Anda di halaman 1dari 18

LANDASAN SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Kependidikan


Dosen Pengampu : Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad

Disusun Oleh:
Kelompok 13

Sukarno 2120111310016
Ktut Arte Wardane 2120111310017
Ike Nurjihan Huwaida Ulfah 2120111320024

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga akhir jaman.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan
Kependidikan yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul “Landasan Sekolah
sebagai Lembaga Sosial”.
Kami menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, Agustus 2021

1
Kelompok 13

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3

C. Tujuan........................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4

A. Lembaga Sosial..........................................................................................................................4

B. Sekolah......................................................................................................................................4

C. Sekolah sebagai Lembaga Sosial...............................................................................................5

D. Pandangan Sosial dalam Agama..............................................................................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................................15

B. Saran........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang masyarakatnya, sebab
sekolah diciptakan sebagai lembaga yang berperan dalam mengembangkan masyarakat
kearah kemajuan, berkualitas dan sejahtera. Oleh sebab itu, sangat tepat kalau tokoh
pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berpusat
pada tiga lembaga yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lembaga tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dalam proses pembentukan masyarakat yang
berkualitas. Tugas utama sekolah yaitu berupaya untuk menciptakan proses pembelajaran
secara efektif dan efisien untuk mengantarkan peserta didik mencapai prestasi yang
memuaskan. Tanpa menyentuh aspek ini, maka organisasi sekolah tidak akan
mempunyai arti penting dalam melaksanakan pendidikan.

Sekolah sebagai sistem sosial adalah suatu upaya untuk memahami tujuan, peran,
hubungan dan perilaku berbagai komponen pendidikan di sekolah dalam sistem sosial.
Setidak-tidaknya ada dua elemen dasar yaitu: 1) institusi, peran dan harapan dalam
menentukan norma bersama atau dimensi sosial, 2) individual, personalitas dan
pemenuhan kebutuhan yang merupakan dimensi psikologis. Di sini sekolah sebagai
sistem sosial diharapkan mampu mencapai moral kerja anggota organisasi yang efektif,
efisien dan memuaskan melalui integrasi kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian lembaga sosial?
2. Apa pengertian sekolah?
3. Bagaimana sekolah sebagai lembaga sosial?
4. Bagaimana pandangan sosial dalam agama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga sosial..
2. Untuk mengetaui pengertian sekolah.
3. Untuk mendeskripsikan sekolah sebagai lembaga sosial.
4. Untuk mendeskripsikan pandangan sosial dalam agama.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Sosial
Manusia sebagai mahluk biologis dan mahluk sosial mempunyai naluri untuk
selalu berhubungan dengan sesamanya secara berkesinambungan, yang kemudian
menghasilkan suatu bentuk konsesnsus untuk menciptakan pola pergaulan. Pergaulan
manusia pada awalnya di mulai dari kelompok kecil dalam masyarakat, yang kemudian
disebut keluarga. Dari keluarga inilah kemudian tercipta pengalaman-pengalaman
( social experiences) yang nantinya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang, yang mengantarkan kepada kelompok yang lebih besar.
Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga sosial (institutation) bukanlah sebuah
bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi.
Lembaga (institutations) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan
kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan
kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan
berbagai kegiatan tertentu.
Soekanto menyimpulkan menurut sudut pandang sosiologis dengan meletakan
institusi sebagai lembaga kemasyarakatan, yaitu sebagai suatu jaringan daripada proses-
proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi unuk
memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-
kepentingan manusai dan kelompoknya. Lembaga itu mempunyai tujuan untuk mengatur
antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.
Sumber menjelaskan bahwa lembaga itu melibatkan bukan saja pola aktivitas yang lahir
dari segi sosial untuk memenuhi keperluan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk
melaksanakannya.

B. Sekolah
Menurut Daryanto (1997:544), sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk
belajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan berdasarkan Undang-
Undang No 2 Tahun 1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

4
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang penting, pada zaman dulu dan
terlebih lagi pada zaman sekarang ini. Dewasa ini sekolah merupakan kebutuhan setiap
orang untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah. Sekolah mempunyai dua aspek
penting yaitu aspek individu dan aspek sosial. Disatu pihak, pendidikan sekolah bertugas
mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan secara
optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk dapat merekam segala
fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memberikan informasi dan
penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis suatu peristiwa.
Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas
interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik (Wayne dalam buku
Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial dibatasi oleh
sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sosial
sekolah yang demikian bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik.
Menurut Nasution Sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam
proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat seperti yang diharapkan.
Berikut adalah beberapa fungsi sekolah yang dituliskan oleh Prof. Dr. S. Nasution dalam
bukunya ‘Sosiologi Pendidikan’.
1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan.
2. Sekolah memberikan keterampilan dasar.
3. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib.
4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
5. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
6.  Sekolah mentransmisi kebudayaan.
7.  Sekolah membentuk manusia yang sosial.
8. Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan; dan
9. Fungsi-fungsi laten lainnya 

C. Sekolah sebagai Lembaga Sosial


Sekolah merupakan sebuah lembaga sosial yang unik dengan berbagai budaya
individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah
tidak bisa lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya.
Persimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai
komunitas dan keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah berkembang.

5
Sistem penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, karena mempengaruhi
berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku.
Sekolah terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap
orang yang berada di sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya sistem
interksi tersebut tetap terjaga. Peran yang dapat diidentifikasi di sekolah adalah guru,
siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah, satpam sekolah.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial, karena ia merupakan produk
yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat pembangunannya. Pendidikan merupakan
gambaran kemajuan dari suatu masyarakat. Pendidikan yang maju, hanya hidup dan
dimiliki oleh masyarakat yang berpikiran maju, dan hanya masyarakat yang berpikiran
maju yang menghargai pendidikan. Pendidikan dan masyarakat merupakan satu kesatuan
yang saling menetukan status.
Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi dari komponen-komponen
sosial integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang bergantung antara satu
sama lain. Sekolah mempunyai dua aspek penting yaitu aspek individu dan aspek sosial.
Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi
yang memungkinkan perkembangan secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal
dituntut untuk dapat merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya
sekolah memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis
suatu peristiwa.
Gunawan dalam Muhyi Batubara mengatakan, manusia sebagai pribadi tidak dapat
hidup dan menghayati eksistensinya secara wajar kecuali hidup bersama dengan
sesamanya. Mereka satu sama lain saling membutuhkan, sebab pada hakekatnya manusia
adalah mahluk sosial (Gunawan, 2004).
Sekolah termasuk lembaga edukasi / pendidikan adalah lembaga sosial yang
memiliki peran untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman melalui proses
pendidikan dari tingkat dasar dengan satu tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas sdm
dan merubah perilaku individu kearah yang lebih baik. Terdapat beberapa fungsi yang
dimiliki oleh lembaga pendidikan ini yaitu Sebagai sarana pengembagangan dan
pelestarian kebudayaan masyarkat, sebagai tempat pengembangan bakat,
memperpanjang masa rama, dan masih banyak lagi fungsi dari lembaga edukasi ini.
Lembaga sekolah diibaratkan masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis
untuk mengatur dan mengelola komponen-komponennya. Bagian-bagian tersebut diatur
dan terintegrasi dalam naungan sistem kendali sosial berwujud organisasi formal.

6
Keberadaan guru, siswa, kepala sekolah, psikolog atau konselor sekolah, orang tua,
siswa, pengawas, administratur merupakan komponen-komponen fungsional yang
berinteraksi secara aktif dan menentukan segala macam perkembangan dinamika
kehidupan sekolah.
Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat
hubungan mapan, interaksi, konfrontasi, konflik, akomodasi, maupun integrasi yang
menentukan dinamika para warganya di sekolah. Oleh sebab itu, di dalam sekolah akan
selalu mengandung unsur-unsur dan proses-proses sosial yang kompleks seperti halnya
dinamika sosial masyarakat umum. Beberapa unsur tersebut membuat konsep-konsep
sosial di dalam sekolah yakni sebagai berikut.
1) Kedudukan dalam Sekolah
Contohnya kedudukan berdasarkan jenis kelamin, akan mengidentifikasi
pelakunya pada perbedaan jenis kelamin. Pembedaan tersebut merupakan dampak
kultural dari masyarakat yang lebih luas, dimana perbedaan jenis kelamin masih
mengkisahkan pembagian kerja, hak, serta ruang gerak yang berbeda pula. Namun
secara struktural pembedaan jenis kelamin tidak begitu mempengaruhi kualitas
penerapan ketentuan formal sebuah lembaga. Seorang kepala sekolah wanita tetap
saja memiliki otoritas atau kewenangan kekuasaan terhadap para guru lelaki maupun
wakasek laki-laki.
Kedudukan berdasarkan struktur formal di lembaga, misalnya kepala sekolah,
guru, staf administrasi, pesuruh, siswa dan lain sebagainya. Kategori kedudukan ini
dilandasi oleh ketentuan-ketentuan formal yang melembagakan serangkaian peran dan
pemetaan kewenangan struktural berdasarkan pembagian wilayah kekuasaan yang
bersifat hierarkis. Sesuai dengan formasi struktur lembaga sekolah maka masing-
masing posisi menggambarkan tingkat kekuasaan yang bertingkat-tingkat. Posisi
teratas menggambarkan puncak pengakuan otoritas tertinggi lalu secara gradual makin
berkurang pada posisi-posisi di bawahnya.
Kedudukan berdasarkan usia. Pengakuan terhadap kategori sosial ini didasarkan
konstruksi sosial sekolah sebagai lembaga pendidikan. Berangkat dari pengertian
tentang pengajaran sebagai sumber dari keberadaan sekolah dan segala aktivitas
kelembagaannya. Sementara proses pengajaran tidak lepas dari hubungan antara
pengajar dengan yang belajar. Maka bisa ditangkap indikasi kecenderungan dalam
lembaga sekolah untuk mengutamakan sistem nilai berdasarkan usia. Mereka yang tua
dikontruksikan sebagai pengajar, teladan, sumber nilai kebaikan, pengontrol moral,

7
berkemampuan tinggi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pengakuan kedudukan
berdasarkan usia sangat kental sekali melekat dalam orientasi warga sekolah.
2) Interaksi di Sekolah
Menurut Horton dan Hunt (1999) sistem interaksi di sekolah dapat ditinjau
dengan menggunakan tiga perspektif yang berbeda, yakni:
a. Hubungan antara warga sekolah dengan masyarakat luar
b. Hubungan di internal sekolah lintas kedudukan dan peranannya.
c. Hubungan antarindividu pengemban status atau kedudukan yang sama.
Dalam kategori pertama, hubungan interaktif antara orang dalam dengan orang
luar mencerminkan keberadaan sekolah sebagai bagian masyarakat. Para guru, murid
dan seluruh warga di sekolah juga pengemban status-status lain di masyarakat.
Sehingga interaksi di sekolah merupakan kombinasi berbagai nilai dari masyarakat
yang dibawa oleh para warga sekolah. Para guru, kepala sekolah, murid-murid juga
bagian dari masyarakat mereka. Mereka membawa sikap dan perilaku ke sekolah,
sebagai hasil dari hubungan dengan tetangga, teman, perkumpulan, partai politik dan
berbagai ragam kelompok kepentingan.
Kategori kedua, secara formal sekolah memiliki pihak-pihak yang bertanggung
jawab mengadakan hubungan antara masyarakat dengan pihak sekolah. Dalam hal ini,
pihak yang paling berkepentingan mengadakan hubungan dengan masyarakat adalah
pengawas sekolah. Pengawas sekolah bertanggung jawab menjamin kualitas
pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sementara
di tingkat internal pengawas sekolah juga berkewajiban memberikan perlindungan
atas orientasi masyarakat sekolah dari tuntutan-tuntutan luar yang kurang masuk akal.
Sebagai pengamat atau evaluator pengawas sekolah juga memiliki tugas memelihara
keharmonisan hubungan antara kelompok-kelompok yang berbeda di sekolah.
Secara fungsional untuk mencapai tujuan yang diharapkan sekolah membutuhkan
peran dan kiprah dari berbagai status dan kedudukan. Sehingga kerja timbal balik
antarstatus diprioritaskan untuk melancarkan proses pencapaian tujuan organisasi.
Sekolah membutuhkan hubungan yang harmonis antarguru dan murid agar tujuan
pengajaran di kelas dapat tercapai secara maksimal. Sekolah membutuhkan kerja
sama antarberbagai pihak agar roda organisasi dapat berjalan dengan lancar.
Kategori ketiga, hubungan antar individu atau kelompok dalam jenis status yang
sama juga tidak lepas dari bagian interaksi di sekolah. Para guru selain memiliki
persamaan peran sesuai statusnya juga menggambarkan berbagai perilaku guru yang

8
berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan perbedaan karakter, sikap dan pengalaman
individu dalam melancarkan aktivitas di sekolah. Kita ketahui bersama untuk status
siswa pun juga telah terbentuk aneka ragam karakter dan perilaku individu maupun
kelompok yang berbeda-beda.
3) Klik Antar Siswa
Pengelompokan atau pembentukan klik mudah terjadi di sekolah. Suatu klik
terbentuk bila dua orang atau lebih menjalin persahabatan sehingga dalam keseharian
telah terikat pada kehidupan bersama baik di dalam maupun di luar sekolah. Mereka
saling merasakan apa yang dialami salah satu anggota kelompoknya dan mampu
mengungkap perasaan yang selama ini tersembunyi, seperti hubungan mereka dengan
orang tua atau dengan lawan jenis lain serta kesulitan pribadi-pribadi lainnya.
Keanggotaan klik bersifat suka rela dan tak formal. Seorang diterima atau ditolak
atas persetujuan bersama. Walaupun klik tidak mempunyai peraturan yang jelas,
namun ada nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk menerima anggota baru. Anggota
klik merasa diri bersatu dan merasa diri kuat, penuh dengan kepercayaan berkat rasa
persatuan dan kekompakan. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas
kepentingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua,
sekolah, dan klikklik lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka klik itu
dapat menjadi “geng”.
Orang luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat memahami makna
klik bagi anggota-anggotanya. Akibatnya mereka justru makin kompak dengan
kelompoknya sehingga memicu kesadaran bersama untuk sama-sama membebaskan
diri dari kekuasaan dan pengawasan orang tua, sekolah dan lembaga-lembaga lainnya.
Dari kelompoknya seorang anggota yakin mendapat bantuan penuh namun sebaliknya
harus mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi pada kelompok. Mereka yang tidak
patuh akan mendapat klaim sebagai pengkhianat.
Faktor yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau tingkat
kelas, klik biasanya beranggotakan murid dari jenis kelamin yang sama. Menurut
pengamatan suatu klik merupakan kelompok minat atau kegemaran yang serupa,
misalnya musik, olah raga dan sebagainya.
Klik juga menggambarkan struktur sosial masyarakatnya. Klik menunjukkan
stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Murid-
murid pada umumnya memilih teman dari golongan anak yang secara sosial ekonomi
memiliki kedudukan sama. Klik-klik yang muncul di sekolah beragam wujudnya,

9
tergantung pada perbedaan murid. Ada kemungkinan terbentuknya kelompok
berdasarkan kesukuan dari kalangan siswa satu daerah atau karena mereka merupakan
mioritas. Ada kelompok “elite” yang terdiri atas anakanak orang kaya atau
menunjukkan prestasi akademis tinggi dan kepribadian tinggi. Adapula kelompok
rendahan, yang berasal dari keluarga tidak berpendidikan.
Sebagai lembaga sosial, sekolah mengembangkan dan melaksanakan bermacam-
macam fungsi yaitu:
a. Sekolah berfungsi sosial
Sosialisasi adalah suatu proses belajar, dimana kita mempelajari cara-cara
hidup masyarakat. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan,
sikap ide-ide, pola nilai dan standard tingkah laku dalam masyarakat dimana
individu tersebut berada. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses
sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri
atau pribadinya. Dengan proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu
pribadi dan makhluk sosial.
Setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam upaya membawa seorang
anak untuk menjadi dewasa. Pada masyarakat yang masih premitif dengan
strukturnya yang masih sederhana, maka anak mempelajari sebagian besar
pengetahuan dan keterampilannya dalam keluarga dam masyarakat sendiri.
Sudah barang tentu proses sosialisasi semacam ini tidak sesuai lagi untuk
diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang sudah maju. Anak sebagai generasi
penerus dan pewaris kebudayaan harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan dan
perubahan yang begitu pesat. Anak harus dibekali dengan berbagai keterampilan
agar dapat mengikuti perkembangan yang begitu cepat itu. Dengan cara
memperluas pengalaman sosial anak maka sekolah merupakan agen sosialisasi
anak yang masih dalam taraf perkembangan begitu maju kedewasaan.
Selain itu sekolah diharapkan dapat membentuk manusia sosial yang dapat
bergaul dengan sesama manusia secara serasi walaupun terdapat perbedaan agama,
ras, peradaban, bahasa dan lain sebagaiannya. 
b. Fungsi transmisi dan transformasi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Tansmisi pengetahuan dan ketrampilan
2. Tranmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma

10
Transmisi pengetahuan mencangkup berbagai pengetahuan misalnya
pengetahuan bahasa, matematika, pengetahuan alam dan pengetahuan sosial, serta
penemuan teknologi. Dalam masyarakat industri yang kompleks, fungsi transmisi
pengetahuan sangat penting sehingga proses belajar di sekolah membutuhkan
waktu yang lebih lama dan membutuhkan guru-guru khusus. Dalam arti yang
sempit transmisi pengetahuan dan ketrampilan ini berbentuk vocational training.
Pengertian transmisi kebudayaan tidak hanya terbatas pada mengajarkan kepada
anak bagaimana cara belajar, melainkan juga bagaimana cara menemukan dan
menciptakan sesuatu yang baru.
Sekolah tidak hanya berfungsi mentransmisi kebudayaan dari generasi ke
generasi berikutnya. Sekolah juga berfungsi untuk mentransformasikan
kebudayaan. Artinya sekolah berfungsi untuk mengubah bentuk kebudayaan agar
tetap sesuai dan tidak usang dalam masyarakat yang makin maju dan makin
kompleks. Nilai-nilai luhur yang telah diwariskan generasi tua harus tetap
terpelihara.
Oleh karena itu sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam menjaga
eksistensi nilai-nilai luhur itu. Didalam pihak sekolah juga dituntut untuk
menjawab tantangan kemajuan teknologi dan komunikasi internasional yang
semakin maju. Dengan demikian sekolah dituntut untuk mengembangkan
pengetahuan dan memperoleh penemuan-penemuan yang dapat membawa
perubahan masyarakat ke tingkat yang lebih mutu atau tarafnya.
c. Sekolah sebagai lembaga seleksi
Sekolah tidak hanya melaksanakan sosialisasi kepada generasi muda dan
mentransmisi nilai-nilai luhur serta mentransformasi nilai-nilai dan tingkah laku
agar sesuai dengan perkembangan zaman melainkan sekolah juga membantu dalam
menentukan cara hidup mana, nilai-nilai apa serta kemampuan dan ketrampilan
bagaimana yang harus ditempuh oleh para anak didik. Jadi sekolah membantu
murid dalam menentukan perubahan kehidupan kearah yang lebih baik.
Kriteria yang digunakan oleh sekolah dalam memilih murid berdasarkan
prestasi akademiknya. Dengan kriteria tersebut sekolah membantu murid dalam
menentukan pilihan spesialisasi apa yang akan dipilih. Sekolah bertugas
menghasilkan tenaga kerja yang berspesialisasi.

11
D. Pandangan Sosial dalam Agama
Dalam kodratnya, manusia merupakan mahluk sosial, yang membutuhkan batuan
orang lain, yang berinteraksi dengan orang lain, sesuai dengan firman Allah dalam Surah
Al Hujurat ayat 13:

G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬Gۚ G‫ا‬G‫ و‬Gُ‫ ف‬G‫ر‬Gَ G‫ ا‬G‫ َع‬Gَ‫ ت‬Gِ‫ ل‬G‫ َل‬Gِ‫ئ‬G‫ ا‬Gَ‫ ب‬Gَ‫ ق‬G‫و‬Gَ G‫ ا‬Gً‫ب‬G‫ و‬G‫ ُع‬G‫ ُش‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ ا‬Gَ‫ ن‬G‫ ْل‬G‫ َع‬G‫ َج‬G‫ َو‬G‫ى‬Gٰ Gَ‫ ث‬G‫ ْن‬Gُ‫ أ‬G‫و‬Gَ G‫ ٍر‬G‫ َك‬G‫ َذ‬G‫ن‬Gْ G‫ ِم‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ ا‬Gَ‫ ن‬G‫ ْق‬Gَ‫ ل‬G‫ َخ‬G‫ا‬Gَّ‫ ن‬Gِ‫ إ‬G‫س‬ Gُ G‫ ا‬Gَّ‫ن‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ ا‬Gَ‫ ه‬GُّG‫ ي‬Gَ‫ أ‬G‫ ا‬Gَ‫ي‬
G‫ ٌر‬G‫ ي‬Gِ‫ ب‬G‫خ‬Gَ G‫ ٌم‬G‫ ي‬Gِ‫ ل‬G‫ َع‬Gَ ‫ هَّللا‬G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬Gۚ G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ ا‬Gَ‫ ق‬G‫ ْت‬Gَ‫ أ‬Gِ ‫ هَّللا‬G‫ َد‬G‫ ْن‬G‫ع‬Gِ G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ َم‬G‫ َر‬G‫ ْك‬Gَ‫أ‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Allah SWT berfirman bahwa Allah telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki
(Adam a.s) dan seorang perempuan (hawa). Dari keduanya berkembang keturunan yang
tersebar di berbagai bangsa, suku. Dengan demikian supaya mereka saling mengenal.
Dan sesungguhnya semua umat manusia itu adalah sama dengan yang lain dihadapan
Allah.
Dalam bermasyarakat terdiri dari macam-macam karakter manusia. Dari bermacam-
macam karekter ini tidak jarang bermunculan problem-problem dalam bermasyarakat.
Problem dalam masyarakat apabila tidak segera diselesaikan akan merusak
keharmonisan, kedamaian dalam bermasyarakat, yang pada akhirnya akan merugikan
warga masyarakat tersebut. Rosul Muhammad SAW telah berwasiat apabila
menginginkan kedamaian, kebahagian baik di dunia maupun diakhirat, maka pegagang
teguhlah Al-Qur’an dan Sunnah Rosul Muhammad SAW. Dalam keduanya telah berisi
petunjuk-petunjuk agar menjadi orang yang beruntung baik di dunia maupun akhirat.
Jika kita menginginkan kedamaian dalam bersosialisasi maka hendaknya kita
menjauhi perbuatan-perbuatan yang negatif, seperti dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an
Surah Al-Hujurat ayat 11:

G‫ ٌء‬G‫ ا‬G‫ َس‬Gِ‫ اَل ن‬G‫و‬Gَ G‫ ْم‬Gُ‫ ه‬G‫ ْن‬G‫ ِم‬G‫ ا‬G‫ ًر‬G‫ ْي‬G‫ َخ‬G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ن‬G‫ و‬G‫ ُك‬Gَ‫ ي‬G‫ن‬Gْ Gَ‫ أ‬G‫ى‬Gٰ G‫ َس‬G‫ َع‬G‫ ٍم‬G‫و‬Gْ Gَ‫ ق‬G‫ن‬Gْ G‫ ِم‬G‫ ٌم‬G‫و‬Gْ Gَ‫ ق‬G‫ر‬Gْ G‫خ‬Gَ G‫ ْس‬Gَ‫ اَل ي‬G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ ن‬G‫ َم‬G‫ آ‬G‫ن‬Gَ G‫ ي‬G‫ ِذ‬Gَّ‫ل‬G‫ ا‬G‫ ا‬Gَ‫ ه‬GُّG‫ ي‬Gَ‫ أ‬G‫ ا‬Gَ‫ي‬
َ G‫ ْئ‬Gِ‫ ب‬Gۖ G‫ب‬
G‫س‬ ِ G‫ ا‬Gَ‫ ق‬G‫ ْل‬Gَ ‫أْل‬G‫ ا‬Gِ‫ ب‬G‫ا‬G‫ و‬G‫ ُز‬Gَ‫ب‬G‫ ا‬Gَ‫ ن‬Gَ‫ اَل ت‬G‫ َو‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ َس‬Gُ‫ ف‬G‫ ْن‬Gَ‫ أ‬G‫ا‬G‫ و‬G‫ ُز‬G‫ ِم‬G‫ ْل‬Gَ‫ اَل ت‬G‫و‬Gَ Gۖ G‫ َّن‬Gُ‫ ه‬G‫ ْن‬G‫ ِم‬G‫ ا‬G‫ر‬Gً G‫ ْي‬G‫خ‬Gَ G‫ َّن‬G‫ ُك‬Gَ‫ ي‬G‫ن‬Gْ Gَ‫ أ‬G‫ى‬Gٰ G‫ َس‬G‫ َع‬G‫ ٍء‬G‫ ا‬G‫ َس‬Gِ‫ ن‬G‫ن‬Gْ G‫ِم‬
G‫ َن‬G‫ و‬G‫ ُم‬Gِ‫ل‬G‫ ا‬Gَّ‫ظ‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ ُم‬Gُ‫ ه‬G‫ك‬ َ Gِ‫ ئ‬Gَ‫ل‬GٰG‫و‬Gُ‫ أ‬Gَ‫ ف‬G‫ب‬ ُ G‫ و‬G‫ ُس‬Gُ‫ ف‬G‫ ْل‬G‫ ا‬G‫ ُم‬G‫اِل ْس‬G‫ا‬
Gْ Gُ‫ ت‬Gَ‫ ي‬G‫ ْم‬Gَ‫ ل‬G‫ن‬Gْ G‫ َم‬G‫ َو‬Gۚ G‫ن‬Gِ G‫ ا‬G‫ َم‬G‫ ي‬Gِ ‫إْل‬G‫ ا‬G‫ َد‬G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ق‬
12
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh
jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim”

Dari ayat diatas, ada beberapa larangan, yaitu larangan merendahkan,


menertawakan ataupun memperolok orang lain, selain itu juga berisi larangan mencela
baik dirinya maupun orang lain, larangan memanggil dengan panggilan (gelar) yang
mengandung ejekan. Dalam ayat ini Allah SWT juga melarang mencela diri sendiri,
maupun mencela orang lain, Selain itu Allah juga melarang sesama mukmin saling
memanggil-dengan gelar-gelar buruk yang tidak disukai oleh yang dipanggil. Selain itu
juga disebutkan dalam Surah Al-Hujurat ayat 12:

‫ اَل‬G‫و‬Gَ G‫ا‬G‫ و‬G‫ ُس‬GَّG‫ س‬G‫ َج‬Gَ‫ اَل ت‬G‫ َو‬Gۖ G‫ ٌم‬G‫ ْث‬Gِ‫ إ‬G‫ن‬Gِّ Gَّ‫ظ‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ض‬ Gَ G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬G‫ن‬Gِّ Gَّ‫ظ‬G‫ل‬G‫ ا‬G‫ن‬Gَ G‫ ِم‬G‫ ا‬G‫ ًر‬G‫ ي‬Gِ‫ ث‬G‫ َك‬G‫ا‬G‫ و‬Gُ‫ ب‬Gِ‫ ن‬Gَ‫ ت‬G‫ج‬Gْ G‫ ا‬G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ ن‬G‫ َم‬G‫ آ‬G‫ن‬Gَ G‫ ي‬G‫ ِذ‬Gَّ‫ل‬G‫ ا‬G‫ ا‬Gَ‫ ه‬GُّG‫ ي‬Gَ‫ أ‬G‫ ا‬Gَ‫ي‬
G‫ َّن‬Gِ‫ إ‬Gۚ Gَ ‫ هَّللا‬G‫ا‬G‫و‬Gُ‫ ق‬Gَّ‫ت‬G‫ ا‬G‫ َو‬Gۚ Gُ‫ه‬G‫ و‬G‫ ُم‬Gُ‫ ت‬G‫ ْه‬G‫ ِر‬G‫ َك‬Gَ‫ ف‬G‫ ا‬Gً‫ ت‬G‫ ْي‬G‫ َم‬G‫ ِه‬G‫ ي‬G‫خ‬Gِ Gَ‫ أ‬G‫ َم‬G‫ح‬Gْ Gَ‫ ل‬G‫ َل‬G‫ ُك‬Gْ‫ أ‬Gَ‫ ي‬G‫ن‬Gْ Gَ‫ أ‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ ُد‬G‫ َح‬Gَ‫ أ‬G‫ب‬
Gُّ G‫ح‬Gِ Gُ‫ ي‬Gَ‫ أ‬Gۚ G‫ ا‬G‫ض‬
ً G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ ْم‬G‫ ُك‬G‫ض‬ُ G‫ ْع‬Gَ‫ ب‬G‫ب‬ Gْ Gَ‫ ت‬G‫ ْغ‬Gَ‫ي‬
Gٌ G‫ ا‬G‫ َّو‬Gَ‫ ت‬Gَ ‫هَّللا‬
G‫ ٌم‬G‫ ي‬G‫ ِح‬G‫ َر‬G‫ب‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Allah melarang hamba-hambaNya yang mukmin berprasangka yang bukan pada


tempatnya terhadap keluarganya, familinya, dan terhadap orang lain pun, karena
sebagian prasangka itu merupakan perbuatan yang membawa dosa dan janganlah kamu
mengintai dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Dalam ajaran gereja Katolik juga menegaskan bahwa manusia sejak semula
diciptakan, tidak seorang diri tetapi Tuhan menciptakan seorang penolong yang sepadan
dengannya.,sebagaimana tertuang dalam Kitab Kejadian Bab 2,ayat 18 yang berbunyi :

13
“Tuhan Allah berfirman: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (kejadian 2:18).
Dari ayat ini jelas bahwa Tuhan menegaskan manusia sebagai makluk sosial.
Sebagai makluk sosial, dalam berelasi dengan sesama pasti akan terjadi dinamika yang
dinamis,sehingga diperlukan atur untuk mengatur keharmonisan relasi antar manusia.
Dalam gereja Katolik hal ini ditegaskan dalam Injil Lukas,Bab 18,ayat 14,Surat Rasul
Yakobus Bab 4,ayat 11-12,Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma,Bab 14,ayat 13
dan ayat 17. Sebagai berikut :
Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."(Lukas 18:14)
“Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah
saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; jika engkau
menghakimi hukum maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. Hanya ada
satu pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa untuk menyelamatkan dan
membinasakan. Tetapi siapakah engkau sehingga engkau mau menghakimi sesamamu
manusia?” (Yakobus 4:11-12).
“Karena itu janganlah kita saling menghakimi  lagi! Tetapi lebih baik kamu
menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau
tersandung!”  (Roma 14:13)
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera j  dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17).

Dari ayat-ayat Kitab suci di atas jelas di ungkapkan bagaimana cara untuk
membangun relasi atau hubungan yang baik dengan sesama.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi sekolah sebagai lembaga sosial adalah suatu proses belajar, dimana kita
mempelajari cara-cara hidup masyarakat. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari
kebiasaan, sikap ide-ide, pola nilai dan standard tingkah laku dalam masyarakat dimana
individu tersebut berada.

Sekolah sebagai Lembaga Sosial dan interaksi Masyarakat. Sebuah Sekolah sebagai
institusi sosial mencakup peran murid, peran guru dan tergantung pada tingkat otonomi
sekolah telah dari lembaga luar, peran orang tua dan memeriksa yang terkait dengan otoritas
pendidikan yang relevan. Sekolah sebagai sebuah institusi mencakup peran ini di seluruh
sekolah-sekolah yang bersama-sama merupakan sistem sekolah di suatu masyarakat tertentu.

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan pengajaran, latihan, dan
pendidikan, juga berfungsi sebagai sarana untuk melatih sosialisasi dan pembentukan
kepribadian anak. Sekolah sebagai tempat sosialisasi anak bertugas atau sebagai wadah untuk
mengembangkan perilaku, kebiasaan, dan pola-pola kebudayaan kepada anak didik agar
setelah dewasa bisa memasuki kehidupan sosial dengan baik. Sementara sebagai tempat
pembentukan kepribadian anak, sekolah mengemban tugas untuk mengembangkan aspek
sikap dan karakter anak agar memiliki jiwa- jiwa yang kuat, tidak mudah putus asa, disiplin,
dan tangguh.

B. Saran
Dikarenakan sekolah merupakam lembaga sosial yang juga mengurus norma, sikap dan
perilaku maka sebaiknya sekolah berusaha menjadi lembaga yang bisa membuat anggotanya
memiliki norma, sikap dan perilaku yang baik, sehingga akan menciptakan siswa yang
nantinya bisa bersosialisasi di kalangan masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., & Uhbiyati, N. (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmat, A. (2012). Sosiologi Pendidikan. Gorontalo: Ideas Publising.

http://ryansetiawan96.blogspot.com/2016/10/makalah-peran-dan-fungsi-lembaga.html

http://hildaamelia-hilda.blogspot.com/2011/09/fungsi-sekolah-sebagai-lembaga-sosial.html

16

Anda mungkin juga menyukai