Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KODE ETIK GURU

Dosen Pengampuh:Baiq Yuliatin Ihsani,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6

RAMLIN (2021A1H130)
SUSI SUMIATI (2021A1H151)
SOFIRA ANDANI (2021A1H143)
PARAMITA RUSADI (2021A1H121)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penyusun tugas sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.penyusunan tugas”KONSEP KODE ETIK GURU”ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “PROFESI KEGURUAN” Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami memohon saran dan kritik yang konstruktif,sehingga penyusun makalah
bisa menyempurnakan hasil makalah yang telah dibuat.

Mataram, 9 April 2022

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar belakang.............................................................................4
B. Rumusan masalah........................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................6

A. Pengertian kode etik guru...........................................................6


B. Tujuan kode etik guru.................................................................7
C. Fungi kode etik guru....................................................................8
D. Kode etik profesi guru Indonesia...............................................9
E. Kode etik menurut ahli Pendidikan islam.................................11
F. Sangsi pelanggaran kode etik guru............................................13
G. Upaya mewujudkan kode etik guru...........................................13

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................15
B. Saran ............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau, dan di rumah.
Melihat betapa pentingnya peran guru, maka wajiblah seorang guru itu menjadi
teladan bagi anak didiknya, apalagi anak-anak itu bersifat suka meniru. Di antara
tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak
didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia
pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.
Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru,
bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang,
berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain dan
bekerjasama dengan masyarakat. Akhlak mulia ini lah yang nantinya tergabung
dalam kode etik guru.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kode etik guru?


2. Apa saja tujuan kode etik guru?
3. Apa fungsi kode etik guru?
4. Bagaimana kode etik profesi guru indonesia?
5. Bagaimana kode etik guru menurut ahli pendidikan Islam?
6. Apa sanksi bagi pelanggaran kode etik guru?
7. Bagaimana upaya mewujudkan kode etik guru?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kode etik guru.

4
2. Untuk mengetahui tujuan kode etik guru.
3. Untuk mengetahui fungsi kode etik guru.
4. Untuk mengetahui kode etik profesi guru indonesia
5. Untuk mengetahui kode etik guru menurut ahli pendidikan Islam.
6. Untuk mengetahui sanksi bagi pelanggaran kode etik guru.
7. Untuk mengetahui upaya mewujudkan kode etik guru.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru


Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan yang punya
arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, berarti aturan tata susila, sikap atau
akhlak. Dengan demikian, kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan atau
aturan yang berkenaan dengan tata susila atau akhlak.
Menurut William Lillie, etik adalah ilmu pengetahuan tentang norma atau
aturan tingkah laku kehidupan manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu
pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau
buruk atau semacamnya. Selain itu”etik‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos‟
yang berarti watak, adab, atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan suatu cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan dari
kelompok manusia. Etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
disebut “kode‟, sehingga terjemah apa yang disebut “kode etik‟. Secara harfiah,
etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru‟ diartikan sebagai
aturan tata susila keguruan Yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah
dalam mengerjakan tugasnya, guru terikat pada aturan-aturan kesusilaan yang
berkaitan dengan baik atau tidaknya sesuatu untuk dikerjakan menurut ketentuan
umum.
Menurut Ayu Andriani, kode etik guru adalah pedoman bersikap dan
berperilaku guru yang tercermin dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan
guru. Kode etik ini mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid, dan wali
murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.
Menurut Besse Marhawati, kode etik guru adalah norma-norma yang
mengatur tingkah laku guru, dan oleh karena itu haruslah ditaati oleh guru.Dari
beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kode etik guru ialah segala

6
aturan dan norma yang harus ditaati oleh seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya.

B. Tujuan Kode Etik Guru


Tujuan dibuatnya kode etik guru adalah untuk menjamin agar tugas dan
pekerjaan keprofesian guru dapat terwujud sebagaimana diamanahkan dalam
Undang-undang Nomor 14 tahun 2003 tentang Guru dan Dosen dengan
mengedepankan kepentingan semua pihak.Pihak penerima layanan keprofesian
diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik
yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, maupun kultural.Pihak
pengemban tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat,
wibawa, dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imbalan yang
layak sesuai dengan jasa pelayanannya. Tujuan ditetapkannya kode etik guru
ialah:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dengan adanya kode etik,
maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau remeh terhadap
profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap
dunia luar.
2. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dengan adanya kode etik,
maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau remeh terhadap
profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap
dunia luar.
3. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Dalam kode etik, umumnya terdapat larangan-larangan kepada
anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-

7
tarif umum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesinya.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Tujuan lain
kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu,
kode etik merumuskan ketentuanketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran-anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Dalam meningkatkan
mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota
untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi
dan kegiatan-kegitan yang dirancang organisasi.

Menurut Ordi Saondi dan Aris Suherman, ada 5 tujuan kode etik guru:

1. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai


pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari sebagai pendidik.
2. Agar guru-guru dapat bercermin diri mengenai tingkah lakunya, apakah
sudah sesuai dengan profesi yang disandangnya atau belum.
3. Agar guru-guru dapat menjaga (mengambil langkah preventif), jangan
sampai tingkah lakunya dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang
profesional yang bertugas utama sebagai pendidik.
4. Agar guru secepatnya dapat kembali (mengambil langkah kuratif), jika
ternyata apa yang mereka lakukan selama ini bertentangan atau tidak
sesuai dengan norma-norma yang telah dirumuskan dan disepakati sebagai
kode etik guru.
5. Agar segala tingkah laku guru senantiasa selaras atau paling tidak, tidak
bertentangan dengan profesi yang disandangnya ialah sebagai seorang
pendidik.

8
C. Fungsi Kode Etik Guru
1. Fungsi yang Berkaitan dengan Tugas Guru
a. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas-tugas keguruan
khususnya yang beraitan dengan muatan normatif pendidikan.
b. Sebagai pedoman dalam bertingkah laku agar dapat dijadikan
contoh oleh anak didik dan masyarakat pada umumnya.
a. Sebagai pedoman untuk bergaul dan berhubungan, baik hubungan
dan pergaulan antar sesama pendidik, dengan anak didik dan
dengan staf sekolah maupun masyarakat.
2. Fungsi yang Berkaitan dengan Tujuan Pendidikan
a. Sebagai pedoman agar segala hal yang dilakukan guru tidak
bertentangan dengan misi pendidikan.
b. Sebagai pedoman dalam mewariskan tata nilai dan tata norma
masyarakat pada umumnya yang sesuai dengan misi yang diemban
oleh pendidik.
3. Fungsi yang Berkaitan dengan Masa Depan Profesi Keguruan
a. Sebagai pedoman dalam mewariskan tata nilai dan tata norma agar
profesi keguruan tetap ada.
b. Sebagai arahan dalam mengantisipasi segala bentuk kedinamisan
yang menawarkan standar tingkah laku sehingga keberadaan
profesi keguruan tetap eksis.

D. Kode Etik Profesi Guru Indonesia


Kode etik profesi guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara. Pedoman sikap dan perilaku dimaksud adalah nilai-nilai yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang tboleh dan tidak boleh
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

9
peserta didik serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.Kode etik
profesi guru Indonesia juga dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai dan norma
profesi guru yang tersusun dengan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan dalam
Kongres PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) XVI tahun 1989 di Jakarta
adalah sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Maksud dari rumusan ini
ialah bahwa guru harus mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk
menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani
maupun rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi insan
pembangunan yang menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan
berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada sila-sila dalam
Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. Berkaitan
dengan item ini, maka guru harus mampu mendesain program
pengajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik.
Yang lebih penting lagi guru harus menerapkan kurikulum secara
benar, sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didik. Kurikulum
dan program pengajaran untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD,
begitu juga seterusnya.
3. Guru berusaha memproleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan untuk melakukan bimbingan dan pembinaan. Guru dalam belajar
mengajar perlu menagadakan komunikasi dan hubungan baik dengan
anak didik. Hal ini terutama agar guru mendapatkan informasi secara
lengkap mengenai diri anak didik, sehingga akan sangat membantu bagi
guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang
optimal.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar. Maksudnya ialah bagaimana guru
dapat menciptakan kondisi-kondisi optimal sehingga anak merasa
belajar, harus belajar, perlu dididik dan perlu bimbingan.

10
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan.
Guru harus membina hubungan baik dengan masyarakat agar dapat
menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar.
Dalam hal ini mengandung dua dimensi penglihatan, yakni masyarakat
di sekitar sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Dilihat dari segi
masyarakat sekitar sekolah, bagi guru sangat penting untuk selalu
memelihara hubungan baik, akrena guru akan mendapat masukan,
pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau perkembangan
masyarakat itu.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Cara-cara meningkatkan mutu profesi secara sendiri yaitu dengan
menekuni secara kontinyu pengetahuan yang berhubungan dengan
teknik belajar mengajar, mendalami spesialisasi bidang studinya,
melakukan kegiatan mandiri yang relevan, mengembangkan materi
yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran, dan melakukan dialog
dengan guru yang lebih senior.
Adapun cara-cara meningkatkan mutu profesi secara sendiri yaitu
dengan mengikuti berbagai bentuk pelatihan, program pembinaan
keprofesian, dan saling bertukar pikiran dengan teman sejawat.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
Kerjasama dan pembinaan hubungan antarguru di lingkungan
tempat kerja merupakan upaya yang sangat penting. Sebab, hal ini akan
meningkatkan kelancaran mekanisme kerja.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Hal ini
bisa dilakukan dengan mengadakan pertemuan antar guru di berbagai
daerah.

11
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

E. Kode Etik Guru Menurut Ahli Pendidikan Islam


Menurut Al-Ghazali dalam buku Dewi disebutkan bahwa ada 17 kode
etik guru, yaitu:
1. Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang.
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesama.
5. Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi anak didik yang rendah
tingkat IQ nya serta membinanya sampai taraf maksimal.
8. Meninggalkan sifat marah.
9. Memperbaiki sifat anak didiknya dengan lemah lembut terhadap
anak didik yang kurang lancar berbicara.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum
mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan anak didik
walaupun pertanyaan itu tidak bermutu.
12. Menerima kebenaran dari anak didik yang membantahnya.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun
kebenaran itu datangnya dari anak didik
14. Mencegah anak didik mempelajari ilmu yang membahayakan
15. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik serta terus menerus
mencari informasi guna disampaikan pada anak didiknya yang
akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah Swt.
16. Mencegah anak didik mempelajari ilmu fardu kifayah sebelum
mempelajari ilmu fardu ain.

12
17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan pada anak
didik.

Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi yang dikuti oleh Zulhimma dalam


buku Dewi disebutkan bahwa kode etik guru itu sebagai berikut:

1. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang


pendidik sehingga ia menyayangi anak didiknya seperti
menyayangi anaknya sendiri.
2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan anak didik.
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak.
4. Memperhatikan semua anak didik atau bersikap adil terhadap
semua anak didik.
5. Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya.
7. Bisa menghubungkan antara materi satu dengan materi yang
lain.
8. Memberi bekal anak didik dengan ilmu yang mengacu kepada
futuristik.
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang
kuat, tanggung jawab dan mampu mengatasi problem anak
didik, serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap
masa depan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

F. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru


Sanksi pelanggaran kode etik guru sudah disiapkan bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik guru. Sehingga kode etik yang semula
adalah aturan yang bersifat sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku
guru dapat meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum
yang sifatnya memaksa, baik sanksi perdata maupun pidana.
Mengingat kode etik adalah alasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan, maka sanksi terhadap pelanggarannya dapat berupa
celaan dari rekannya, dan yang terberat ialah dikeluarkan dari organisasi profesi.

13
Dengan adanya kode etik suatu organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa
organisasi profesi itu telah mantap.

G. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru


Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu memperhatikan
sejumlah faktor yang hingga saat ini masih di rasakan sebagai kendala.
Faktorfaktor tersebut adalah:
1. Kualitas pribadi guru
2. Pendidikan guru
3. Sarana dan prasarana pendidikan
4. Sistem pendidikan
5. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
6. Kebijakan pemerintah.
Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/keputusan,
para pakar, manajer, pelaksana) secara proporsional dan professional seyogyanya
dapat bekerjasama secara sistemik, sinergik, dan simbiotik dalam mewujudkan
kode etik guru Indonesia. Hal yang paling mendasar adalah kemauan politik yang
terwujud dalam bentuk kebijakan manajemen guru dan perlakuan terhadap profesi
guru.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka dapat kita ambil


beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kode etik guru ialah segala aturan dan norma yang harus ditaati oleh
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.
2. Tujuan adanya kode etik guru adalah untuk menjamin agar tugas dan
pekerjaan keprofesian guru dapat terwujud sebagaimana yang diatur
dalam undangundang dengan mengedepankan kepentingan semua
pihak.
3. Fungsi kode etik guru meliputi fungsi yang berkaitan dengan masa
depan profesi keguruan, tujuan pendidikan, dan tugas guru.
4. Kode Etik Profesi Guru Indonesia mengacu kepada kode etik yang
telah disempurnakan dalam Kongres PGRI (Persatuan Guru Republik
Indonesia) XVI tahun 1989 di Jakarta

15
5. Menurut ahli pendidikan Islam, seperti Al-Ghazali dan M. Athiyah Al-
Abrasyi, kode etik guru merupakan hal yang sangat penting, sehingga
wajarlah jika kedua tokoh ini cukup banyak mengemukakan tentang
kode etik guru.
6. Sanksi pelanggaran kode etik guru dapat berupa sanksi moral dan
sanksi hukum yang bersifat memaksa.
7. Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu adanya
kerjasama semua elemen, terutama yang berada di bidang pendidikan.

B. Saran
Setelah membaca pemaparan di atas, maka penulis menyarankan kepada
kita semua agar memahami materi ini. Agar kita sebagai guru nantinya dapat
betul-betul memahami apa saja norma yang harus ditaati sebagai seorang
guru.Sebab bagaimanapun juga, guru merupakan panutan bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Ayu, Praktis Membuat Buku Kerja Guru: Menyusun Buku Kerja
1, 2, 3, dan 4 dengan Mudah dan Sistematis, Sukabumi: Jejak,
2018.

Danim, Sudarwan, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung:


Alfabeta, 2010.

Dewi, Annisa Anita, Guru Mata Tombak Pendidikan, Sukabumi: Jejak,


2017.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

16
Lillie, William, An Introduction to Ethics, New York: Barnes and Noble,
1996.

Marhawati, Besse, Pengantar Pengawasan Pendidikan, Yogyakarta:


Deepublish, 2018.

Saondi, Ordi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, Bandung:


Rafika Ditama, 2010.

Sardiman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:


RajaGrafindo Persada, 2006.

Sutarsih, Cicih, Etika Profes, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan,


Surabaya: Usana Offset Printing, 1981.

Zaenab, Siti Profesionalisme Guru PAUD Menuju NTB Bersaing:


Pengantar Manajemen Pendidikan, Praktik, Teori, dan Aplikasi,
Yogyakarta: Deepublish, 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai