Anda di halaman 1dari 20

Matakuliah Dosen Pengampu

Metode Penelitian PMI Dr. Ginda Harahap,M.Ag

PARTICIPATORY ACTION RESEARCH

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun Oleh :

Andi Ibnu gustaman

Nurfajria

Rina Selvia

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Prinsip-prinsip Partisipation Action Research (PAR) dengan tepat waktu.
Dan semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW.
Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna begitu pula dengan makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan
dengan sempurna dalam penulisan makalah ini. Kami melakukan semaksimal
mungkin dan dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah tentang Prinsip-
prinsip Partisipation Action Research (PAR) ini bermanfaat bagi kita semua. Dan
semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami dan
mengamalkannya dalam penelitian demi kesejahteraan masyarakat.

Pekanbaru, 28 Maret 2020

Penyusun.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Participation Action Research (PAR) adalah suatu cara membangun jembatan


untuk menghubungkan orang. Jenis penelitian ini adalah suatu proses pencarian
pengembangan pengetahuan praktis dalam memahami kondisi sosial, politik,
lingkungan, atau ekonomi. PAR (Participation Action Research) adalah suatu metoda
penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan
nilai realitas pengalaman, pikiran dan perasaan kita. Penelitian ini mencari sesuatu
untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Penelitian
ini mengakui bahwa poses perubahan adalah sebuah topik yang dapat diteliti.
Penelitiain ini membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan
menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi
dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.
PAR (Participation Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian untuk
mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi sebagai
solusi atas masalah yang telah terdefinisi. PAR (Participation Action Research)
adalah “penelitian oleh, dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian terhadap
orang”. PAR (Participation Action Research) adalah partisipatif dalam arti bahwa ia
sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang memainkan peran kunci di dalamnya
dan memiliki informasi yang relevan tentang sistem sosial (komunias) yang tengah
berada di bawah pengkajian, dan bahwa mereka berpartisipasi dalam rancangan dan
implementasi rencana aksi itu didasarkan pada hasil penelitian. PAR (Participation
Action Research) dikenal dengan banyak nama, termasuk partisipation research,
action research, collaborative inquiry, collaborative action
research, emancipatory research, action learning, contextual action research;
semuanya itu hanyalah variasi dalam tema yang sama.1[1]
PAR (Participation Action Research) adalah ’seni’ membangun jembatan
mencapai pemahaman yang saling menguntungkan, menghubungkan orang, gagasan,
dan sumber, membangun hubungan melalui itu kita dapat menciptakan landasan yang
kokoh antara perorangan dan komunitas, bekerja menuju solusi yang saling
menguntungkan atas masalah bersama, dan belajar bagaimana untuk maju
menyongsong masa dengan tana harus membuat ‘roda’, sambil melewati
bermunculannya kembali kendala, secara esensial meraih suatu tingkat kesadaran
yang tinggi dari mana kita menjadi berdaya untuk memcahkan masalah-masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membatasi pembahasan didalam
hal berikut:

1. Pengertian dasar tentang Partisipation Action Research (PAR)


2. Prinsip-prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR)

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dasar tentang Partisipation Action Research (PAR).


2. Untuk mengetaui Prinsip-prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dasar tentang Partisipation Action Research (PAR)

Participatory Research atau penelitian partisipatori adalah kombinasi penelitian


social, kerja pendidikan, dan aksi politik menggunakan konsep penelitian partisipatif
dalam konteks metodologi materialis historis, yang didefenisikan oleh Kasam sebagai
penelitian yang disusun melalui interaksi demokratis antara peneliti dan kelas rakyat
yang tertindas dan mengambil bentuk unifikasi dialektis teori dan praktek secara
resiprokal antara peneliti dan kelas tertindas.2[2]
Pada awalnya dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Kurt Lewin di
awal hingga pertengahan 1900an. Freire kemudian mengembangkan PAR sebagai
kritik atas model pendidikan tradisional dimana guru berdiri di depan dan
memberikan informasi kemurid sebagai penerima pasif. PAR ini juga merupakan
kritikan terhadap penelitian yang lazimnya dilakukan oleh universitas maupun
pemerintah dimana para ahli datang pada komunitas dan mempelajari subjek
penelitian kemudian pergi membawa data untuk ditulis dalam laporan maupun
tulisan.
Sebagai suatu metode riset dan aksi, PAR memiliki kelebihan antara lain
sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan masyarakat atau masyarakat sebagai subjek. Orang tertindas
dalam posisinya sebagai pencipta pengetahuan dalam proses transformasi diri
mereka sendiri.
2. PAR sebenarnya tidak hanya riset yang mengharapkan ada aksi sebagai tindak
lanjut dari riset. Tapi kemudian ada riset kembali dari seluruh peserta, dan ada
aksi kembal
. 3. PAR didesign untuk isu yang spesifik yang dihadapi oleh komunitas dan mampu
menyelesaikan masalah dalam komunitas tersebut. Problem solving approach.
4. PAR menciptakan metode tanpa kekerasan dan demokratis bagi transformasi
ekonomi,politik, ideologis, dan kultural.

B. Prinsip-prinsip Partisipation Action Research (PAR)

Terdapat 16 prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR) yang menjadi


karakter utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun 16
prinsip kerja tersebut menurut Agus Affandi adalah terurai sebagai berikut:
1. Sebuah praktek untuk meningkatkan dan meperbaiki kehidupan sosial dan praktek-
prakteknya, dengan cara merubahnya dan melakukan refleksi dari akibat
perubahan-perubahan itu untuk melakukan aksi lebih lanjut secara
berkesinambungan.
2. Secara kesuluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) membentuk
sebuah siklus (lingkaran) yang berkesinambungan dimulai dari: analisa social,
rencana aksi, aksi, evaluasi, refleksi (teoritik pengalaman) dan kemudian analisis
sosial kembali begitu seterusnya mengikuti proses siklus lagi. Proses dapat dimulai
dengan cara yang berbeda.
3. Kerjasama untuk melakukan perubahan: melibatkan semua pihak yang memiliki
tanggung jawab (stakeholder) atas perubahan dalam upaya-upaya untuk
meningkatkan kemampuan mereka dan secara terus-menerus memperluas dan
memperbanyak kelompok kerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam
persoalan yang digarap.
4. Melakukan upaya penyadaran terhadap komunitas tentang situasi dan kondisi yang
sedang mereka alami melalui pelibatan mereka dalam berpartisipasi dan
bekerjasama padasemua proses research, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi. Proses penyadaran ditentukan pada pengungkapan relasi
sosial yang ada di masyarakat yang bersifat mendominasi, membelenggu, dan
menindas.
5. Suatu proses untuk membangun pemahaman situasi dan kondisi social secara kritis
yaitu, upaya menciptakan pemahaman bersama terhadap situasi dan kondisi yang
ada di masyarakat secara partisipatif menggunakan nalar yang cerdas dalam
mendiskusikan tindakan mereka dalam upaya untuk melakukan perubahan social
yang cukup signifikan.
6. Merupakan proses yang melibatkan sebanyak mungkin orang dalam teoritisasi
kehidupan social mereka. Dalam hal ini masyarakat dipandang lebih tahu terhadap
persoalan dan pengalaman yang mereka hadapi untuk pendapat-pendapat mereka
harus dihargai dan solusi-solusi sedapat mungkin harus diambil dari mereka
sendiri berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
7. Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial individu
maupun kelompok untuk diuji. Apapun pengalaman, gagasan, pandangan dan
asumsi tentang institusi-institusi social yang dimiliki oleh individu maupun
kelompok dalam masyarakat harus siap sedia untuk dapat diuji dan dibuktikan
keakuratan dan kebenarannya bedasarkan fakta-fakta,bukti-bukti dan keterangan-
keterangan yang diperoleh di dalam masyarakat itu sendiri.
8. proses analisa sosial, harus direkam dengan berbagai alat rekam yang ada atau
yang tersedia untuk kemudian hasil rekam-rekam itu dikelola dan diramu
sedemikian rupa sehingga mampu mendapatkan data tentang pendapat, penilaian,
reaksi dan kesan individu maupun kelompok sosial dalam masyarakat terhadap
persoalan yang sedang terjadi secara akurat, untuk selanjutnya analisa kritis yang
cermat dapat dilakukan terhadapnya.
9. Semua orang harus menjadikan pengalamannya sebagai objek riset. Semua
individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat didorong untuk
mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek sosial mereka sendiri
bedasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang telah dikaji secara kritis.
10. Merupakan proses politik dalam arti luas.diakui bahwa riset aksi ditujukan
terutama untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. Karena itu mau tidak
mau hal ini akan mengancam eksistensi individu maupun kelompok masyarakat
yang saat itu sedang memperolah kenikmatan dalam situasi yang membelenggu,
menindas, dan penuh dominasi. Agen perubahan sosial harus mampu menghadapi
dan meyakinkan mereka secara bijak, bahwa perubahan sosial yang akan
diupayakan bersama adalah demi kepentingan mereka sendiri di masa yang akan
datang.
11.Mensyaratkan adanya analisa relasi sosial secara kritis. Melibatkan dan
memperbayak kelompok kerjasama secara partisipatif dalam mengurai dan
mengungkap pengalaman-pengalaman mereka dalam berkomunikasi, membuat
keputusan dan menemukan solusi, dalam upaya menciptakan kesefahaman yang
lebih baik, lebih adil, dan lebih rasionak terhadap persoalan –persoalan yang
sedang terjadi di masyarakat, sehingga relasi sosial yang ada dapat diubah menjadi
relasi sosial yang lebih adil, tanpa dominasi, dan tanpa belengggu.
12.Memulai isu-isu kecil dan mengkaitkan dengan relasi-relasi yang lebih luas.
Penelitian sosial berbasis PAR harus memulain penyelidikannya terhadap sesuatu
persoalan yang kecil untuk melakukan perubahan terhadapnya betapapun kecilnya,
untuk selanjutnya melakukan penyelidikan terhadapsuatu persoalan berskala yang
lebih besar dengan melakukan perubahan yang lebih besar pula dan seterusnya.
Kemampuan dalam meneliti dan melakukan perubahan dalam suatu persoalan
betapapun kecilnya merupakan indicator kemampuan awal seorang fasilitator
dalam menyelesaikan persoalan yang lebih besar.
13.Memulai dengan siklus proses yang kecil. (analisa sosial, rencana aksi, aksi,
evaluasi, refleksi, analisa sosial, dst.). melalui kajian yang cermat dan akurat
terhadap suatu persoalan berangkat dari hal yang terkecil akan diperoleh hasil-
hasil yang merupakan pedoman untuk melangkah selanjutnya yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih besar.
14. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil untuk berkolaborasi dan secara lebih
luas dengan kekuatan-kekuatan kritis lain. Dalam melakukan proses PAR peneliti
harus memperhatikan dan melibatkan kelompok kecil di masyarakat sebagai
partner yang ikut berpartisipasi dalam semua proses penelitian meliputi analisa
sosial, rencana aksi, aksi evaluasi dan refleksi dalam rangka melakukan
perubahaan sosial. Selanjutnya partisipasi terus diperluas dan diperbanyak melalui
perlibatan dan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat yang lebih
besar untuk mengkritisi terhadap proses-proses yang sedang berlangsung.
15.Mensyaratkan semua orang mencermati dan membuat rekaman proses. PAR
menjunjung tinggi keakuratan fakta-fakta, data-data dan keteranganketerangan
langsung dari individu maupun kelompok masyarakat mengenai situasi dan
kondisi pengalaman mereka-mereka sendiri, karena itu semua bukti-bukti tersebut
seharusnya direkam dan dicatat mulai awal sampai akhir oleh semua yang terlibat
dalam proses perubahan sosial untuk mengetahui proses perkembangan dan
perubahan sosial yang sedang berlangsung, dan selanjutnya melakukan refleksi
terhadapnya sebagai landasan untuk melakukan perubahan sosial berikutnya.
16. Mensyaratkan semua orang memberikan alasan rasional yang mendasari kerja
sosial mereka. PAR adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mendasarkan
dirinya pada fakta-fakta yang sungguh-sungguh terjadi di lapangan. Untuk itu
proses pengumpulan data harus dilakukan secara cermat untuk selanjutnya proses
refleksi kritis dilakukan terhadapnya, dalam upaya menguji seberapa jauh proses
pengumpulan data tersebut telah dilakukan sesuai dengan standar baku dalam
penelitian sosial.
Sedangkan menurut Winter, dalam riset aksi terdapat enam prinsip
yang dijadikan petunjuk melakukan riset. Enam prinsip tersebut adalah:
1. Refleksi kritis
Kebenaran dalam lingkungan sosial sangat relatif dan tergantung pada
subyek penelitian. Pertimbangan situasi yang tercantum dalam catatan-catatan
lapangan, dokumen resmi harus telah mendapat pengakuan secara implisit dari
subyek. Maka, barulah bisa dikatakan bahwa fakta tersebut benar apa adanya.
Prinsip refleksi kritis menjamin orang-orang untuk mempertimbangkan
isu-isu, proses-proses, dan membuat interpretasi, asumsi, dan penilaian secara
eksplisit. Dengan cara ini pertimbangan praktis bisa menyempurnakan
pandangan-pandangan teoritis.
2. Dialektika kritis
Realitas sosial yang partikular bisa menjadi valid secara konsensual,
yang mana bahasa menjadi sarana penyampaiannya. Fenomena pada
umumnya dikonseptualisasikan melalui dialog. Maka dari itu, prinsip
dialektika kritis menghendaki pemahaman pengaturan hubungan antara
fenomena dan konteksnya, dan antara elemen-elemen yang menyusun
fenomena. Elemen kunci adalah mereka yang bertentangan dengan yang
lainnya, dan itu merupakan salah satu yang hampir suka menciptakan
perubahan.
3. Kolaborasi sumber daya
Partisipan dalam proyek riset aksi adalah peneliti juga. Prinsip
kolaborasi sumber daya ini berpraduga bahwa ide tiap orang sama
signifikannya sebagai potensi sumber daya untuk membuat interpretasi,
kategori analisis yang dinegosiasikan di antara partisipan. Hal ini ditujukan
untuk menghindari kemiringan kredibilitas dari pemegang ide terdahulu.
Selain itu, secara khusus hal tersebut dapat menimbulkan kesadaran dan
toleransi dari adanya kontradiksi antara banyak sudut pandang dan di dalam
satu sudut pandang pun.
4. Kesadaran resiko
Proses perubahan berpotensi mengancam semua cara yang telah
berlaku sebelumnya, dan itu menciptakan ketakutan secara psikis di antara
para praktisinya. Salah satu ketakutan yang utama adalah datang dari ego yang
menahan diri dari diskusi terbuka terhadap interpretasi, ide, dan penilaian
orang lain. Seorang inisiator riset aksi akan menggunakan prinsip ini untuk
menenangkan ketakutan-ketakutan lain dan mengundang partisipasi dengan
menegaskan bahwa masyarakat juga akan menjadi subyek dari proses yang
sama, dan bagaimana pun juga hasil akhirnya adalah belajar bersama.
5. Struktur plural
Alam penelitian pada umumnya terdiri dari berbagai macam
pandangan, komentar, dan kritik, dalam rangka menuju berbagai kemungkinan
aksi dan interpretasi. Pendalaman struktur yang plural ini menghendaki
banyak teks untuk pelaporannya. Hal ini berarti akan banyak pertimbangan
secara eksplisit dengan komentar yang kontradiktif dan berbagai macam
panduan untuk aksi. Laporan pada dasarnya adalah sebuah tindakan sebagai
dukungan untuk meneruskan diskusi di antara kolaborator daripada
memutuskan sebuah konklusi akhir dari sebuah fakta.
6. Teori, praktek, dan transformasi
Bagi para praktisi riset aksi, teori menginformasikan praktek, dan
praktek menyempurnakan teori menuju upaya transformasi yang terus-
menerus. Dalam lingkungan apa pun, aksi tiap orang didasarkan pada asumsi,
teori, dan hipotesis yang secara implisit dipegang teguh, dan dengan tiap hasil
observasi pengetahuan teoritik akan bertambah.
Selain prinsip-prinsip di atas, PAR mengharuskan adanya pemihakan
baik bersifat epistemologis, ideologis, maupun teologis dalam rangka
melakukan perubahan yang signifikan. Pemihakan epistemologis mendorong
peneliti untuk menyadari bahwa banyak cara untuk melihat masyarakat.
Pemihakan ideologis mengharuskan peneliti memiliki empati dan
kepedulian tinggi terhadap semua individu dan kelompok masyarakat
yang lemah, tertindas, terbelenggu, dan terdominasi. Pemihakan teologis
menyadarkan peneliti bahwa teks-teks agama yang termuat dalam Al-Qur’an
dan Hadits memberikan dorongan yang besar dengan imbalan pahala yang
besar pula kepada semua orang beriman yang melakukan upaya-upaya
pertolongan dan pemberdayaan terhadap individu maupun kelompok
masyarakat dhu’afa, mustadh’afin, dan mazlumin.3[4]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip Participation
Action Research adalah:
1. Prinsip Partisipasi.
Prinsip ini mengharuskan PAR (Participation action Research) dilaksanakan
dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota komunitas yang berkepentingan
dengan perubahan situasi yang lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR (Participation
action Research) dilakukan bersama di antara anggota komunitas melalui proses
berbagi dan belajar bersama, untuk memperjelas kondisi dan permasalahan mereka
sendiri. Prinsip ini juga menuntut penghargaan pada setiap perbedaan yang
melatarbelakangi anggota komunitas saat terlibat dalam PAR (Participation action
Research), termasuk penghargaan pada kesetaraan jender (terlebih jika dalam
suatu komunitas, perempuan belum memeroleh kesempatan yang setara dengan
laki-laki untuk berpartisipasi).
Berbeda dengan riset konvensional, tim peneliti/praktisi PAR (Participation
Action Research) bertindak sebagai fasilitator terjadinya proses riset yang
partisipatif di antara anggota komunitas, bukan orang yang meneliti kondisi
komunitas dari luar sebagai pihak asing.
2. Prinsip Orientasi Aksi.
Prinsip ini menuntut seluruh kegiatan dalam PAR (Participation Action
Research) harus mengarahkan anggota komunitas untuk melakukan aksi-aksi
transformatif mengubah kondisi sosial mereka agar menjadi semakin baik. Oleh
karena itu, PAR (Participation Action Research) harus memuat agenda aksi yang
jelas, terjadwal, dan konkret.
3. Prinsip Triangulasi.
PAR (Participation Action Research) harus dilakukan dengan menggunakan
berbagai sudut pandang, metode, alat kerja yang berbeda untuk memahami situasi
yang sama, agar pemahaman tim peneliti bersama anggota komunitas terhadap
situasi tersebut semakin lengkap dan sesuai dengan fakta. Setiap informasi yang
diperoleh harus diperiksa ulang lintas kelompok warga/elemen masyarakat
(crosscheck). Prinsip ini menuntut PAR (Participation Action Research)
mengandalkan data-data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti bersama
anggota komunitas di lapangan. Sedangkan data-data sekunder (riset lain,
kepustakaan, statistik formal) dimanfaatkan sebagai pembanding.
4. Prinsip Luwes atau Fleksibel.
Meskipun PAR (Participation Action Research) dilakukan dengan
perencanaan sangat matang dan pelaksanaan yang cermat atau hati-hati, peneliti
bersama anggota komunitas harus tetap bersikap luwes menghadapi perubahan
situasi yang mendadak, agar mampu menyesuaikan rencana semula dengan
perubahan tersebut. Bukan situasinya yang dipaksa sesuai dengan desain riset,
melainkan desain riset yang menyesuaikan diri dengan perubahan situasi.

C. Langkah – Langkah PAR

1. Perencanaan

Membuat kelompok/tim PAR dan Membuat rencana PAR

a. Pemetaan Wilayah, yaitu pemetaan letak geografis (jalan, pintu masuk, letak),
demografis (sosial budaya setempat), Kantor-kantor strategis (kantor polisi,
RS, rumah tokoh masyarakat/tokoh agama, dll), aktor-aktor penting dan relasi
sosial (pihak pro, kontra dan neutral).

b. Analisa Resiko (Peneliti dan kontak/sekutu). Resiko antara lain kriminalisasi,


pengusiran, penyuapan, konflik horizontal, pencurian, perampokan, kekerasan,
penculikan, penghilangan nyawa.
c. Membuat analisa awal kasus komunitas atau membuat LO awal agar dapat
memahami permasalahan.

d. Mencari Kontak.

e. Menyusun Strategi:

1. Menyusun Rencana perjalanan


2. Identitas penyamaran dan strategi pendukung (Jurnalis/Wartawan,
Mahasiswa, Menjadi orang lokal/diupayakan mengerti sosial budaya setempat,
Peneliti, Pedagang, Buruh, Strategi pendukung ; membuat website, kartu
nama, kop surat, surat tugas jika lapangan tidak beresiko.
3. Menyusup; Membangun kontak dengan orang dalam

f. Mempersiapkan fisik yang prima

g. Penyiapan Logistik yang memadai (ID Card, akomodasi yang cukup, alat-alat
penelitian)

2. Pelaksanaan

1. Turun ke komunitas/lapangan dan live in


2. Mendekati kontak atau membangun sekutu strategis
3. Pengumpulan data (wawancara, observasi, dll)
4. Membuat legal opinion atau analisa kasus structural
5. Menyusun rencana aksi (tergantung dalam perencanaan apakah akan
melakukan agenda aksi).
6. Melakukan aksi/advokasi (jika dalam perencanaan atau dalam perkembangan
PAR diputuskan untuk melakukan aksi

3. Evaluasi
Melakukan evaluasi PAR keseluruhan :
a. Perencanaan Aksi

b. Aksi

c. Evaluasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Partisipation Action Research (PAR) adalah kombinasi penelitian social,


kerja pendidikan, dan aksi politik. Pada awalnya PAR dikembangkan oleh Kurt
Lewin hingga pertengahan 1900-an kemudian dilanjutkan oleh Freire. PAR
termasuk sebagai bentuk kritik terhadap penelitian yang datang meneliti pada
suatu masyarakat tanpa memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat
tersebut.
Menurut Agus Affandi prinsip-prinsip PAR adalah:
1. Meningkatkan dan memperbaiki kehidupan sosial.
2. Partisipasi yang autentik membentuk siklus yang berkesinambungan.
3. Kerjasama untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik
4. Penyadaran terhadap komunitas akan situasi yang sedang mereka alami
5. Membangun pemahaman kondisi sosial secara kritis
6. Melibatkan sebanyak mungkin orang dalam teoritisasi kehidupan sosial
7. Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial
8. Membuat rekaman proses secara cermat
9. Berusaha memberi pengalaman masyarakat sebagai objek riset.
10. Salah satu proses politik dalam arti yang luas
11. Mensyaratkan adanya analisa relasi sosial secara kritis
12. Memulai dari isu yang kecil dengan mengaitkan relasi yang lebih luas
13. Memulai dengan siklus proses yang kecil
14. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil
15. Mengajak semua untuk mencermati dan membuat rekaman proses
16. Semua harus dapat memberikan alasan yang rasional atas yang mereka lakukan.
Sedangkan menurut Winter, dalam riset aksi terdapat 6 prinsip, yaitu: Refleksi
Kritis, Dialektika Kritis, Kolaborasi Sumber Daya, Kesadaran Resiko, Struktur
Plural, dan, Teori, Praktek Serta Transformasi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip PAR itu meliputi: Prinsip
Partisipasi, Prinsip Orientasi Aksi, Prinsip Triangulasi, serta Prinsip Fleksibel.

B. Saran

Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip PAR, maka sebagai akademisi


hendaknya apapun yang kita lakukan dapat memberi sumbangsih terhadap
masyarakat. Sekaligus memotifasi diri untuk selalu berkarya didalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Agus dkk. Modul Participatory Action Reseacrh (PAR). IAIN Sunan Ampel
Surabaya: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). 2013
LPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, Modul Pelatihan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya: LPM IAIN Sunan
Ampel. 2008
Mansour, Fakih. Jalan Lain. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press. 2002.

http://www.bantuanhukum.or.id/web/participatory-action-research-par/diakses hari
Minggu 08/01/17 jam 09.40 PM

Anda mungkin juga menyukai