Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pancasila

Dosen Pengampu :
Drs. Dailami, M. Pd
Disusun Oleh :
Aldo Arrohim (22051001)
Tari Rizliyanti (22051026)
Citra Syalsabila (22051012)
Kelas :
2 C Matematika

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak lupa
pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila yang membahas
tentang “Pancasila Sebagai Etika Politik”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Farid Hidayat,
S.H, M.S.I. selaku dosen mata kuliah Pancasila di yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika Politik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih
kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Peranan Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia, khususnya bagi
penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kisaran, April 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Etika.........................................................................................................................3
B. Pengertian Politik......................................................................................................................3
C. Pengertian Etika Politik.............................................................................................................4
D. Pancasila Sebagai Sistem Etika..................................................................................................6
E. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Indonesia...................................................................................6
F. Nilai- Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik..................................................................8
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik
Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan kesadaran
relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila 
itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika nilai dan moral
pancasila itu dapat di implementasikan kedalam norma-norma yang di berlakukan di
Indonesia .

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelass ehingga merupakan
suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang kedua adalah
norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia,


pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia sebelum membentuk Negara dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri
sebagai asal mula (kausamaterialis).Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada
giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma
hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari etika?
2. Apakah pengertian dari politik?
3. Apakah yang dimaksud dengan etika politik?
4. Bagaimana pancasila sebagai sistem etika?
5. Apa sajakah lima prinsip dasar etika politik Indonesia?

1
6. Bagaimana nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari etika.
2. Mengetahui pengertian dari politik.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika politik.
4. Mengetahui bagaimana pancasila sebagai sistem etika.
5. Mengetahui lima prinsip dasar etika politik Indonesia.
6. Mengetahui bagaimana nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti
watak, adat ataupun kesusilaan. Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah
laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Yang dapat dinilai baik atau buruk
adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-
kata dan sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau
tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang
dikerjakan dengan tak sadar tidak dapat dinilai baik atau buruk.

Menurut Sunoto (1982: 5), etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya,
tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat.
Contohnya sejarah etika. Sedangkan etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik
dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak.

Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman tentang nilai,
motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan
prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan
sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika individual
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu. Misalnya tujuan
hidup manusia. Etika sosial membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya; baik/buruk dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara. (Sunoto, 1982: 5-6).1

B. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses tujuan
penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan
1

3
itu. Pengambilan keputusan atau decisionsmaking mengenai apakah yang menjadi tujuan
dari sistem politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih.

Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan


umum atau public policies, yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau distributions
dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu
diperlukan suatu kekuasaan (power), dan kewenangan (authority) yang akan dipakai baik
untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam
proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu
pemaksaan (coercion). Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
perumusan keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan pernah terwujud.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals),


dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik menyangkut kegiatan
berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat maupun perseorangan.2

C. Pengertian Etika Politik


Dalam hubungan dengan etika politik, pengertian politik harus dipahami dalam
pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Hukum dan kekuasaan negara
merupakan aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum sebagai penataan
masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat
yang efektif pada hakikatnya sesuai dengan struktur sifat kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial.

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politik kehidupan manusia.
Karena itu, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai
manusia dan sebagai warga negara terhadap negara, hukum dan sebagainya (lihat suseno,
1986). Selanjutnya dijelaskan bahwa “Dimensi Politis Manusia” adalah dimensi
masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi yang menjadi ciri khas suatu pendekatan yang
disebut “Politis” adalah pendekatan itu terjadi dalam kerangka acuan yang berorientasi
pada masyarakat secara keseluruhan.

Dimensi politis itu sendiri memiliki dua segi fundamental yang saling melengkapi,
sesuai kemampuan fundamental manusia yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak.
2

4
Struktur ganda ini, “tahu” dan “mau” dapat diamati dalam semua bidang kehidupan
manusia. Sesuai kemampuan ganda manusia, maka ada dua cara menata masyarakat yaitu
penataan masyarakat yang normatif dan efektif. Lembaga penataan normatif masyarakat
adalah hukum. Hukumlah yang memberitahukan kepada semua anggota masyarakat
bagaimana mereka harus bertindak. Hukum terdiri dari norma-norma bagi perilaku yang
benar dan salah dalam masyarakat. Tetapi hukum hanya bersifat normatif dan tidak
efektif. Artinya, hukum sendiri tidak bisa menjamin agar anggota masyarakat patuh
kepada norma-normanya. Sedangkan penataan yang efektif dalam menentukan perilaku
masyarakat hanyalah lembaga yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan
kehendaknya. Lembaga itu adalah Negara. Karena itu hukum dan kekuasaan Negara
menjadi bahasan utama etika politik. Tetapi perlu di pahami bahwa baik “hukum” maupun
“Negara” memerlukan legitimasi. Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik
termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis
manusia adalah etika.

Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagai


bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika profesi, dan
etika pendidikan, dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan dimensi
politis kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk
mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika
politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan
bukan hanya sebagai warga negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain
sebagainya.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab.
Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektif
dan argumentative. Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika
politik membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara
obyektif. Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik.
Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai
lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan
manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan
kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu
Negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law, partisipasi demokratis masyarakat,

5
jaminan ham menurut kekhasan paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat
masing-masing dan keadaan sosial.

D. Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pada dasarnya, tidak seorangpun bangsa Indonesia dapat melepaskan diri dari
kelima sila pancasila tanpa menyalahi kemanusiaan. Kedudukan pancasila merupakan
sistemetika, yang artinya, warga negara Indonesia harus dapat membedakan antara yang
boleh dan tidak boleh, walaupun dapat dilakukan.
Pancasila merupakan sebuah sistem etika yang dapat diartikan pancasila menjadi
pedoman moral langsung objektif dalam kehidupan yang menunjukkan kearah mana gerak
perjalanan, bagaimana manusia Indonesia harus hidup, dan mengatur perbuatan dalam
kehidupan. Sebagai suatu sistemetika, pancasila memberi pandangan dan prinsip tentang
harkat kemanusiaan serta kultur yang dapat dijamin berhadapan dengan pemerintahan
modern.
Pancasila dikaitkan dengan sistemetika maka akan memberi jawaban mengenai
kehidupan yang dicita-citakan, sebab didalamnya terkandung prinsip terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Selain itu, Pancasila memberi
jawaban bagaimana seharusnya warga negara Indonesia bertanggung jawab dan
berkewajiban sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, mahluk pribadi, dan makhluk
sosial dalam kehidupan bernegara, selain etika kelompok bagaimana dengan sesame warga
negara. Dalam hidup berkelompok, selain etika kelompok bagaimana warga negara
Indonesia bergaul dalam hidupnya, akan muncul etika yang berkaitan dengan kerja atau
profesi, seperti etika guru/ dosen Indonesia, etika jurnalistik atau wartawan Indonesia, dan
sebagainya.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pun memiliki sistem etika seperti
yang telah diuraikan, yaitu memiliki etika yang bersifat umum dan khusus; mengatur etika
individual dan sosial, serta mengembangkan etika  yang berkaitan dengan lingkungan dan
kerja atau profesi.

E. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Indonesia


1. Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas,artinya untuk hidup


dengan positif, damai, toleran, dan biasa atau normal bersama masyarakat yang

6
berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan
penyatuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir,dan toleransi.

2. Hak Asasi Manusia

Jamninan hak-hak Asasi Manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan
beradap. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaiamana manusia wajib
diberlakukan dan wajib tidak diberlakukan. Jadi manusia diberlakukan selakyaknya
sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun
kontektiual dalam pengertian sebagai berikut :

 Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,


melainkan karena pemberian Sang Pencipta
 Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dank arena itu mulai disadari, diimbang
modernitas dimana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaiknya
diancam oleh Negara modern.

3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasip sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
menyumbang sesuatu pada hikdup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
betrkembang secara melingkar yaitu keluarga,kampong,kelompok etnis, kelompok
agama, kebangsaan,solidaritas sebagai manusia.Mka ini termasuk rasa kebangsaan.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah
elit atau kelompok ideology berhak untuk menentukan dan mamaksakan orang lain
harus atau boleh hidup. Jadi demokrasi berhak menentukan sebuah system
penerjemah kehendak masyarkat ke dalam tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :


 Pengakuan dan jaminan terhadap HAM, perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi keiktoran mayoritas.
 Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum.

7
5. Keadilan Sosial
Keadilan adalah norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Myoritas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan
social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyatanya keadilan social diusahakan
dengan membongkar ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Untuk itu tantangan
etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah :
 Kemiskinan, ketidakadilan dan kekerasan social.
 Ekstremisme ideologis yang anti pluralisme
 Korupsi3

F. Nilai- Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik


Sebagai dasar filsafat negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Sila I serta sila II merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Berdasarkan sila I, Indonesia bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan
kekuasaan negara dan penyelenggaraannya dalam legitimasi religious. Kekuasaan
pemimpin negara tidak mutlak berdasarkan legitimasi religious melainkan berdasarkan
legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi. Oleh karena itu, sila “Ketuhanan Yang Maha
Esa” lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Secara moral kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Terutama hukum serta moral kehidupan
negara. Sila II juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan masyarakat.
Negara pada prinsipnya merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk yang
memiliki Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagian dari umat manusia di dunia
hidup secara bersama dalam suatu wilayah dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip
hidup demi kesejahteraan bersama (sila III). Manusia merupakan asas fundamental dalam
kehidupan bernegara dan merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara. Maka dari itu, asas-asas kemanusiaan bersifat mutlak dalam
kehidupan negara dan hukum.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan bernegara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan: (1) asas legalitas (2) disahkan dan
dijalankan secara demokratis (3) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral. Selain

8
itu dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum
yaitu prinsip legalitas. Negara Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu keadilan
dalam hidup bersama (keadilan sosial) sebagaimana terkandung pada sila V, merupakan
tujuan dalam kehidupan negara.
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat (sila IV). Rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan,
kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok
kenegaraan.

Etika politik ini juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, anggota
legislatif maupun yudikatif, para pejabat negara, anggota DPR maupun MPR, aparat
pelaksana dan penegak hukum, harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan
legitimasi demokratis juga harus berdasar pada legitimasi moral.

9
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Etika adalah sebuah ilmu yaitu sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat. Politik berasal
dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Jadi, etika politik adalah suatu tata kelakuan
atau hal yang sewajarnya dilakukan dalam bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan
Pancasila adalah etika berpolitik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

10
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo, Jurnal Ultima Humaniora, ”Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia”, Vol.2
Nomor 1, Maret 2014, ISSN 2302-5719.
Kaelan,Prof. DR. M.S., Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma.
http://ayurinii.wordpress.com/2013/03/01/2/
Hasan, M. Iqbal, M.M, 2002, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, penerbit PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai