Anda di halaman 1dari 5

AKTIVISME INTELEKTUAL AL-ATTAS

Kegiatan-kegiatan akademis Al-Attas di universitas malaya dan di seluruh malaysia sejak


pertengahan 1960 dan seterusnya telah merangsang kesadaran baru akan pentingnya peranan islam dalam
sejarah nasionalisme dan kebudayaan melayu. Dia juga telah berperan dalam menumbuhkan kesadaran
baru mengenai islam, baik pada kalangan mahasiswa perguruan tinggi maupun masyarakat umum. Dalam
kuliahnya mengenai kesusastraan melayu dia mengupas sesuatu yang selama ini merupakan bidang studi
yang dilupakan secara meluas oleh para cendekiawan yaitu peranan islam.

Disitu dia mengkritik metodologi berbagai disiplin ilmu yang terkait pandangan filsafat
kebudayaan dan politik para cendekiawan barat dan cendekiawan bidang keislaman sejarah kesusastraan
dan kebudayaan melayu telah terbalaskan, hal ini lebih lanjut dapat dipahami dari “The Origin of the
Malay Sya'ir” (1968). Membedakan fakultas sastra universitas malaya alatas memimpin dan membeli
contoh bagaimana memperjuangkan menggunakan bahasa melayu yaitu bahasa nasional sebagai medium
wacana intelektual di universitas tersebut dia juga dikenal gigi dalam menyerukan reorganisasi program
akademis di universitas tersebut agar dapat merefleksikan tuntutan perkembangan masing-masing ilmu
pengetahuan daripada tentukan birokrasi. Dia menekankan universitas adalah pusat ilmu pengetahuan
bukan administrasi. Dia menggaris bawahi bahwa otonomi akademik universitas tidak berarti universitas
boleh menawarkan ilmu-ilmu yang relevan atau bertentangan atau merusak identitas nasional dan nilai-
nilai keagamaan dan kebudayaan bangsa atau yang membingungkan mahasiswa dan masyarakat.
Pandangan pandangan dan aktivitasnya menggambarkan kesadaran nyalakan konsepsi islam mengenai
universitas dan perjuangannya untuk menghilangkan konsep universitas dan organisasi ilmu pengetahuan
yang ada di dalamnya. Dia juga menjelaskan makna makanan perkembangan yang di desainnya yang
mencerminkan pemahaman nya yang mendalam terhadap aspek aspek adi luwung kebudayaan melayu
sesaat islam dan tradisi keagamaan.

Salah satu usaha nya di universitas kebangsaan malaysia adalah mendirikan fakultas studi islam
dan mendirikan fakultas studi islam dan mendirikan serta mengatur IBKKM ( institut bahasa kesusastraan
dan kebudayaan melayu) pada institut ini dia mengusulkan dan mengusahakan agar agama dan literatur
islam dari berbagai aliran atau mah azab filsafat hukum teologi dan metafisika dijadikan alam n
pemersatu yang central dalam kajian bahasa sastra sejarah dan kebudayaan melayu. Pengantar agama
islam pengantar studi pemikiran islam islam dalam sejarah dan kebudayaan Melayu, pengaruh pemikiran
islam di asia tenggara pengaruh sumber-sumber arab dan persia dalam perkembangan literatur agama
melayu kajian teks filsafat islam dalam literatur melayu dan islam dan modernisme. Dua mata kuliah
filsafat dan metafisika islam dan literatur melayu dan filsafat islam ditawarkan pada tingkat pascasarjana,
Selain itu Al-Attas menekankan bahwa ah studi bahasa sejarah kebudayaan dan peradaban
melayu tidak saja harus didasarkan agama dan literatur islam tetapi juga dianalisis dalam ketaatan nya
dengan filsafat Yunani dan yahudi kristen selva tradisi tradisi pada zaman klasik dan pertengahan.
Selanjutnya program Institut ini juga perlu memasukkan studi mengenai jiwa kebudayaan dan peradaban
Barat sebagaimana tercermin dalam kesusastraan sekuler mereka seperti novel. Pada tahap ini diharapkan
pada diri mahasiswa tertanam elemen-elemen yang kemudian olehnya disebut studi islam sebagai sejarah
dunia atau (study for Islam as world history). Yaitu itu kajian mengenai bagaimana islam telah mengubah
kultur dan sejarah dunia modern yang beradab. Di juga mengusulkan dan mengadakan beberapa mata
kuliah yang mau yang akan membuka mata mahasiswa mengenai beberapa perkembangan dalam filsafat
bahasa modern. Dengan pendekatan gradual dan halus proses islamisasi bidang-bidang studi itu telah
diperkenalkan secara sistematis pada singkatan institusi.

Sayangnya di bawah kepemimpinannya hanya beberapa mahasiswa BA (bakalauret) Dan sedikit


MA (Magister) yang dapat merampungkan program ini. Dari daftar staff akademis dan kegiatan mereka
tampak bahwa pengaruh islam terhadap kebudayaan dan peradaban melayu terus dipelajari tetapi aspek-
aspek nya yang lebih filosofis dan intelektual dikesampingkan. Pada awal februari tahun yang sama alatas
telah melambungkan suatu naskah setebal 280 halaman dalam bahasa melayu yang indah berjudul
“Risalah Untuk Kaum Muslimin”. Meskipun hingga kini belum diterbitkan, di dalam naskah tersebut
dapat ditemukan uraian yang luas dan mendalam mengenai perbedaan perbedaan antara islam dan barat
secara religius epistemologis, pendidikan dan kultural. Cek di situ misalnya dia menerangkan bagaimana
ilmu itu benar-benar tidak bebas nilai atau netral bahkan ilmu itu selalu di resapi nilai-nilai keagamaan
oleh kebudayaan pandangan hidup seseorang dan kebudayaan dominan yang memproyeksikannya. Al
Attas menyampaikan salah satu makalah utama yang berjudul "freliminary thoughts of the nature of
knowledge and the definition and Aims of education". Yang didalamnya beberapa pemikiran yang
terdapat dalam suratnya kepada sekretariat islam dan risalah seperti hakikat manusia yang mau
pengetahuan definisi dan tujuan pendidikan serta struktur universitas islam diuraikan lebih lanjut
kemudian diterbitkan di tempat lain.

Inti dari apa yang dibicarakan oleh Al Attas secara konsisten dalam semua karyanya adalah
tantangan terbesar jaman kita adalah ilmu pengetahuan yang telah kehilangan tujuannya. " Ilmu
pengetahuan" ini adalah produk dari kebingungan dan skeptisisme yang meletakkan keraguan dan
spekulasi sederajat dengan metodologi "ilmiah" sedang menjadikannya sebagai alat epistemologi lagi
yang valid dalam mencari kebenaran. Kenyataan bahwa ilmu berada dalam otak adalah salah satu sebab
mengapa antara satu pelajar dan lainnya berbeda-beda dalam menangkap atau merespons pelajaran yang
disampaikan oleh guru yang sama. Demikian juga meskipun Al-Quran adalah sumber ilmu yang
sempurna sampainya ilmu ke dalam jiwa pembacanya bergantung pada kualitas spiritual intelektual dan
etika mereka. Karena berada di dalam otak reproduksi informasi oleh kemajuan elektronika digital jaman
sekarang dan akan datang dan besarnya kuantitas materi yang diterbitkan ilmu tidak menjamin individu-
individu dan masyarakat dapat berkembang menjadi lebih halim dan bijaksana dibandingkan beberapa
ulama pada masa lalu.

Pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu berada di dalam otak atau di dalam jiwa tidak semestinya
menggiring kita pada subjektivisme dan relativisme murni, karena tuhan yang merupakan sumber ilmu
yang sebenarnya yang bebas dari keraguan dan kebingungan adalah objektif yani wujudnya tidak
bergantung pada imajinasi manusia. Bagi alatas kok nisi manusia adalah subjektif dan objektif. Formulasi
ini mencerminkan salah satu aspek dari pemahaman dan penerapannya mengenai metode tauhid. Kognisi
manusia adalah subjektif karena jiwa terhebat dalam menafsirkan objek pengetahuan dan objektif karena
interpretasi jiwa bukanlah semata-mata kalasan khayalan dari objek pengetahuan yang benar-benar eksis
secara independen dari otak manusia. Kebenaran suatu objek ilmu pengetahuan particular seperti itu
adalah sama bagi setiap orang meskipun kepastiannya (degrees of certainty) dapat berbeda. Hal ini sudah
sejalan dengan Al Qur'an yang menyatakan sebagai 'ilm al-yaqin, ain al-yaqin, dan Haqq al-yaqin.
Begitulah, pada kenyataannya jual manusia yang merupakan tempat bersemayam nya ilmu mudah
terpengaruh oleh ketidakadilan dan bias bias etnis gender atau sosial ekonomi.

Menurut Al- Attas, ilmu pengetahuan pada masa kini dan modern secara keseluruhan dibangun
ditafsirkan dan diproyeksikan melalui pandangan dunia visi intelektual dan persepsi psikologis dari
kebudayaan dan peradaban barat. Oleh karena itu dia menjelaskan lebih lanjut jiwa utama kebudayaan
dan peradaban ini dapat di luar angkasa menjadi lima karakteristik yang saling berhubungan (inter-related
characteristics) :

a. Mengandalkan kekuatan akal semata untuk membimbing manusia mengarungi kehidupan.

b. Mengikuti dan setia validitas pandangan dualitis mengenai realitas dan kebenaran.

c. Pembelaan terhadap doktrin humanism.

d. Membenarkan aspek temporal wujud dan mem proyeksi kan suatu pandangan dunia sekuler.

d. Peniru terhadap drama dan tragedi yang dianggap sebagai realitas universal dalam kehidupan spiritual
atau transendental, atau kehidupan batin manusia yaitu dengan menjadikan drama dan tragedi sebagai
elemen yang reel dan dominan dalam jatidiri dan eksistensi manusia.

Masuknya aspek-aspek yang berasal dari pandangan filsafat Barat ke dalam pikiran elite di umat
islam tersebut sangat berperan terhadap timbulnya sebuah fenomena yang oleh alatas identifikasi sebagai
'deislamisasi pikiran umat islam', yang begitu masuk membahayakan. Pada tingkat pendidikan rendah di
kalangan islam tradisional hubungan pedagogis antara al quran dan berbagai bahasa lokal umat islam
telah terputus dan sebagai gantinya adalah kultur sekuler nasional etnis dan tradisional ditekankan
sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi studi terhadap bahasa dan kebudayaan menggunakan perangkat
metodologi linguistik dan antropologi sementara studi literatur dan sejarah islam menggunakan nilai-nilai
dan model-model barat kerangka studio rental is dan filo lagi serta ilmu sosial yang telah di sekolah rekan
seperti sosiologi teori pendidikan dan psikologis fenomena lain dari proses de islamisasi adalah
munculnya pemimpin pemimpin gadungan di tengah-tengah umat islam pada semua lapisan.

Ciri Al-Attas yang tercermin dalam karya-karyanya adalah istilah-istilah dan ide-ide kunci yang
digunakannya jelas tidak dibiarkan kabur dan membingungkan oleh karena itu pengertian umum istilah
islamisasi diterangkan dengan jelas seperti terjadi dalam sejarah yaitu: pembahasan manusia dari tradisi
magis mitologi sani mistis culture nasional atau yang bertentangan dengan islam. Dan dari belenggu
paham sekolah terhadap pemikiran dan bahasa juga pembebasan dari control dorongan fisiknya yang
cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya menjadi bodoh dan akan tujuan yang
sebenarnya dan berbuat tidak adil terhadap nya islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya
yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi.

Bagi yang berpikiran dangkal mungkin akan menyangka bahwa memisahkan konsep-konsep
barat dan memasukkan ya islami itu bersifat mekanis dan physical yaitu berada di luar pikiran dan jiwa
seakan-akan fakultas resiko dalam jiwa manusia adalah muatan yang bersifat fisik dan elemen-elemen
barat dan islam menjadi entitas fisik aldi dalamnya orang semacam ini nggak gan memahami apa yang
sedang dibahas sesungguhnya berkaitan dengan konsep-konsep bukan dengan objek fisika pada tempat
alatas menjelaskan apa yang dimaksud dengan dengan kata-kata dalam jiwa atau pikiran. (In the soul or
mind).

Selain itu ada juga kelompok yang mungkin menganggap bahwa ketika elemen-elemen barat
tertentu atau bertentangan dengan pandangan hidup islam seperti yang diidentifikasi oleh alatas di atas
dikeluarkan dari pikiran-pikiran itu akan kosong untuk sementara waktu sebelum dimasuki isi baru yaitu
istilah-istilah dan konsep-konsep islam di sini harus ditegaskan bahwa dewesternisasi dan islamisasi ilmu
pengetahuan adalah kerja kerja kognitif dan spiritual yang terjadi secara bersamaan tanpa ada celah
waktu. Kemudian sebelum memisahkan dan mengeluarkan ide-ide dan konsep-konsep yang tidak islami
barat atau yang lainnya seorang pertama-tama harus mampu mengidentifikasi itu dan memiliki
pemahaman yang mendalam mengenai pandangan dunia islam berikut semua elemen dan konsep
kuncinya. Kedua proses yang secara integral berkaitan ini banyak persamaannya dengan kalimat
“Syahadah; Lailaha Illa l –Lah”. Ketika kita menafsirkan semua tuhan lain menyatakan bahwa ha
sebagai tuhan telah waktunya secara pasti ada natural hanya dalam pengucapan pernyataan ini dengan
lidah tidak dalam pikiran dan jiwa kita yang tidak pernah kosong dari pemahaman yang benar mengenai
allah. Demikian pula halnya yang terjadi ketika islamisasi berbagai disiplin ilmu masa kini dilakukan
lagipula memisahkan konsep-konsep barat dari bidang ilmu pengetahuan masa kini tidak berarti konsep-
konsep barat itu seluruhnya tidak berguna. Konsep-konsep itu berguna karena melalui ilmu kita dapat
menyimpulkan pemahaman mengenai jiwa dan pandangan hidup barat.

Komentar
Kelebihan :
Buku ini memiliki kelebihan diantara nya adalah dalam buku ini tidak hanya menyajikan teori-
teorinya saja tetapi juga sebagian besar isi pembahasan bab-nya disertai ayat-ayat Al-Quran
sehingga berfungsi untuk menguatkan teori-teori yang ada dalam buku tersebut.
Kekurangan :
Dalam pembahasannya buku ini dalam bentuk kalimat sangat sulit dipahami. Sehinnga pembaca
sulit untuk memahami makna yang terkandung dari buku ini.

Anda mungkin juga menyukai