Dosen Pengampu :
Dr. Amiruddin, MS. MA
Disusun Oleh Kelompok 7 :
1. M. Haddad Al-Qusyoi. Ar : 0304192048
2. Nur Amira Amanina Lubis : 0304192057
3. Khorunniswa Az-Zihra. T : 0304192090
4. Elvina Rosa Dilla : 0304192065
5. Khadimah Hriyanti. P : 0304192084
6. Liza Amalia : 0304192093
7. M. Farhan Husaini Siregar : 0304192074
8. Luthfi Abbas : 0304192058
9. Syella Ramadhani : 0304192063
TBI-2 / Semester 3
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Lembaga Pendidikan Islam” ini.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Dan tak lupa kami sangat
berterimakasih kepada Bapak Dr. Amiruddin, MS. MA sebagai dosen “Ilmu Pendidikan
Islam”.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami dan menjadi referensi oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
Daftar Isi
Cover.................................................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I : Pendahuluan......................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II : Pembahasan......................................................................................................5
Lembaga Pendidikan Islam...............................................................................................5
A. Pendidikan Keluarga Dalam Islam...............................................................................5
B. Pendidikan Di Sekolah..................................................................................................7
1. Hakikat Pendidikan.............................................................7
2. Pendidik Dalam Pendidikan Di Sekolah.............................7
3. Peserta Didik Dalam Pendidikan Di Sekolah......................9
4. Kurikulum Dalam Pendidikan Di Sekolah..........................9
5. Saat Mengirim Anak Ke Sekolah.......................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur
jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan
jika tidak ada lembaganya.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran
proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga
pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman
melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.
Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga
pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota
secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan
menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu
sendiri akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah
keislaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan
dengan lembaga pendidikan islam tersebut, yaitu terkait konsep dan jenis-jenis Lembaga
Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana Pendidikan Keluarga dalam Islam?
- Bagaimana Pendidikan di Sekolah?
- Apa itu Madrasah?
- Bagaimana Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam?
- Bagaimana Majelis Taklim Sebagai Lembaga Pendidikan Masyarakat?
C. Tujuan
- Menjelaskan Pendidikan Keluarga dalam Islam.
- Menjelaskan Pendidikan di Sekolah.
- Menjelaskan apa itu Madrasah.
- Menjelaskan Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Mendo’akan anak-anaknya dengan do’a yang baik. (QS. al- Furqan: 74).
Memelihara anak dari api neraka. (QS. at-Tahrim: 6).
Menyerukan shalat pada anaknya. (QS. Thaha: 132).
Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga. (QS. an- Nisa’: 128).
Mencintai dan menyayangi anak-anaknya. (QS. ali Imran: 140).
Bersikap hati-hati terhadap anak-anaknya. (QS. al- Taghabun: 14).
Mencari nafkah yang halal. (QS. al-Baqarah: 233).
Mendidik anak agar berbakti pada bapak-ibu (QS. an- Nisa’: 36, al-An’am:
151, al-Isra’ 23) dengan cara mendo’akannya yang baik.
Memberi air susu sampai 2 tahun. (QS. al-Baqarah: 233).206
Korektor, yaitu bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak memiliki
kemampuan memilih yang terbaik bagi kehidupannya.
Inspirator, yaitu yang memberikan ide-ide positif bagi pengembangan
kreativitas anak.
Informator, yaitu memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu
pengetahuan kepada anak agar ilmu engetahuan anak didik semakin luas dan
mendalam.
Organisator, yaitu memiliki keampuan mengelola kegiatan pembelajaran anak
yang baik dan benar.
Motivator, yaitu mendorong anak semakin aktif dan kreatif dalam belajar.
Inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dan kemajuan
pendidikan anak.
Fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagi
kegiatan belajar anak.
7
B. Pendidikan Di Sekolah
1. Hakekat Pendidikan
Pendidikan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Oleh sebab itu, manusia
tidak mengetahui sesuatu apapun sejak dilahirkan. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Q.S.58:2, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, tidak
mengetahui sesuatu.” Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut
Jalaluddin bagi manusia yang hidup di lingkungan masyarakat yang masih sederhana
pendidikan dilakukan langsung oleh para orang tua. Pendidikan akan dinilai rampung bila
anak mereka sudah menginjak usia dewasa, siap untuk berumah tangga dan mampu mandiri
setelah menguasai sejumlah keterampilan praktis sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan hidup
di masyarakat lingkungannya. Makin sederhana masyarakatnya, makin sedikit tuntutan
kebutuhan akan keterampilan yang perlu dikuasainya.
Tujuan pendidikan yang dilaksanakan, yaitu memberi bimbingan supaya dapat hidup
mandiri. Masyarakat primitif, pendidikan dilakukan melalui pergaulan dan pengalaman yang
diterima anak, orangtua, dan masyarakat sekitar. Sedangkan masyarakat modern, pendidikan
sudah menjadi pranata moral yang terorganisir dengan baik. Mulanya, istilah pendidikan
berarti bimbingan yang diberikan terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau beberapa orang, tujuannya agar menjadi dewasa, mencapai tingkat hidup yang
lebih tinggi. Dan akhirnya, pendidikan berarti suatu usaha yang sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif
mengembangkan potesnsi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya,
masyarakat dan Negara.1
berhasil sesuai tujuan tersebut. Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat kursial.
Karena kewajibannya tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk
memberikan nilai-nilai etika, estetika sosial, ekonomi, politik, nilai ilahiyah, dan lain
sebagainya.
Hal ini merupakan tanggung jawab yang berat di tengah kehidupan masyarakat yang
kompleks apalagi pada era sekarang ini. Hal ini akan semakin berat jika masyarakat
memandang rendah kedudukan pendidik di sekolah. Profesi pendidik dari segi materil kurang
menguntungkan. Karena sebagian masyarakat sekarang ini dipengaruhi oleh paham
materialisme yang menyebabkan mereka bersifat materialistik. Pendidik di lembaga
pendidikan persekolahan disebut dengan guru (Guru Madrasah, Guru TK, Guru SMP, Guru
SMA, dan sampai Dosen di Perguruan Tinggi). Guru tidak hanya menerima amanat dari
orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk
mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang
diserahkan kepadanya. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. an-Nisa’: 58, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan
oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Banyak Qur’an dan Hadis membahas tentang
kedudukan pendidik. Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat menghantarkan
manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT. Al-Ghazali mengkhususkan guru dengan
dengan sifat-sifat kesucian dan kehormatan dan menempatkan guru langsung sesudah
kedudukan Nabi. Al-Ghazali mengungkapkan, “Seseorang yang berilmu dan kemudian
mengamalkan ilmunya itu, dialah yang disebut dengan orang besar di semua kerajaan langit,
dia bagaikan matahari yang menerangi alam sedangkan ia mempunyai cahaya dalam dirinya,
seperti minyak kasturi yang mengharumi orang lain karena ia harum. Seseorang yang
menyibukkan dirinya dalam mengajar berarti dia telah memilih pekerjaan yang terhormat.
Oleh karena itu, hendaklah seorang guru merhatikan dan memelihara adab dan sopan santun
dalam tugasnya sebagai seorang pendidik”. Rasulullah SAW adalah sosok pendidik yang
sangat baik untuk dijadikan contoh karena sosok beliau merupakan seorang pendidik yang
agung dan memiliki metode pendidikan yang bagus. Pendidik itu mereka bertugas untuk
9
membina, mengarahkan, mendidik peserta didik, dan lainnya. Oleh sebab itu, pendidik
berhak untuk mendapatkan gaji dan mendapatkan penghargaan.
Kode etik pendidik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai pedoman sikap tingkah laku di dalam dan di luar
kedinasan bagi pendidik. Kode etik guru harus dilaksnakan oleh guru dalam melaksanakan
tugasnya dalam masyarakat. Adanya guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting. Peran itu belum dapat digantikan dengan teknologi. Di sekolah seorang guru
menjadi pedoman bagi murid-muridnya, di masyarakat seorang guru dipandang sebagai
contoh yang baik bagi warga masyarakat.2
2
Prof. Dr. H. Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), h. 101-109, 112-114, 123.,
3
Prof. Dr. H. Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), h. 133-137, 182.
4
Prof. Dr. H. Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), h. 229-230.
10
Menurut Asma Hasan Fahmi (1979), sebenarnya yang wajib mengajari anak adalah
orang tuanya sendiri. Sayangnya, dengan berbagai alasan, orang tua terpaksa mengirimkan
anaknya ke sekolah. Bahwa pada orang tua pada zaman dahulu tidak mempertimbangkan
umur yang tertentu untuk mengantarkan anaknya ke sekolah. Di Indonesia, orang tua boleh
mengirimkan anaknya ke SD ketika anak tersebut berusia 6 tahun, dan mereka mendidik
anaknya di TK selama dua tahun, ketika usia anak empat sampai lima tahun.
Sekarang ini mengirimkan anak ke sekolah suatu hal yang tidak dapat dihindari.
Banyak orang tua yang merasa tugasnya terhadap anak telah usai bila ia telah menyekolahkan
anaknya ke sekolah. Ini suatu kekeliruan yang fatal. Sekolah sebenarnya hanya membina
pada aspek jasmani dan akal. Orang tua lah yang memiliki banyak sekali peluang untuk
membina anak. Menyerahkan seratus persen pendidikan (kesusilaan) ke sekolah merupakan
kekeliruan besar.5
Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan
bangsa, negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang
diwujudkan melalui peraturan peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. (Langgulung,
1988:14). Islam tidak memebebaskan manusia dari tanggung jawabnya sebagai anggota
masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma
yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Majlis taklim berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata majelis dan talim. Majelis
artinyatempat dan talim artinya pengajaran ataupengajian.Dengan demikian secara bahasa
majelis taklim berarti tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
(Pedoman Majelis Taklim, 1984:5). Menurut Alawiyah (1997:75) pada umumnya majelis
taklim adalah lembaga swadaya masyarakat murni. la dilahirkan, dikelola, dipelihara,
dikembangkan dan didukung oleh anggotanya. Kehadirannya merupakan kebutuhan
masyarakat sendiri baik material, mental maupun spritual.
Dilihat dari segi historis Islami, majelis taklim dengan dimensinya vang berbeda-beda
telah berkembang sejak zaman Rasulullah SAW. Pada saat itu muncullah berbagai jenis
5
Dr. Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan Dalam Perpektif Islam”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019)), h. 185.
11
kelompok pengajian suka rela, tanpa bayaran yang disebut halaqah yaitu kelompok pengajian
di masjid Nabawi atau Al-Haram, biasanya ditandai dengan salah satu pilar masjid untuk
tempat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat yaitu ulama
terpilih (Arifin, 1991:110). Keberadaan majelis taklim di tengah-tengah masyarakat
membawa peran tersendiri yang esensi utamanya dalam proses kegiatan sebagai berikut:
Sejalan dengan hal di atas Alawiyah (1997:78) mengemukakan ada tiga tujuan majelis
taklim, yaitu:
Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuannya untuk menambah ilmu dan
keyakinan agama, yang akan mendorong pengamalan agama.
Berfungsi sebagai tempat kontak sosial maka tujuannya silaturrahmi.
Berfungsi mewujudkan minat sosial maka tujuannya meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.
Ada beberpa metode pembelajaran dalam Islam yang dapat digunakan dalam majelis
taklim, yaitu:
C. Madrasah
1. Pengertian Madrasah
Madrasah tidak lain adalah kata lain sekolah, artinya tempat belajar. Lahirnya
madrasah merupakan kelanjutan dunia pesantren yang didalamnya terdapat unsur-unsur
pokok dari pesantren. Unsur-unsur tersebut ialah; kyai, santri, pondok, masjid, pengajian
kitab dan lain sebagainya. Unsur-unsur yang diutamakan di madrasah yaitu pimpinan (kepala
sekolah), guru, siswa, media pembelajaran (perangkat keras dan perangkat lunak) serta mata
pelajaran agama islam. Pengetahuan dan keterampilan peserta didik akan cepat berkembang
dengan percepatan kemajuan iptek dan berkembangnya zaman, sehingga madrasah pada
dasarnya sebagai wahana untuk mengembangkan kepekaan intelektual dan informasi, serta
memperbaharui pengetahuan, sikap dan keterampilan serta berkelanjutan.
14
2. Ciri-Ciri Madrasah
3. Jenis-Jenis Madrasah
Madrasah terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
Pendidikan dasar. Merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan dasar yang
berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang sederajat dengan Sekolah Dasar (SD).
Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga yang memberikan pengajaran rendah serta
menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar.
Pendidikan menengah pertama. Berbentuk Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang
sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Madrasah Aliyah. Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran tingkat menengah yang terdiri dari pendidikan menengah umum dan
menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk Madrasah Aliyah (MA),
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat.
Madrasah Diniyah. Merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam yang
berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orangtua agar anak-anaknya lebih banyak
mendapat pendidikan agama islam. Madrasah Diniyah dalam arti lain suatu bentuk
15
Di Indonesia, istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren” yaitu
suatu lemabaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang
mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan
untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pemondokon atau
asrama sebagai tempat tinggal para santri. Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut
pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid, (4)
ada santri, (5) ada pelajaran membaca kitab kuning.
Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig
Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya,
Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta dalam mengamalkan
dan mendakwahkannya dalam masyarakat.7
6
Ilmiyah, “Pengertian Madrasah”(http://scanzovarious09.blogspot.com/2016/09/pengertian-madrasah.html?m=1 Diakses pada 18
September 2016)
7
Nata, Ilmu Pendidikan, h. 195.
16
Metode wetonan (halaqah). Metode yang di dalamnya terdapat seorang kiai yang
membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab
yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat
dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif.
Metode serogan. Metode yang santrinya cukup pandai men- sorog-kan
(mengajukan) sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca dihadapannya, kesalahan
dalam bacaannya itu langsung dibenari kiai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
proses belajar mengajar individual.
Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus
pada ilmu-ilmu agama,misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, sistem
yurisprudensi Islam, Hadis, tafsir Alquran, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Dan
literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah “kitab
kuning”.8
Di pihak lain, pondok pesantren kini mengalami transformasi kultur, sistem dan nilai.
Pondok pesantren yang dikenal dengan salafiyah (kuno) kini telah berubah menjadi
khalafiyah (modern). Transformasi tersebut sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan
pada pesantren dalam arus transformasi ini, sehingga dalam sistem dan kultur pesantren
terjadi perubahan yang drastis, misalnya:
8
Mujib dan Jusuf, Ilmu Pendidikan, h. 234.
17
BAB III
9
Ibid., h. 234.
18
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya proses pendidikan
Islam bersama dengan proses pembudayaan serta dapat mengikat individu yang berda
dalamnaungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum.
Pendidikan Islam yang berlangsung melalui proses operasional menuju
tujuannya, memerlukan sistem yang konsistem dan dapatmendukung nilai-nilai moral
apiritual yang melandasinya. Nilai-nilaitersebut diaktualisasikan berdasarkan otentasi
kebutuhan perkembanganfitrah siswa yang dipadu dengan pengaruh lingkungan
kultural yang ada.
Lembaga pendidikan Islam secara umumbertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayalan danpengalaman peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusiamuslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta berakhlakmulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
Tugas lembaga pendidikan pada intinya adalah sebagai wadah
untukmemberikan pengarahan, bimbingan dan pelatihan agar manusia dengansegala
potensi yang dimilikinya dan dapat dikembangkan dengan sebaikbaiknya.Tugas
lembaga pendidikan Islam yang terpenting adalah dapatmengantarkan manusia
kepada misi penciptaannya sebagai hamba Allahsebagai kholifah fi Al-Ardhi, yaitu
seorang hamba yang mampu beribadahdengan baik dan dapat mengembangkan
amanah untuk menjaga dan untukmengelolah dan melesarikan bumi dengan
mewujudkan kebahagiaan dankesejahteraan seluruh alam.
2. Saran
Sebaiknya kementrian agama lebih memperhatikan lembaga pendidikan islam karena
faktor penghambatnya diantaranya: Tenaga pendidikan yang kurang profesional, Lingkungan
yang tidak agamis, Sarana dan prasarana yang tidak lengkap, Antusiasme serta kepercayaan
masyarakat semakin menurun karena kebanyakan masyarakat sudah semakin sempit
pemahamannya mengenai pentingnya lembaga pendidikan islam.
Daftar Pustaka
19