Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
NIM : 06101381520028
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Belajar dan Pembelajaran.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para
mahasiswa mengenai teori pembelajaran humanistik yang nantinya akan menjadi pedoman
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar,
secara umum teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1)
Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3) Teori Belajar Sosial, dan (4) Teori
Belajar Humanistik.
Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini akan dibahas
salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini mempelajari perilaku
belajar peserta didik dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang pengertian, tokoh-tokoh,
prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan dibahas lebih lanjut di bab
selanjutnya.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik.
2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses belajar.
5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar humanistik
1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu filsafat,
kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam belajar. Teori ini
sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar tersebut.
Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses belajar dalam bentuk yang
terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam
bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman mengenai proses belajar seperti yang
selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori belajar.
Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang juga
tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah asimilasi penuh
2
makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki.
Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar, karena
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak pelajar, tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru
ke dalam struktur kognitif yang sudah ada.
3
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga
ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi
akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas
Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis
kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis
buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
4
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,
evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
4. Kolb
Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif
Mustofa, 2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
a. Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki kesadaraan
tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan
mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
b. Pengalaman aktif dan reflektif
Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu
kejadian dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c. Konsepualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang
suatu hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-
aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak
berbeda-beda mempunyai aturan yang sama.
5
d. Eksperimentasi aktif
Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi
yang baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi, ia
juga mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang belum
pernah ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini terjadi
secara berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.
6. Hebermas
6
Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesama manusia. Dengan asumsi ini, hebermas mengelompokkan tipe belajar menjadi
tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belajar teknis (Technical Learning)
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan tetapi,
pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-
orang di sekelilingnya.
c. Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
7
i) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
8
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa.
i) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
4. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok
5. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan tetapi sebagi andil
secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1) Merespon perasaan siswa
2) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4) Menghargai siswa
5) Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
7) Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
9
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat
problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah,
serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
10
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan
aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.
Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs, Maslow, Carl
Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Hebermas.
Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara alamiah memiliki rasa
ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi terhadap dunianya.
Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai fasilitator. Guru
yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, dan sebagainya.
Penerapan atau aplikasi teori belajar humanistik ini tercermin dari peserta didik yang
berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri,
sedangkan guru sebagai fasilitator (pendamping) dan motivator.
3.2 Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya sebagai
sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan,
saran, dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami
menjadi lebih baik.
12
Daftar Pustaka
http://yessynovitasari.blogspot.co.id/2014/10/makalah-belajar-dan-pembelajar-
teori.html. Diakses pada 10 November 2016.
http://eka-andria.blogspot.co.id/2015/03/makalah-teori-belajar-humanistik-
tugas.html. Diakses pada 10 November 2016.
13