Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologis belajar


yang di bimbing oleh ibu Anri Nofitria, M.pd

Disusun Oleh : Kelompok 5


Tri Purnama Putra
Sri Rahayu
Reiska Khaiiratul
Rey Febryan

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadiran Tuhan yang maha Esa atas segala

anugerahnya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang “Teori Belajar

Humanistik”. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami selesaikan guna

memenuhi tugas mata kuliah psikologi belajar. Kami menyadari bahwa makalah

ini masih belum sempurna dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Saran,

kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat membantu kami

terutama untuk kemungkinana pengembangan lebih lanjut. Akhirnya kami

berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

semua pihak serta dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan

kualitas belajar mahasiswa.

ii
DAFTAR ISI

halaman
COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A. Pengertian Teori Belajar Humanistik.....................................................................6
B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik................................................................7
C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik.............................................................12
D. Implikasi Teori Belajar Humanistik.....................................................................13
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik.......................................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah sutu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, baik

dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan bimbingan guru sehingga

perilakunya berubah. Perilaku adalah kebiasaan seseorang, baik yang berupa

pengetahuan, sikap, pemahaman, maupun keterampilan. Dan perilaku seseorang

dapat berupa behavioral performance (penampakan yang dapat diamati) ataupun

behavioral tendency (tidak tampak yang tidak teramati). Kedua perilaku tersebut

akan semakin baik jika diperoleh melalui belajar yang benar (Oktiani, 2017).

Atkinson, dkk. (1997) dan Gredler Margaret Bell, (1986) yang dikutip

Hamzah B. Uno (2008:7—18) menambahkan beberapa teori belajar yang secara

umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1)

Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3) Teori Belajar Sosial,

dan (4) Teori Belajar Humanistik. Keempat aliran teori belajar tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda. Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di

dalam makalah ini akan dibahas salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori

humanistik. Teori ini mempelajari perilaku belajar peserta didik dan

mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang pengertian,

tokoh-tokoh, prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan

dibahas lebih lanjut di bab selanjutnya.

4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori
belajar humanistik.
2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses
belajar.
5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar
humanistik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik


Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Dari kecepatan teori belajar teori humanistik inilah yang
paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan .
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada
ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa
adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun
dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai (Ratnawati, 2016).
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya ―isi‖ dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.
Wajar jika teori ini sangat bersifat elektik. Teori apapun dapat dia manfaatkan asal
tujuan untuk ―memanusiakan manusia‖ (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya
itu) dapat tercapai (Ratnawati, 2016).
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik
melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru.


2. Personalia informasi ini pada individu.

6
Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian

ilmu filsafat, kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang kajian-kajian psikologi

dalam belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada

proses belajar tersebut. Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang

konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan

mengenai proses belajar dalam bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa

teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling

sempurna dari pada pemahaman mengenai proses belajar seperti yang selama ini

telah dikaji berdasarkan teori-teori belajar (Ratnawati, 2016).

Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar

yang dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau

yang juga tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah

asimilasi penuh makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan

pengetahuan yang sudah dimiliki. Motivasi dan pengalaman emosional sangat

penting dalam proses belajar, karena tanpa motivasi dan keinginan dari pihak

pelajar, tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif

yang sudah ada (Ratnawati, 2016).

B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik


Ada lima tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik yaitu
Arthur, maslow, carl rogers, kolb, hebermas (Sarnoto, 2017).

1. Arthur Combs (1912-1999)


Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar
yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan

7
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal :

a. suatu usaha yang positif untuk berkembang


b. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya

8
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat
itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh
hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai
anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama
tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di
Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia
telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada
anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis
buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan


terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

9
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.

4. Kolb
Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif
Mustofa, 2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut:

a. Tahap pengalaman konkret


Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki kesadaraan
tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan
mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
b. Pengalaman aktif dan reflektif
Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu
kejadian      dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c. Konsepualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang suatu
hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-aturan
umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak
berbeda-beda mempunyai aturan yang sama.
d. Eksperimentasi aktif
Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi yang
baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi, ia juga
mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang belum pernah

10
ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.
e. Honey Dan Mumford
Berdasarkan teori kolb, Honey dan Mmford dikutip dari UNI, 2008: 16 (Thobroni,
Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 160-161) membuat penggolongan siswa
menjadi empat macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektot, teoretis dan pragmatis.

a) Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cendrung berpikiran terbuka dan mudah
diajak berdialog. Namun, siswa semacam ini biasanya kurang skeptik terhadap
sesuatu. Kadang, identik dengan sifat mudah percaya. Dalam proses belajar,
mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal
barum seperti brainstrorming atau problem solving. Akan tetapi, mereka akan
cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lam dalam
implementasi.
b) Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya. Mereka cendrung sangat berhati-
hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusa, siswa tipe ini
cenderung konservatif, yaiutu mereka lebih suka menimbang-nimbang secara
cermat, baik buruk suatu keputusan.
c) Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif. Bagi mereka,
berpikir secara rasional adalah sesuatu yang penting. Mereka juga biasanya sangat
skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d) Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek
praktis dari segala hal. Siswa tipe ini suka berlarut-berlarut dalam membahas
aspek teoretis filosofis tertentu.

5. Hebermas
Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesama manusia. Dengan asumsi ini, hebermas mengelompokkan tipe belajar
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belajar teknis (Technical Learning)

11
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan
tetapi, pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-
orang di sekelilingnya.
c. Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang
sebaik mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik

Menurut Dakir(Dakir, 1993), Roger sebagai ahli dari teori belajar

humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu:

1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa

ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam

untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru

2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan

dengan kebutuhan peserta didik

3. Belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar,

4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara

pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri

sendiri,

5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,

pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan

6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat

ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.

12
Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil
yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu (Rogers, 2013).

D. Implikasi Teori Belajar Humanistik

1. Guru sebagai fasilitator


Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang
berikut ini adalah sebagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berkualitas
fasilitator.

13
2. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
3. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
4. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
5. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
6. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
7. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok.
8. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
9. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa.
10. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
11. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
12. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan
pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

14
13. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
14. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok
15. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan tetapi
sebagi andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru


yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada
tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa.
7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan
dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

15
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Menurut Sumanto (Abdah, 2019), Aplikasi teori humanistik lebih


menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta
didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang


memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik
memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar
(Sylvia, Anwar, & Khairani, 2019). Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah:

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta
didik untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan
pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau
proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

16
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
peserta didik. 

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.


Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik
mampu mengembangkan potensi dirinya.
2. Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs, Maslow,
Carl Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Hebermas.
3. Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara
alamiah memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi terhadap dunianya.
4. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai
fasilitator. Guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik, dan sebagainya.
5. Penerapan atau aplikasi teori belajar humanistik ini tercermin dari peserta
didik yang berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri, sedangkan guru sebagai fasilitator
(pendamping) dan motivator.

B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat
kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik.

18
DAFTAR RUJUKAN

Abdah, M. G. (2019). Ragam Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam (PAI). FONDATIA, 3(1), 27–41.

Dakir, D. (1993).Dasar-dasar Psikologi. Yogayakarta: Pustaka Pelajar.

Hamzah, B. Uno. 2008.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Oktiani, I. 2017. Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan. 5 (2): 216-232.

Ratnawati, E. 2016. Karakteristik Teori-Teori Belajar dalam Proses Pendidikan


(Perkembangan Psikologis dan Aplikasi). Jurnal Pendidikan Sosial dan
Ekonomi. 3 (2): 1-23.

Rogers, C. R., Lyon, H. C., & Tausch, R. (2013). On becoming an effective


teacher: Personcentered teaching, psychology, philosophy, and dialogues
with Carl R. Rogers and Harold Lyon. Routledge.
Sarnoto, A. Z. 2017. Aspek Kemanusiaan dalam Pembelajaran Humanistik pada
Anak Uasi Dini. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Keguruan. 6 (1): 108-114.

Sumanto, W. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta.

Sylvia, I., Anwar, S., & Khairani, K. (2019). Pengembangan Instrumen


Penilaian Autentik Berbasis Pendekatan Authentic Inquiry Learning
Pada Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Socius: Journal of Sociology Research and Education, 6(2), 103.

19
20

Anda mungkin juga menyukai