HUMANISME
DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mvha Esa, yang telah
memberikan saya anugerah akal dan pikiran yang lebih sempurna di bandingkan
dengan ciptaan-Nya yang lain. Karena atas ijin, rahmat dan karunia-Nya lah, saya
dapat menyelesaika makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak. Karena itu, ucvpan terima kasih saya sampaikan kepada pihak
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Saya sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula
saya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Koneksionisme................................................................ 3
B. Studi Teori Koneksionisme ............................................................... 4
C. Hukum Teori Koneksionisme ........................................................... 5
D. Aplikasi Teori Koneksionisme dalam Pembelajaran ........................ 7
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Koneksionisme ........................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi tahu dan mengerti tentang berbagai hal yang tidak ia ketahu
sangat perlu diketahui dan dipahami oleh para pendidik maupun calon
pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat mendidik para peserta didik
dengan baik.
(konstruktivisme), dan teori yang akan kami bahas dalam makalah ini ialah
(humanisme).
1
B. Rumusan Masalah
siswa?
C. Tujuan
pembelajaran siswa.
D. Manfaat
yang pernah dan sampai saat ini masih digunakan di sekolah. Selain itu, hasil
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
proses.
3
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
4
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
1. Kolb
Pada tahap awal para peserta didik hanya sekedar mengikuti suatu
kejadian, tanpa mengetahui untuk apa dan mengapa kejadian itu terjadi.
Pada tahap kedua, para peserta didik mulai memikirkan dan memahami
sesuatu hal atau kejadian tersebut dengan mulai bisa memberikan contoh
5
mengenai kejadian tersebut. Pada tahap terakhir, para peserta didik sudah
aktivis, peserta didik reflector, peserta didik teoritis, dan pserta didik
pragmatis. Peserta didik aktivis adalah peserta didik yang senang terlibat
dan berpatisipasi dalam hal-hal baru. Peserta didik reflector adalah peserta
teoritis adalah peserta didik yang berfikir kritis dan sangat menutamakan
adalah peserta didik yang menyukai hal-hal yang praktis tidak suka
bertele-tele.
3. Habermas
alam sekelilingnya.
6
4. Carl Rogers
dirinya.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
pembelajaran.
7
diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
dirancang
4. Menghargai siswa
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
manusia itu sendiri. Teori ini terpusat pada ide atau cara-cara dalam beajar
agar para peserta didik dapat merasa nyaman dan senag untuk belajar, karena
memiliki makna, maka para peserta didik pun akan mudah mengingat dan
Namun kelemahan dari teori ini adalah sulitnya menerapkan teori ini
pemahaman ini para pendidik dapat lebih memahami hakikat jiwa manusia
dan dapat membantu para pendidik menentukan strategi belajar yang tepat
sendiri.
B. Saran
inisiatif sendiri bukan karena suatu paksaan, pendidik juga harus memahami
jalan pikiran peserta didik dan menerima apa adanya. Pendidik harus mampu
9
mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
10
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Jakarta : Pustaka Reka
Cipta
11