Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

OLEH :
HEYDI ARISANDRA L
4512102076

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat serta KaruniaNya kepada kita sehingga
penulis berhasil menyelesaikan makalah ini, yang membahas mengenai
Psikologi Pendidikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Semester Pendek (SP) mata kuliah Psikologi Pendidikan. Penulis
mencoba memberikan suatu pemahaman yang berguna untuk pembaca.
Serta mengembangkan minat untuk mempelajarinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir, semoga dari makalah ini, kita dapat menambah
pengetshusn mengenai Psikologi Pendidikan.

Makassar, Maret 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan
pendidikan adalah proses perumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan-tindakan belajar. Adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak
mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan
bahwa lapangan utama studi psiologi pendidikan adalah soal belajar.
Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Untuk
memperjelas
pertimbangan-pertimbangan
psikologi
pendidikan yang melibatkan peserta didik, berikut ini diuraikan tentang
pengertian epsikologi pendidikan dan ruang lingkup psikologi pendidikan,
perkembangan psikologi pendidikan, aliran-aliran psikologi pendidikan,
metode-metode psikologi pendidikan, dan hubungan psikologi pendidikan
dengan bimbingan konseling.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Apa definisi dari psikologi pendidikan?


Bagaiman sejarah perkembangan psikologi pendidikan?
Apa saja aliran-aliran psikologi pendidikan?
Apa saja metode-metode psikologi pendidikan?
Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan
konseling?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas tujuan makalah ini, yaitu:
1. Defenisi psikologi pendidikan
2. Memahami sejarah perkembangan psikologi pendidikan
3. Memahami aliran-aliran psikologi pendidikan
4. Memahami metode-metode psikologi pendidikan

5. Memahami hubungan psikologi pendidikan dengan bimbinngan


koseling.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan bagian dari psikologi yang
menghubungkan tingkah laku individu dan pendidikan. Psikologi
pendidikan selain mempelajari tingkah laku individuyang khusu terdapat
pada situasi pendidikan, psikologi ini juga mempelajari segi-segi
perbedaan individual bertingkah laku dalam situasi pendidikan serta
berupaya untuk mencari cara untuk mengatasi perbedaan-perbedaan
tersebut sehingga psikologi ini dapat diterapkan secara efektif dlam
bidang pendidikan.
Menurut Lesrer D Crow and Alice Crow, psikologi adalah ilmu dari
psikologi yang mempelajari pengalaman individu melalui hidupnya.
Dengan demikian psikologi pendidikan dapat didefenisikan sebagai
psikologi yang menerapkandan mengembangkan prinsip-prinsip, teoriteori dan teknik-teknik yang berkaitan dengan pelaksanaan belajar
mengajar
yang memadai sehingga guru dapat membantu dan
mengarahkan perkembangan murid-muridnya kearah sasaran yang tepat
dan yang maksimal.
B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
1. Anak pada hakikat dan perkembangannya termasuk kemungkinan
perbedaan-perbedaan individualitasnya.
2. Belajar, jenis dan prosesnya termasuk prinsip-prinsip dan faktor yang
mempengaruhi efesiensinya.
3. Mengajar dan prinsip-prinsipnya serta kondisi dan situasinya yang
dapat
mendatangkan
keefektifitas
belajar
dalam
rangka
mengembangkangkan potensi-potensi anak didik secara maksimal.
C. Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi Pendidikan
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangat
kentaldipengaruhi oleh filsafat dan Ilmu Pengetahuan Alam. Psikologi
pada saat dipengaruhioleh filsafat, seperti Rane Descartes memandang
manusia sebagai, mempunyai dua unsure yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu jiwa dan raga. Hubungan antara jiwa dan raga saling mempengaruhi
sebab adanya kelenjar pinealis yang terdapat dalam otak. Namun, pada
saat psikologi berada dibawah pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam,
psikologi diterangkan secara kausal, dan psikologi dihubungkan dengan
fisiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan dan kemajuan yang
agak pesat ketika awal abad XIX. Pada waktu itu, banyak ahli yang aktif

melakukan penelitan dibidang fisika., fisiologi dan kimia yang dihubungkan


dengan reaksi-reaksi manusia pada kondisi tertentu. Perkembangan
psikologi yang modern ketika itu sangat erat kaitannya dengan
eksperimen-eksperimen yang berhubungan dengan pengalamanpengalaman inderawi (sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdirisebagai disiplin ilmu tersendiri
pada tahun 1879, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang merupakan
seorang yang berkebangsaan Jerman yang juga seorang dokter, filsuf,
dan ahli fisika. Wilhelm Wundt mendirikan sebuah laboraturium psikologi
pertama di Leipzing,Jerman. Beliau banyak melakukan eksperimeneksperimen tentang proses-proses kesadaran, meliputi penginderaan dan
perasaan. Oleh karena itu, beliau mendefinisikan psikologi sebagai Ilmu
yang menpelajari tentang pengalaman sadar. (The science of conscious
experience).
Wundt dalam eksperimennya, menyelidiki tiga masalah utama yang
menjadi pusat perhatiannya, yaitu:
1. Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2. Cara unsure-unsur itu saling berhubugan, dan
3. Menentukan aturan dari hubungan unsur-unsur tersebut (Nana sudjana,
1991).
Teori Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu kimia, Wundt
beranggapan bahwa mempelajari psikologi menyangkut telaah unsurunsur dasar atau atom-atom terhadap dasar pengalaman mental manusia,
dalam eksperimennya Wundt menggunakan metode intropeksi dalam
menentukan dan menganalisis unsur-unsur pengalaman manusia. Beliau
sangat memusatkan perhatiannya pada prose persepsi, sensasi dan
pengalaman mental manusia terhadap rangsangan-rangsangan yang
diterimanya, hal ini dilakukan untuk mengetahui caraatau proses berpikir
manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para
pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu
sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan pendidikan,
yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui
bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai
dengan
bahan
yang
diajarkan
dan
sebagainya,
dengan
mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik.
Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pila pada

pola tujuan pendidikannya, yang disusun denganbahasa psikologi


pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah
tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan dayadaya jiwa. Adapun Frobel menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
terwujudnya kepribadian melalui perkembangan sendiri, aktivitas dan kerja
sama sosial dengan semboyan belajar sambil bekerja. Herbant bahkan
telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran
berturut-turut : persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi, dan aplikasi.
Tentu saja sifatdan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan
sesuai zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman itu
belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abad 19 penelitian-penelitiandalam lapangan psikologi
pendidikan secara olmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus
mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses
pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya
Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai
sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang
(menurun), akan tetapi tidak hilang sama sekali. Pada awal abad 20,
pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para
pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawab,
apakah prestasi belajar itu semata-mata hanya bergantung pada soal rajin
dan malasnya pelajar, ataukah ada faktor kejiwaan atau mental yang ikut
memegang peranan. Maka untuk memecahkan problem itu, ditunjukan
seorang ahli psikologi bernama Alfret Binet, dengan bantuan Theodore
Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah
tes baku untuk mengetahui intelegensi para pelajar. Tes ini kemudian
dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi BInet-Simon ini, sangat
tekenal yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri
itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya
dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Diantara para ahli yang
mengambil bagian revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan
sebagainya.

D. Aliran-Aliran Psikologi Pendidikan


1. Nativisme

Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu di tentukan


oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkingan kurang berpengaruh
terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan
demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu
itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari
lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik,
ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat
yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak
mirip orangtuanya secara fisik dan akan Mewarisi sifat danbakat
orangtuanya, yang artinya pengakuan tentang adanya daya asli yang
tekah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis
dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya
yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh
dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan
adapula yang hanya sampai titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang
berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi
seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya,
mungkin juga hanya sampai pada setengah krmampuan orangtuanya.
2. Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir
didunia mempunyai pembawaan baik.namun pembawaan tersebut akan
menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aturan Naturalisme
sering disebut Negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran
(M.Arifin dan Aminuddin R. 1992:9), yaitu :
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian tejadi
interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan didalam dirinya secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang
menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak
didik kearah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung
jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan
bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi
kepada pola belajar anak didik. Anak dididik secara bebas, diberi
kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai

dengan minat dan perhatiannya. Dengan demikian, aliran Naturalisme


menitikberatkan pada
strategi
pembelajaran
yang
bersifat
paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik menjadi
pusat kegiatan proses belajar mengajar secara mandiri.
3. Empirisme
Anak yang lahir kedunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas
putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.
Pengalaman diperoleh melalui hubungan dengan lingkungan (sosial,
alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini,
pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan
menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap serta watak anak sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Misalnya, suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknyamenjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli
didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat menulis pada anak itu tidak
ada. Akibatnya, dalam diri anak terjadi konflik, pedidikan mengalami
kesukaran dan hasilnyatidak optimal.
4. Interaksionalisme
Manusia lahir didunia ini telah memilii bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembangan manusia selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan linkungan sama-sama berperan
penting. Manusia yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadisemakin baik. Sedangkan,
yang yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik
yang dibawa anak. Dengan demikian, menganggap bahwa mendidik
sangat bergantung dan sangat perlu pada faktor pembawaan atau bakat
dan lingkungan.
5. Mengapa manusia perlu dididik?
Menurut John Locke (1632-1704), mengajarkan bahwa
perkembangan pribadi ditentukan oleh fakto-faktor lingkungan, terutama
pendidikan. Yang berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas

putih, dan lingkungan itulah yang menulisi kertas pituh itu. Maka
manusia perlu dididik karena manusia ditentukan oleh lingkungannya
yang mempengaruhi manusia itu sendiri, sejak ia lahir sampai ke liang
lahat. Maka lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap proses
pendidikan anak.
6. Mengapa pendidik harus berwibawa?
Sudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah
seorang guru/pendidik, yang harus memiliki jiwa pendidik yang mendarah
daging. Artinya, nilai-nilai pendidikan tidak sekadar dihafal secara teoritis,
tetapi telah menjadi bagian dari perilaku dirinya, diantaranya kemampuan
mengelolah pembelajaran atau mendidik peserta didik yang dapat
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Pendidik sering dianggap
sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi
pendidik sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus
diguguh dan ditiru). Diantaranya, kepribadian pendidik pendidik yang
mantap,stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, berakhlak mulia, dan bersikap demokratis dan terbuka terhadap
pembaruan dan kritik.
7. Mengapa keluarga disebut lingkungan yang pertama dan utama?
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan
yang bersifat kodrati, keluarga/orangtua bertanggung jawab memelihara,
merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Disinilah proses pendidikan berawal, keluarga/orangtua
adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru
agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena,
orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarka anak berbahasa
dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, kakek, nenek, dan
anggota keluarga lainnya. Orang tua atau keluarga adalah orang yang
pertama mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya dan
mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi anak
secara maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak
belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih suci.
8. Siapakah sebenarnya yang harus bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak dikeluarga?

Orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak


dikeluarga, karena orang tua sebagai pendidik dalam keluarga yang
berfungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, menjamin
kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan sosial-agama
dan budaya, memellihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuh dan berkembang dengan baik.
E. Metode-Metode Psikologi Pendidikan
1. Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan
sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang
kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji
hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau
kelompok dalam situasi tertentu atau dibawah kondisi tertentu. Jadi,
tujuan metode eksperimen adalh untuk mengetahui sifat-sifat umum
dalam gejala kejiwaan. Misalnya, mengenai pikiran, perasaan, kemauan,
ingatan, dan sebagainya (Shalahuddin, 1990:23).
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan
pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang
diperkiran dapat mencemari dan mengotori hasil penelitian. Metode ini
menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai
eksperimental design (rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki
dua pengertian, adanya langkah-langkah penelitian ilmiah:
a. Ada masalah (problem)
b. Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
c. Alternatif jawaban/hipotesis
d. Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
e. Kesimpulan dan generalisasi.
(Prabowa dan Puspitasari dalam Gunadarma, 2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan dan
praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen
laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin, 2008:21)

2. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan, dan lain
sebagainya yang ditujukan atau diberikan kepada suatu kelompok

individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan


masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga dipakai dengan
tujuan-tujuan diagnostik atau untu menilai cirri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah :
a. Tidak terlalu memakan biaya
b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relative singkat dapat
mengumpulkan data yang benar.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenaran
jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddi, 1990,25)
3. Metode Klinis
Metode James Drawer dalam kamus The Penguin Dictionary Of
Psychology, istilah clinic dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan
pengobatan sebagai gangguan,fisik, perkembangan atau kelakuan.
Dengan demikian, metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang
berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan
secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama.
(Shalahuddin, 1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang
digunakanuntuk menyelesaikan masalah:
a. Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping
kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah
kenakalan remaja.
b. Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengeatahui bagaimana
jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya,
bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat
menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan
terlalu banyak kecemasan.
c. Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam
jangka waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh diatas kita
meengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
d. Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukandengan cara memakai
sampel-sampel yang mewakili usia anak yang ingin diteliti.
4. Metode Case Study
Metode case study atau studi kasus adalah suatu catatan tentang
pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan,
lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang
relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu
kasus medis atau klinis. Metode ini dapat berhasil dengan baik, apabila
observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Adapun yang diobservasi dan dicatat adalah data

tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,


1990:26)
5. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan
cara melakukan
pengamatan kedalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam
disiplin psikologi dalam kelompok strukturalisme (Wilhelm Wundt).
Mereka mendefenisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka
intropeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang
berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motifmotif yag ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu,
mengamati proses mental, menganalisis dan kemudan melaporkan
perasaanyang ada dalam dirinya. (Prabowo dan Puspitasari dalam
Gunadarma, 2002:9)

F. Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Bimbingan Konseling


Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai
keinginan agar semua semua siswa dapat memperoleh hasil belajar
yang baik dan memuaskan. Harpan tersebut sering kali kandas dan tidak
terwujud, karena banyak siswa yang tidak diharapkan, maka sering
mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Untuk mengatasi
masalah kesulitan belajar, maka bimbingan dan konseling
dapatmemberikan layanan dalam bimbingan belajar, bimbingan sosial,
dan bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar, bimbingan dimaksudkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Bimbingan ini antara lain:
a. Cara belajar, baik secara kelompok maupun individual
b. Cara bagaiman merencanakan waktu dan kegiatan belajar
c. Efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajara
d. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu
e. Cara proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran numbingan
sosial dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu
menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan

mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial,


sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif.
Bimbingan dalam
mengatasi masalah-masalah pribadi
bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadinya, yang dapat menganggu kegitan
belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi
atau dipecahkan, akan cenderung menganggu konsentrasinya dalam
belajar, akibat prestasi belajar yang dicapai rendah.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa disimpulkan
bahwa psikologi pendidikan merupakan psikologi yang berkaitan
dengan tujuan dan praktek di sekolah yang menyebutkan bahwa
lapangan utama studi psikologi pendidikanadalah soal belajar. Dengan
kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalanpersoalan yang berkenaan dengan prose dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindaan belajar.
B. SARAN
Sebagai calon pendidik, hendaknya kita bisa mengerti apa
definisi psikologi pendidikan, sejarah perkembangan psikologi

pendidikan, aliran-aliran psikologi pendidikan,metode-metode psikologi


pendidikan dan hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan
konseling,dan selain itu juga agar supaya calon pendidik dapat
mengetahui jikalau psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan tindakan belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin dan M.Arifin. 1992. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Shalahuddin, Mahfudz. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya:
PT. Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai