Segala puji dan syukur kehadiran Tuhan yang maha Esa atas segala
Humanistik”. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami selesaikan guna
memenuhi tugas mata kuliah psikologi belajar. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih belum sempurna dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Saran,
kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat membantu kami
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
ii
DAFTAR ISI
halaman
COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A. Pengertian Teori Belajar Humanistik.....................................................................6
B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik................................................................7
C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik.............................................................12
D. Implikasi Teori Belajar Humanistik.....................................................................13
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik.......................................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
behavioral tendency (tidak tampak yang tidak teramati). Kedua perilaku tersebut
akan semakin baik jika diperoleh melalui belajar yang benar (Oktiani, 2017).
Atkinson, dkk. (1997) dan Gredler Margaret Bell, (1986) yang dikutip
umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1)
Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3) Teori Belajar Sosial,
dan (4) Teori Belajar Humanistik. Keempat aliran teori belajar tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di
dalam makalah ini akan dibahas salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori
tokoh-tokoh, prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori
belajar humanistik.
2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses
belajar.
5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar
humanistik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
ilmu filsafat, kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang kajian-kajian psikologi
dalam belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada
proses belajar tersebut. Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang
mengenai proses belajar dalam bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa
teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling
sempurna dari pada pemahaman mengenai proses belajar seperti yang selama ini
yang dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau
yang juga tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah
penting dalam proses belajar, karena tanpa motivasi dan keinginan dari pihak
pelajar, tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
7
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal :
8
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat
itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh
hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai
anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama
tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di
Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia
telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada
anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis
buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
9
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
4. Kolb
Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif
Mustofa, 2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
10
ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.
e. Honey Dan Mumford
Berdasarkan teori kolb, Honey dan Mmford dikutip dari UNI, 2008: 16 (Thobroni,
Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 160-161) membuat penggolongan siswa
menjadi empat macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektot, teoretis dan pragmatis.
a) Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cendrung berpikiran terbuka dan mudah
diajak berdialog. Namun, siswa semacam ini biasanya kurang skeptik terhadap
sesuatu. Kadang, identik dengan sifat mudah percaya. Dalam proses belajar,
mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal
barum seperti brainstrorming atau problem solving. Akan tetapi, mereka akan
cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lam dalam
implementasi.
b) Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya. Mereka cendrung sangat berhati-
hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusa, siswa tipe ini
cenderung konservatif, yaiutu mereka lebih suka menimbang-nimbang secara
cermat, baik buruk suatu keputusan.
c) Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif. Bagi mereka,
berpikir secara rasional adalah sesuatu yang penting. Mereka juga biasanya sangat
skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d) Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek
praktis dari segala hal. Siswa tipe ini suka berlarut-berlarut dalam membahas
aspek teoretis filosofis tertentu.
5. Hebermas
Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesama manusia. Dengan asumsi ini, hebermas mengelompokkan tipe belajar
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belajar teknis (Technical Learning)
11
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan
tetapi, pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-
orang di sekelilingnya.
c. Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang
sebaik mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan
4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara
pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri
sendiri,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan
12
Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
13
2. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
3. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
4. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
5. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
6. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
7. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok.
8. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
9. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa.
10. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
11. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
12. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan
pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
14
13. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
14. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok
15. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan tetapi
sebagi andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan
dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
15
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar
(Sylvia, Anwar, & Khairani, 2019). Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah:
16
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
peserta didik.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat
kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik.
18
DAFTAR RUJUKAN
Oktiani, I. 2017. Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan. 5 (2): 216-232.
19
20