
Menurut Zakiah Drajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
Media tulis, sperti al-Quran, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
Audi recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.

I. Alat Pendidikan yang Bukan Benda

Alat atau media yang bukan berupa benda diantaranya yaitu
a) Keteladanan
Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa dalam berbagai hal
pendidikan, keteladanan pendidik merupakan alat yang sangat penting bahkan paling
utama. Seperti yang terdapat di dalam Psikologi kita ketahui bahwa anak-anak
mempunyai dorongan meniru terutama terhadap orang tua dan gurunya. Jadi di
sinilah para pendidik dituntut untuk mencerminkan akhlak yang mulia di manapun

7[7]Ibid, h. 7-12

14

berada, maka dari itu posisi pendidik merupakan teladan yang baik yang
dikategorikan sebagai alat atau media pendidikan yang dapat ditiru.
b) Perintah atau larangan
Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
Dalam hal ini perintah itu bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang
harus dikerjain oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran, pembiasan dan
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik. Tiap-tiap perintah
dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat
memberi arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan susila.
Disampimg itu ada juga larangan, larangan biasanya dikeluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik, yang mungkin dapat membahayakan dirinya.
Larangan, sebenarnya sama juga dengan perintah kalau perintah merupakan
keharusan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan
keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Biasanya larangan
disertai dengan sangsi.
c) Ganjaran dan hukuman
Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah
bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku. Yang terpenting
dalam ganjaranhanya hasil yang dicapai seorang anak, dan dengan hasil tersebut
pendidikan dapat membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras
pada anak itu.
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat pendidik. Amir Daien Indra
Kusuma, mendefinisikan hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, sehingga anak akan
menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya8[8].
J. Pengaruh Alat atau Media Dalam Pendidikan Islam
Di dalam Pendidikan Islam, alat atau media itu jelas diperlukan. Sebab alat
atau media pengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Abu Bakar Muhammad berpendapat, bahwa kegunaan alat atau media itu
antara lain ialah:

8[8]Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), Ct.
ke-6, h. 204-211

15

1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan
menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah
(belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan
memikirkan suatu pelajaran.
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya,
memperhalus perasaan dan cepat belajar9[9].
























9[9]Ibid, h. 212

16




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah proses pembentukan manusia seutuhnya mencakup
kemampuan mental, fikir dan kepribadian atau berwatak bangsa.
Tujuan pendidikan seumur hidup adalah mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya. Proses pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis. Penyelenggaraan
pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan non sekolah yang
meliputi keluarga dan masyarakat.

Alat adalah barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai sesuatu maksud. Media itu
katanya berasal dari bahasa latin yaitu medius yang artinya secara harfiah berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Pendidikan Islam adalah bimbingan secara tidak sadar dari
pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya,
berdasarkan norma-norma islami, agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian
muslim.
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain
: landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiric.
Jenis alat atau media pendidikan itu ialah:
1. Alat Pendidikan yang Bersifat Benda
Menurut Zakiah Drajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
a) Media tulis, sperti al-Quran, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
b) Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c) Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d) Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
e) Audi recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.
2. Alat Pendidikan yang Bukan Benda
Alat atau media yang bukan berupa benda diantaranya yaitu
a) Keteladanan
b) Perintah atau larangan
c) Ganjaran dan hukuman

17

Abu Bakar Muhammad berpendapat, bahwa kegunaan alat atau media itu antara lain
ialah:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan
menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan
suatu pelajaran.
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus
perasaan dan cepat belajar.

























18





DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Purwanto M. Ngalim. 2007, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1981, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya : Usaha
Offset Printing
Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta : PT.HDA Karya
Agung
Zurairini.1995, Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara
Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Rienka Cipta, 2009), Ct. ke-1,
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, (Banjarmasin: Antasari Pers, 2009), Ct. ke-1,
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), Ct. ke-6.

Anda mungkin juga menyukai