Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

(UAS)

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Studi Islam Interdisipliner

Dosen Pengampu :
Prof. DR. Damrah Khair, M.A

Disusun Oleh:
ARROHMATAN
NIM 2127301010046

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)


PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN NUR LAMPUNG
TAHUN 1444 H / 2022 M
1

A. Pohon Ilmu dalam perspektif Pendidikan Islam dan Pendidikan Skuler

Pohon Ilmu Perpektif Imam Suprayogo


1. Akar yang kukuh menghunjam ke bumi itu digunakan untuk menggambarkan
kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris), logika dan filsafat, ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu sosial. Bahasa Asing yaitu Arab dan Inggris, harus dikuasai oleh setiap
mahasiswa. Bahasa Arab digunakan sebagai piranti mendalami ilmu-ilmu yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis nabi serta kitab-kitab berbahasa Arab lainnya.
Penggunaan bahasa Inggris dipandang penting sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknologi dan bahasa pergaulan internasional. Selanjutnya, pendalaman terhadap
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kemampuan logika/filsafat, ilmu alam dan
ilmu social perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa agar dijadikan bekal dan instrument
dalam menganalisis dan memahami isi al-Qur’an, hadis maupun fenomena alam dan
social yang dijadikan objek kajian-kajiannya. Jika hal tersebut dikuasai secara baik,
maka mahasiswa akan dapat mengikuti kajian keilmuan selanjutnya secara mudah.
2. Batang yang kukuh digunakan untuk menggambarkan ilmu-ilmu yang terkait dan
bersumber lansung dari al-Qur’an dan hadis Nabi. Yaitu, studi al-Qur’an, studi hadis,
pemikiran Islam, dan sirah Nabawiyah. Ilmu semacam ini hanya dapat dikaji dan
dipahami secara baik oleh mereka yang telah memiliki kemahiran bahasa Arab, logika,
ilmu alam dan ilmu sosial.
3. Dahan dan ranting dari pohon yang kukuh dan rindang tersebut digunakan untuk
menggambarkan disiplin ilmu modern yang dipilih oleh setiap mahasiwa. Disiplin
ilmu ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keahlian dan profesionalismenya.
2

Disiplin ilmu modern itu misalnya: ilmu kedokteran, filsafat, psikologi, ekonomi,
sosiologi, teknik serta cabang-cabang ilmu lainnya.1

Pohon Filsafat Perpektif Palmquis


Palmquis banyak terinspirasi oleh filusuf kritis Immanuel kant. Palmquis mengambarkan
filsafat layaknya sebuah pohon yang terbagi dalam berbagai bagian, ada bagian akar,
batang, cabang dan daun.
1. AKAR, Palmquis mengambarkan metafisika dan pengakuan kebebalan pada bagian
akar pohon. Seperti layaknya akar terpendam didalam tanah sehingga tidak dapat
melihat sebagaimana adanya, maka metafisis pengetahuan pun demikian, bahwa
filsafat lahir dari kumpulan mitos-mitos dalam masyarakat yang pada dasarnya tidak
dapat diketahui oleh benak manusia. Kemudian mitos berjalan menuju ilmu melalui
sastra yang disebut demitologisasi proses pencampuran mitos dengan keilmuan
tersebut barulah bisa dikatakan filsafat. Plato, Sokrates dan Aristoteles adalah tiga
tokoh filusuf besar Yunani yang berfungsi sebagai mitos yang menjadi dasar
perkembangan filsafat Barat, selama lebih dari dua milenium. Namun lebih jauh
pemahaman metafisika filsafat pada awalnya ditemukan oleh Sokrates, lalu diungkap
jauh lebih lengkap oleh Khan.
2. BATANG, Batang yaitu pengalihan dari akar filsafat, metafisika menuju batang pohon
filsafat yaitu logika dan pemahaman kata-kata. Logika memang berkaitan dengan
sesuatu yang mempermudah kita dalam melihat hal-hal dibalik opini kita sendiri.

1
Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan di Perguruan tinggi (Konsep Pendidikan Tinggi yang
Dikembangkan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang). Malang:UIN Press, 2008. H. 15-17.
3

Disisi lain logika sebenarnya sama sekali tidak menajarkan kita fakta-fakta baru.
Sesungguhnya, logika lebih menyerupai metafisika daripada fisika, bila sampai pada
persoalan pencarian fakta-fakta baru. Metafisika, menurut Khan tidak menambah
pegetahuan sama sekali, tapi mencegah kekeliruan, seperti halnya akar pohon tidak
mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan agar buahnya sehat.
Begitu pula batangnya, dalam logika kita mempelajari metafisika bukanlah agar kita
bisa lebih mengetahui namun supaya kita dapat belajar mengungkapkan dengan lebih
jelas dan cermat pengetahuan yang kita peroleh dari sumber-sumberlain.
3. CABANG, cabang pohon yang mengambarkan ilmu, ilmu dalam arti khusus yaitu
cinta akan kealiman, cabang dalam pohon mengambarkan suatu cabang-cabang
keilmuan yang berbeda-beda. Karena hal tersebut menjadikan filsafat bukanlah sebuah
ilmu karena fisafat ialah induk dari semua ilmu. Dibagian empat penggambaraan
daun-daun pada pohon filsafat dianalogikan sebagai pemersatu. Daun dalam pohon
filsafat bisa disamakan dengan bidang penyelidikan filsafat yang biasanya dikenal
sebagai ontologi (telaah tentang yang berada). Paul Tillich mendefinisikan bahwa
ontologi adalah, mengakui bahwa yang berada beranekaragam tetapi berupaya untuk
mempersatukan keragaman itu dengan memaparkannya. Setiap orang yang
mempunyai pengetahuan terlibat dalam ontologi karena mengetahui berarti menggakui
sesuatu sebagai suatu yang ada.

B. Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan


1. Islam Nusantara
Islam Nusantara merupakan model pemikiran, pemahaman dan pengamalan
ajaran-ajaran Islam yang dikemas melalui pertimbangan budaya atau tradisi yang
berkembang di wilayah Asia Tenggara (tetapi kajian ini dibatasi pada Indonesia),
sehingga mencerminkan identitas Islam yang bernuansa metodologis. Identitas ini
ketika disosialisasikan di kalangan umat Islam, khususnya para pemikirnya direspons
dengan tanggapan yang kontroversial: ada yang menolak identitas Islam Nusantara itu
karena Islam itu hanya satu, yaitu Islam yang diajarkan oleh Nabi. Sebaliknya, banyak
pemikir Islam yang menerima identitas Islam Nusantara itu. Bagi mereka, Islam hanya
satu itu benar secara substantif, tetapi ekpresinya beragam sekali, termasuk Islam
Nusantara. Islam ini ditampilkan (dipikirkan, dipahami dan diamalkan) melalui
pendekatan kultural. Hasilnya melahirkan model pemikiran, pemahaman dan
pengamalan ajaran-ajaran Islam yang ramah, moderat, inklusif, toleran, cinta damai,
4

harmonis, dan menghargai keberagaman. Keberagamaan Islam demikian ini terjadi


lantaran perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal, khususnya Jawa, yang biasa
disebut akulturasi budaya. Islam Indonesia patut menjadi contoh cara berislam yang
demikian. Model Islam yang serba menyejukkan ini perlu dipublikasikan secara
internasional dan diharapkan mampu menggugurkan persepsi dunia bahwa Islam itu
penuh kekerasan.
Islam Nusantara adalah metodologi dakwah untuk memahamkan dan
menerapkan universalitas (syumuliyah) ajaran Islam sesuai prinsip-prinsip
Ahlussunnah waljama’ah, dalam suatu model yang telah mengalami proses
persentuhan dengan tradisi baik (‘urf shahih) di Nusantara, dalam hal ini wilayah
Indonesia, atau merupakan tradisi tidak baik (‘urf fasid) namun sedang dan/atau telah
mengalami proses dakwah amputasi, asimilasi, atau minimalisasi, sehingga tidak
bertentangan dengan diktum-diktum syari’ah.
Islam Nusantara merupakan identitas Islam ditinjau dari segi kawasan, yang
bisa disejajarkan dengan Islam Arab, Islam India, Islam Turki, dan sebagainya. Islam
Nusantara ini merupakan model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran
Islam melalui pendekatan kultural, sehingga mencerminkan identitas Islam yang
bernuansa metodologis. Islam Nusantara ini merefleksikan pemikiran, pemahaman,
dan pengamalan Islam yang moderat, inklusif, toleran, cinta damai, menyejukkan,
mengayomi dan menghargai keberagaman (kebinekaan) sehingga keberadaan Islam
Nusantara tersebut sebagai antitesis terhadap tindakan-tindakan radikal yang
mengatasnamakan Islam.2
2. Islam Berkemajuan
Islam Berkemajuan, merupakan gagasan Islam yang secara resmi diusung dan
dideklarasikan Muhammadiyah sejak Muktamar di Yogyakarta tahun 2010. Isi secara
resmi Islam Berkemajuan menjadi Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua.
Dengan demikian, istilah Islam Berkemajuan bukanlah sebuah jargon kosong belaka.
Tetapi hal itu merupakan kredo yang memiliki nilai substansial dan sistematis
sebagai sebuah pemikiran, sehingga menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan
pembaruan yang berkiprah memajukan kehidupan bangsa, umat dan dunia
kemanusiaan secara organisasi.3

2
Mujamil Qomar. ISLAM NUSANTARA: Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengamalan
Islam. Jurnal el Harakah Vol.17 No.2 Tahun 2015
3
Haedar Nashir, Islam Berkemajuan dan Aktulisasi Gerakan Muhammadiyah, dalam Alpha Amirrahman, Andar
Nubowo dan Azzaki Khoiruddin, Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia: Refleksi dan Agenda
Muhammadiyah Ke depan, Mizan, 2015. Hlm. 12
5

Jejak Genealogi Islam Berkemajuan dapat dilacak dari pemikiran pendiri


Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan bersama para santri awal. Jika mengacu pada
pemikiran Omit Safi, dalam bukunya Progressive Muslim : On Justice, Gender, and
Pluralism (2003), maka istilah Berkemajuan dapat dikategorikan dalam empat hal
utama yakni: (1) beyond apologetics (2) no more phamplet Islam: (3) Islam beyond
tolerance dan (4) Islam beyond religion of peace. Sementara, unsur penting dari
Muslim. Progresif adalah the dete rmination to hold muslim societies accountable for
justice and pluralism, yakni berkemauan kuat untuk menciptakan masyarakat muslim
dalam mempertahankan dan mengembangkan sikap adil dan pluralis atas sesama umat
manusia.4
Islam Berkemajuan sebagai gagasan pemikiran dan praktik ber-Islam memiliki
rujukan yang diambil dari ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunah
makbullah, selain juga dari sejarah Islam zaman kenabian. Selain itu, Islam
Berkemajuan itu juga merujuk pada jejak sejarah berdirinya Muhammadiyah
dibawah KH. Ahmad Dahlan yang telah diracik secara teologis, ideologis, sistematis,
dan historis. Oleh sebab itu, Islam Berkemajuan merupakan jati diri Muhammadiyah
itu sendiri sebagai gerakan Islam dan Dakwah Islam Amar ma’ruf nahi Munkar, yang
berlandaskan pada tajdid sebagai identitas Muhammadiyah. Dengan demikian, secara
historis sesungguhnya Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang
mendorong pada adanya pembaruan sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi di
tengah masyarakat. Inilah yang dinamakan Tajdid dalam Muhammadiyah.5
Secara tegas, Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah dapat kita simak pada
Pandangan Islam yang Berkemajuan: “Muhammadiyah memandang Islam merupakan
agama yang memiliki kandungan nilai-nilai tentang kemajuan untuk mewujudkan
peradaban umat manusia yang utama. Kemajuan dalam pandangan Islam itu melekat
dengan misi kekhalifahan manusia yang sesuai dengan sunatullah kehidupan. Oleh
karena itu, setiap muslim baik individual maupun kolektif berkewajiban menjadikan
Islam sebagai agama kemajuan dan umat Islam sebagai pembawa misi kemajuan yang
menjadi rahmat bagi kehidupan”.6
Mendasarkan pada pandangan Muhammadiyah terkait berkemajuan, dapat
kiranya dimaknai bahwa seluruh aspek kehidupan umat manusia harus mendapatkan
perhatian oleh umat Islam (Muhammadiyah maupun non Muhammadiyah). Umat
4
Omit Safi, Progressive Muslim: On Justice, Gender and Pluralism, England, Oneworld, Oxford, 2003. Hlm. 3-
4
5
Ibid, 13.
6
Ibid, 14.
6

Islam yang dilahirkan ke muka bumi secara tidak langsung memiliki tugas dan fungsi
untuk membuat kehidupan dunia ini lebih beradab, maju, makmur, sejahtera dan
aman. Semua ini sebenarnya jika kita perhatikan dengan seksama sejalan dengan misi
kenabian Muhammad SAW tentang hidup menjadi rahmat bagi seluruh penghuni
dunia. Hidup di dunia harus menjadi rahmat bagia sesama umat manusia karena inilah
fungsi kekhalifahan manusia agar menjadi manfaat atas sesama umat manusia
khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
Menurut Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang mengandung nilai-
nilai untuk mewujudkan kehidupan umat manusia tercerahkan. Kemajuan dalam
pandangan Islam ala Muhammadiyah adalah bahwa Islam mengajarkan kebaikan
kepada sesama itu yang utama. Islam yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan
ruhaniah. Adapaun dakwah Tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan
untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemanusiaan, kemajuan hidup umat
manusia sepanjang zaman.

BENANG MERAH DARI ISLAM NUSANTARA DAN ISLAM BERKEMAJUAN


yaitu:
NU menawarkan Strukturasi: memperkuat individu dan struktur. Sementara
Muhammadiyah menawarkan beyond modernitas, yang untuk mencapainya diperlukan
penciptaan sumberdaya manusia yang mumpuni dan berkualitas, berjiwa ekonomi
berkeislaman. Berbeda cara pandang: yang satu menekankan penguatan individu dan
struktur, yang lain menekankan penguatan individu dengan jiwa ekonomi Islam yang
tinggi. Namun, perbedaan cara pandang ini bertemu pada satu alur, yaitu penguatan
keberislaman dan kualitas sumber daya manusia. Maka, tak ada lagi lokalitas NU atau
modernisme Muhammadiyah. Yang ada hanya al-istibaaq fi al-khayraat: berlomba-
lomba mencapai kebaikan. Baik kebaikan untuk agama, untuk bangsa, dan untuk
kemanusiaan.
Aktualisasi ajaran Islam yang universal, berlaku sepanjang zaman dan masa
sesuai dalam konteks kekinian. Serta menjawab tantangan realitas kekinian,
keindonesiaan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, peradaban bangsa, dan
perkembangan teknologi informasi. Tidak lupa untuk tetap menjaga keutuhan bangsa
dan Negara dengan berdakwah sesuai konteks keindonesiaan.

Anda mungkin juga menyukai