Anda di halaman 1dari 6

Review Jurnal BIMBINGAN KONSELING ISLAM

“SEJARAH LAHIRNYA BIMBINGAN KONSELING DAN BIMBINGAN


KONSELING POLA 17”

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan BIMBINGAN KONSELING ISLAM

Oleh,

LIZA AMALIA
(0304192093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2021
A. Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling di Amerika Serikat

Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada
sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit.
Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral,
dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, FrankParsons mendirikan Vocational Bureau untuk
membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka.

Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago.


Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan
dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga
bimbingan dalam sistem sekolahnya. Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance
Association di Grand RapidsPerkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat
sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American
Personnel and Guidance Association) pada tahun 1952.

Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD
(American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya
bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada
saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat,
dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya. Di samping itu, pada
setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing
organisasi tersebut.

B. Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan


dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah
dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964,
lahir Kurikulum SMA Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan
penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat,
terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut,
maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan lImu Pendidikan, dan diteruskan oleh
Institut Keguruan dan lImu Pendidikan (1963) membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade
70-an. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa narapan baru pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan nemegang peranan penting dalam
sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di
sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan
penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri
lkatan Petugas Bimbingan Indonesia (PBI) di Malang. IPBI ini memberikan pengaruh
terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.

C. Pola Bimbingan dan Konseling 17 Plus

1. Sejarah Lahirnya BK 17 Plus

Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK)


memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi warna tersendiri
bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan
menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola-17 Plus.

Pola bimbingan dan konseling pola 17+ adalah progam bimbingan dan konseling/
pemberian bantuan kepada peserta didik melalui, 6 bidang bimbingan, 9 layanan, dan 6
layanan pendukung yang sesuai dengan norma yang berlaku.

 Fungsi

Pola umum bimbingan konseling di sekolah sering disebut dengan BK Pola 17. Disebut
BK Pola 17 karena di dalamnya terdapat tujuh belas butir pokok yang amat perlu
diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah.

D. Asas-asas Bimbingan dan Konseling pola 17


1) Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran
pelayanan.
2) Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan
yang diperlu-kan baginya.
3) Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura.
4) Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan bimbingan.
5) Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling.
6) Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam
kondisinya sekarang.
7) Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukanoleh
guru pembimbing maupun pihak lain.
8) Asas keharmonisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada.
9) Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-
kaidah profesional.
10) Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas.

 Layanan dan Strategi

Adapun layanan dan strategi Bimbingan dan Konseling Pola 17+ adalah sebagai
berikut :

a. Layanan orientasi, layanan yang di tujukan untuk peserta didik atau siswa baru guna
memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru
dimasuki. Hasil yang diharapkan dari layanan ini adalah peserta didik dapat
menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain
yang mendukung keberhasilannya.
b. Layanan informasi. Layanan yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk
mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar,
anggota keluarga, dan anggota masyarakat.
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu serangkaian kegiatan bimbingan dan
konseling yang membantu peserta didik agar dapat menyalurkan/ menempatkan
dirinya dalam berbagai program sekolah, kegiatan belajar, penjurusan, kelompok,
belajar,pilihan pekerjaan, dll.
d. Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

 Bentuk Bimbingan

Sebelun lahirnya Pola 17 Plus, pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah


diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidakjelasan pola yang harus diterapkan
berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi
terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai
kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi
kesalah pahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut.

 Kegiatan Pendukung

Kesan yang tertangkap di masyarakat terutamaorang tua murid Bimbingan Penyuluhan


tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah.Sehingga ketika orang tua dipanggil ke
sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing,orang tua menjadi malu, dan dari rumah
sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah apakah. Dari
segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasannya.
REFERENSI

Safrianus Haryanto Djehaut. “ Bimbingan Konseling Di Sekolah “, Absolute Media,


(Yogyakarta, Indonesia. 2010)

Nurihsan, Achmad Juntika. “Bimbingan konseling dalam berbagai latar kehidupan”.


Bandung: Refika Aditama 2014)

Awalya. 1995. Upaya Pemahaman Siswa Yang Dilakukan Konselor Dalam Melaksanakan
Bimbingan di Sekolah. Tesis, tidak diterbitkan. IKIP Bandung

Anda mungkin juga menyukai