Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MATA KULIAH PROFESI PENDIDIKAN

“SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK”

DISUSUN OLEH :

Ayu Melati Putri 2120052

PGSD 6 C

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Hendrizal, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

2023
KATA PENGANTAR

‫بس م ّل ِال ال َّر ن ال ح ْي ِم‬


ِ ِ
‫ْح َم َّر‬

Puji beserta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya Iman dan Islam. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita. Pemimpin umat akhir zaman,
Rasulullah Muhammad yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
terang yang disinari dengan cahaya hidayah dan taufiq. Saya sangat bersyukur karena dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sanksi Pelanggran Kode Etik”, yang mana
makalah ini ditujukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Saya
dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat saya harapkan guna memperbaiki karya-karya lain yang akan penulis tulis di lain
waktu.

Padang, Juni

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penuliusan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Sanksi Pelanggaran Kode Etik.................................................................................2
BAB III PENUTUP............................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dapat dikatakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang harus dibekali
dengan keahlian dan etika. Begitu juga dengan profesi guru, seorang guru harus
memiliki keahlian dalam bidang intelektual dan kode etik yang nantinya akan
digunakan sebagai pelindung dan sebagai perangkat pengembangan profesi keguruan.
Peran seorang guru semakin penting dalam era global. Siswa dapat menjadi generasi
muda yang berkualitas, produktif dan kompetitif, juga sebagai aset nasional dalam
menghadapi persaingan yang semakin berat di masa mendatang (Astuti, 2013).

Meskipun sudah dibentuk peraturan tentang kode etik guru, namun seperti yang
kita ketahui saat ini masih banyak terjadi pelanggaran atau penyalahgunaan profesi.
banyak kita temukan oknum yang menyalahgunakan wewenangnya karena berprofresi
sebagai guru ataupun guru yang bertindak melewati batas sehingga melanggar kode
etik keguruan. Terlebih jika Kode Etik Guru tersebut tidak diberlakukan, pelanggaran
dan penyalahgunaan pada profesi guru akan semakin banyak terjadi. Oleh karena itu,
perlu adanya lembaga untuk menaungi profesi keguruan, yang dengan adanya lembaga
tersebut berfungsi untuk menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik juga
memberikan sanksi tegas atas pelanggaran Kode Etik Guru di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sanksi pelanggaran kode etik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode etik

1
BAB II

PEMBAHASA

A. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Dalam pelaksanaan kode etik keguruan, pasti akan ditemukan pelanggaran atau
penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan pasal 8 (1) AD PGRI, pelanggaran kode etik
profesi guru merupakan tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh guru pada hal- hal
yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru seperti pada kegiatan belajar- mengajar
atau hubungan antar guru dengan murid. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
pelanggaran kode etik profesi, salah satunya adalah idealisme dalam kode etik profesi
tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di lapangan sehingga seringkali yang diharapkan
tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini memungkinkan para profesional untuk berpaling
dan mengabaikan kode etik profesi keguruan (Sujadi, 2018).

Menurut AD PGRI Pasal 9 (1) menyebutkan bahwa pemberian sanksi terhadap


guru yang melakukan pelanggaran menjadi wewenang dari Dewan Kehormatan Guru
Indonesia. Dalam memberikan sanksi tersebut DKGI harus bersifat objektif, tidak
memihak, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi
profesi serta peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pemberian sanksi ini
merupakan salah satu bentuk upaya perbaikan dalam pembinaan guru yang melakukan
pelanggaran untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Dalam pasal tersebut juga
dikatakan bahwa siapapun yang mengetahui adanya pelanggaran Kode Etik wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau
pejabat yang berwenang. Setiap guru yang dilaporkan dapat melakukan pembelaan diri
tanpa bantuan penaschat hukum atau dengan bantuan organisasi profesi guru dan
penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.

Semua pelanggaran yang dilakukan oleh guru jika berkaitan dengan profesi
keguruan, baik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah, atau hal lain yang masih

2
berkaitan dengan hubungan guru-murid dan proses berlajar-mengajar, maka harus
dilaporkan atau diproses melalui Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Jika
pelanggaran yang dilakukan guru tidak berhubungan dengan profesi guru, misalnya
narkoba, pembunuhan, atau pelanggaran hukum lainnya, maka polisi dapat langsung
memproses tanpa harus melalui DKGI.

DKGI akan menjalankan proses penegakan kode etik hingga tahap persidangan.
hasil dari persidangan bisa berujung pemberian sanksi administrasi, sanksi kepegawaian,
atau bahkan hukum pidana. Masing-masing sanksi sesuai dengan kategori ringan, sedang
ataupun berat akan ditetapkan berdasar keputusan DKGI. Jika putusan sidang di Dewan
Kehormatan Guru Indonesia menjatuhkan vonis secara nyata terbukti melanggar hukum
yang berlaku di Indonesia maka akan diserahkan ke pihak kepolisian (Taufik, 2019).
Contoh Kasus Pelanggaran kode etik keguruan antara lain:

1. Guru merasa sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan mengancam murid
jika melanggar peraturan atau tidak mengikuti kehendaknya.
2. Guru tidak memahami sifat-sifat karakteristik siswa sesuai dengan
perkembangan anaknya sehingga sering terjadi kecelakaan pendidikan.
3. Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak adil atau terkesan pilih
kasih.
4. Guru tidak dapat mengembangkan strategi, metode dan media yang tepat dalam
pembelajaran disebabkan tidak memahami tingkah laku peserta didiknya.
5. Guru menunjukan perilaku tidak terpuji sehingga tidak pantas untuk dijadikan
teladan. Misalnya: pelecehan, menghina, memanipulasi nilai. mencuri waktu
mengajar.
6. Guru tidak mengajar sesuai dengan bidangnya sehingga melakukan kesalahan
secara keilmuan.
7. Guru tidak mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orang tua
sehingga orangtua tidak mengetahui kemajuan belajar anak.
8. Guru tidak berusaha menumbuhkan rasa kepercayaan diri peserta didiknya.
sehingga mematikan kreatifitas si anak.
9. Adanya hubungan antar guru yang tidak harmonis, misalnya saling
menjatuhkan.

3
Sanksi yang diberikan kepada guru dapat berupa sanksi moral, teguran, peringatan
tertulis, penundaan pemberian hak guru, penurunan pangkat. pemberhentian dengan
hormat, dan pemberhentian secara tidak hormat. Sanksi moral biasanya berupa celaan
atau teguran dari lingkungan tempat kerjanya, karena pada dasarnya kode etik
merupakan landasan moral yang digunakan sebagai pedoman dalam bersikap, tingkah
laku dan perbuatan. Seperti ketika seorang guru tidak menunjukkan perilaku jujur dan
pilih kasih terhadap muridnya sehingga tidak pantas untuk ditiru.

Sanksi juga dapat dikeluarkan dari organisasi, sanksi ini dianggap berat karena
kode etik yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku dapat
meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa baik
berupa aksi perdata maupun pidana. Berupa Pemberhentian dengan hormat atau
pemberhentian dengan tidak hormat. Adapun pelanggaran kode etik yang menyebabkan
guru diberhentikan secara tidak hormat dari jabatan sebagai guru adalah karena:

1. Melanggar sumpah guru dan janji jabatan.


2. Melanggar perjanjian atau kesepakatan kerja bersama.
3. Lalai terhadap kewajiban untuk melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 1
bulan atau lebih.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) merupakan lembaga
independen untuk mengawasi penegakan disiplin organisasi dan etika profesi
guru serta memberikan sanksi tegas kepada guru yang melanggar kode etik
tersebut. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) yang merupakan
lembaga untuk memberi perlindungan hukum bagi guru yang menghadapi
masalah terkait profesinya. Kedua lembaga ini merupakan perangkat atau anak
organisasi dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Pelanggaran kode etik profesi guru merupakan tindakan penyimpangan


yang dilakukan oleh guru pada hal-hal yang berkaitan dengan profesinya sebagai
guru seperti pada kegiatan belajar-mengajar atau hubungan antar gunu dengan
murid. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik gum dapat berupa sanksi moral,
teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak guru, penurunan pangkat,
pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian secara tidak hormat.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna,kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas.Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Kepurusan Kongres XXII Persatuan Guru Republik Indonesia tentang Anggaran


Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI

Sujadi, E. 2018. Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan Dalam


Penerapannya. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan 14 (2), 69-77.

Taufik. S. 2019. Perlindungan Hukum Bagi Guru. Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan
Budaya Islam 2 (2), 105-116.

Anda mungkin juga menyukai