Anda di halaman 1dari 20

TUJUAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN,

PERSPEKTIF PERKEMBANGAN RENTANG HIDUP

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas matakuliah Psikologi
Perkembangan Anak MI

Dosen Pengampu:

Rofiqoh Firdausi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Ainun Ro’at ( NIM: 2018642600044)


2. Mayla Qonata (NIM : 2018642600016)
3. Siti Qomariyah ( NIM: 2018642600011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah “Tujuan dan
Manfaat Psikologi Perkembangan, Perspektif Perkembangan Rentang Hidup”
tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan dan mencurahkan pada nabi kami baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku
umatnya semoga mendapatkan syafaat di Yaumil Akhir nanti.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak terutama
dosen pembimbing matakuliah Psikologi Perkembangan Anak MI, Ibu Rofiqoh
Firdausi, M.Pd baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan oleh penyusun.

Penyusunan makalah ini jauh dari kesempuranaan, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat
menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan untuk makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya penyusun
untuk menambah wawasan.

Malang, Oktober 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan Psikologi Perkembangan ................................................................. 3


B. Manfaat Psikoogi Perkembangan................................................................... 4
C. Perspektif Perkembangan Rentang Hidup .................................................... 6

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia pasti mengalami gangguan yang datang dari


kontak sosial maupun yang lain. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan
oleh para ilmuwan, dan akhirnya membuahkan ilmu psikologi yang
membahas kejiwaan manusia.
Dalam psikologi ada banyak macam ilmu, salah satunya adalah psikologi
perkembangan. Psikologi perkembangan merupakan suatu cabang ilmu
psikologi yang membahas perkembangan kejiwaan manusia dari prenatal
sampai orang tua.
Pengertian psikologi perkembangan, yaitu cabang dari ilmu psikologi yang
mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara
ontogenetik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-
perubahan yang terjadi didalam diri, baik perubahan dalam bentuk jasmani,
perilaku maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life-
span), yang biasanya dimulai dari sejak konsepsi hingga menjelang mati.
Hakikat perkembangannya adalah perubahan yang bersifat kualitatif (tidak
bisa diukur secara langsung), progresif dan berkesinambungan. Dan hakikat
ini mencakup pada pertumbuhan, kematangan dan perubahan. Tujuannya
lebih menitikberatkan pada usaha-usaha mengetahui sebab-sebab yang
melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga
menimbulkan perubahan-perubahan. Manfaatnya terutama bagi orangtua dan
guru adalah dapat memberikan bantuan dan pendidikan yang tepat sesuai
dengan pola-pola dan tingkat-tingkat perkembangan anak serta menimbulam
kesadaran terhadap diri sendiri agar dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya dengan baik. Akar historis psikologi perkembangan ini
terbagi kedalam tiga periode, yaitu minat awal mempelajari perkembangan
anak, dasar-dasar pembantukan psikologi perkembangan secara ilmiah dan

1
2

munculnya studi psikologi perkembangan modern. Persfektif perkembagan


rentang-hidup mencakup konsep dan ciri-cirinya tentang perkembangan
seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, merekat secara
historis, multidisiplin dan kontekstual. Isu-isu penting dalam psikologi
perkembangan seperti sifat dasar manusia (menurut pandangan mekanistik,
organismik dan kontekstual), perkembangan bersifat kualitatif atau
kuantitatif, kontribusi nature-nurture bagi perkembangan dan
esensiperkembangan (apa yang berkembang).
Makalah yang tersusun ini adalah mencakup tujuan dan manfaat psikologi
perkembangan serta perspektif perkembangan rentang hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan psikologi perkembangan?
2. Bagaimana manfaat psikologi perkembangan?
3. Bagaimana perspektif perkembanga rentang hidup manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan psikologi perkembangan
2. Untuk mengetahui manfaat psikologi perkembangan
3. Untuk mengetahui perspektif perkembanga rentang hidup manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Psikologi Perkembangan


Menurut Mussen, canger dan Kagan, dewasa ini psikologi perkembangan
lebih menitikberatkan pada usaha-usaha mengetahui sebab-sebab yang
melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga
menimbulkan perubahan-perubahan. Oleh sebab itu tujuan psikologi
perkembangan meliputi:
1. Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku
serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur
dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam arti yang berlaku bagi
anak-anak di mana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
2. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan
atau masa perkembangan tertentu.
3. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda.
4. Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang,
sepeti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas
inteleknya, dan lain-lain.

Sementara itu Elizabeth B. Hurlock menyebutkan enam tujuan psikologi


perkembangan dewasa ini, yaitu:
1. Menemukan perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada usia yang
umum dan yang khas dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari
masing-masing periode perkembangan.
2. Menemukan kapan perubahan-perubahan itu terjadi.
3. Menemukan sebab-sebabnya.
4. Menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi perilaku.
5. Menemukan dapat atau tidaknya perubahan-perubahan itu diramalkan.
6. Menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau universal.1

1 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 10.

3
4

Sebagai sebuah disiplin ilmu dan mata kuliah kelompok dasar keguruan
(MKDK) yang diberikan kepada mahasiswa calon pendidik di LPTK, maka
psikologi perkembangan peserta didik bertujuan:
1. Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku
serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia
dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi
anak-anak di mana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
2. Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik
secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
3. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan
atau masa perkembangan tertentu.
4. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda.
5. Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang,
sepeti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas
inteleknya, dan lain-lain. 2
B. Manfaat Psikologi Perkembangan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa psikologi perkembangan adalah
ilmu yang mempelajari tentang perkembangan tingkah laku manusia. Oleh
sebab itu menurut Seifert dan Hoffnung (1994), pengetahuan tentang
perkembangan manusia sangat bermanfaat bagi kita dalam empat hal, yaitu:
1. Pengetahuan tentang perkembangan dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja. Misalnya, psikologi perkembangan
memberitahu kita kapan biasanya anak mulai berbicara dan kapan anak
sekolah mulai mampu berpikir abstrak. Meskipun pengetahuan tentang
anak yang diberikan psikologi perkembangan hanyalah secara rata-rata,
tetapi pengetahuan rata-rata ini dapat membantu kita mengetahui apa yang
diharapkan dari kekhasan masing-masing anak secara pribadi.

2Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2017),
hal 5.
5

2. Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam


memberikan respons yang tepat terhadap perilaku anak. Psikologi
perkembangan dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan arti dan sumber pola berpikir, perasaan dan tingkah laku
anak.
3. Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita mengenal kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
4. Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.
Psikologi perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman
sejarah hidup kita sendiri (sebagai bayi, anak, remaja, atau dewasa),
seperti bagaimana hidup kita kelak ketika kita bertumbuh sepanjang tahun-
tahun dewasa (sebagai orang dewasa tengah baya, sebagai orang dewasa
tua). Singkatnya, mempelajari psikologi perkembangan akan memberikan
banyak informasi tentang siapa kita, bagaimana kita dapat seperti ini, dan
ke mana masa depan akan membawa kita.

Sementaa itu, Elizabeth B. Hurlock (1980) menyebutkan pula


beberapa kegunaan mempelajari psikologi perkembangan, yaitu:

1. Membantu kita mengetahui apa yang diharapka diri anak dan kapan yang
diharapkan itu muncul. Ini adalah penting, karena jika teralu banyak yang
diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan
perasaan tidak mampu bila ia tidak mencapai standar yang ditetapkan
orang tua atau guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari
mereka, maka merekan akan kehilangan rangsangan untuk lebih
mengembangankan kemampuannya. Di samping itu, ia juga akan merasa
tidak senang terhadap orang yang menilai rendah kemampuan mereka.
2. Dengan mengetahui apa yang diharapkan dari anak ini, memungkinkan
kita untuk menyusun pedoman dalam bentuk skala tinggi-berat, skala usia-
berat, skala usia-mental, dan skala perkembanga sosial atau emosional.
Karena pola perkembangan untuk semua anak normal hampir sama, maka
ada kemungkinan untuk mengevaluasi setiap anak menurut norma usia
anak tersebut. Jika perkemabngan itu khas, berarti anak itu menyesuaikan
6

diri secara normal terhadap harapan masyarakat. Sebaliknya, jika terdapat


penyimpangan dari pola yang normal, maka hal ini dapat dianggap sebagai
tanda bahaya adanya penyesuaian kepribadian, emosional atau sosial yang
buruk. Kemudian dapat diambil langkah-langkah tertentu untuk
menemukan penyebab penyimpangan ini dan menyembuhkannya.
3. Pengetahuan tentang perkembangan memungkinkan para orang tua dan
guru memberikan bimbingan belajar yang tepat pada anak. Bayi yang siap
untuk belajar berjalan misalnya, dapat diberikan kesempatan untuk
melakukanyya dan dorongan untuk dapat berusaha hingga kepandaian
berjalan dapat dikuasai. Tidak adanya kesempatan dan dorongan, akan
menghambat perkembangan yang normal.
4. Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan para
orang tua dan guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian, dan perilakunya.

Dengan demikian jelas betapa besar kegunaan mempelajari psikologi


perkembangan, trutama bagi para orang tua dan guru, sehingga dapat
memberikan bantuan dan pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan
tingkat-tingkat perkembangan anak. Lebih dari itu, pengetahuan mengenai
psikologi perkembangan akan dapat menimbulkan kesadaran terhadap diri
sendiri, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan
baik.3

C. Perspektif Perkembangan Rentang Hidup


Sebagaimana telah kita lihat, pandangan-pandangan tradisional
terhadap perkembangan manusia lebih ditekankan pada kematangan,
pertumbuhan dan perubahan yang ekstrim selama masa bayi, anak -anak,
remaja, sementara perubahan-perubahan selama masa dewasa dan penurunan
pada usia lanjut kurang mendapat perhatian. Sebaliknya, pandangan-
pandangan kontemporer tentang perkembangan manusia menekankan pada
perkembangan rentang hidup (life span), yakni pada perubahan

3 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal 11-12.
7

perkembangan yang terjadi selama rentang kehidupan, mulai dari konsepsi


hingga meninggal. Sehubungan dengan hal ini, Baltes,, Linderberger dan
Staudinger menulis: Life-span development psychology deals with the study
of individual development (ontogenesis) from conception into old age. A core
assumption of life-span development psychology is that development is not
completed at adultthood (maturity). Rather, the basic premise of life-span
developmental psychology is that ontogenesis extends acros the entire life
course and that lifelong adaptive processes are involved. A further premise is
that the concept of development can be used to organize the evidance about
lifelong adaptive processes, although it is necessary to reformulate the
traditional concept of development for this purpose (Baltes, Linderberger,
dan Studinger, 1998:1029)
Secara sederhana Chaplin (2002) mengartikan rentang hidup (life-
span) sebagai kehidupan organisme secara individu sejak lahir sampai mati.
Lerner dan Hultsch (1983) menjelaskan pandangan rentang-hidup dari
perkembangan manusia sebagai: “The life-span view of human development
attempts to discribe, explain, and optimize intraindividual change in behavior
and interindividual differences in such change across the life-span, that is,
from conception to death.”
Jadi, yang dimaksud dengan pendekatan rentang-hidup adalah suatu
pendekatan dalam psikologi perkembangan yang berusaha menggambarkan,
menjelaskan dan memodifikasi perubahan intraindividual dalam tingkah laku
dan perbedaan-perbedaan interindividual dalam masing-masing perubahan
lintas waktu sepanjang hidup, yaitu dari konsepsi hingga mati. Istilah
“perubahan intraindividual” (intraindividual change) merujuk pada
perbedaan tingkah laku yang sama dalam diri individu pada waktu yang
berbeda. Sedangkan “perbedaan interindividual” (interindividual differences)
marujuk pada perbedaan-perbedaan tingkah laku antara individu-individu
pada suatu waktu (Baltes, Reese & Nesselroade, 1988).4

4 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal 24-25
8

Pembagian rentang kehidupan ke dalam sejumlah periode merupakan


suatu konstruksi sisoal (Papalia dkk, 2009). Artinya, pembagian tersebut
dibuat oleh suatu budaya atau masyarakat tertentu. Hal itu dapat dilihat dari
adanya berbagai pembagian rentang kehidupan dari waktu ke waktu dan dari
budaya ke budaya. Sebagai contoh, pada jaman dahulu, anak-anak dilihat dan
diperalakukan seperti orang dewasa mini (Aries dalam Papalia dkk, 2009).
Sampai awal abad ke-20, anak-anak muda di Amerika masih dipandang
sebagai anak-anak sampai mereka menyelesaikan sekolahnya, menikah, atau
bekerja. Dalam beberapa masyarakat pra-industri, seperti Chippewa Indian,
konsep remaja tidak pernah ada. Mereka hanya mempunyai dua periode dari
masa kanak-kanak, yaitu dari lahir hingga anak dapat berjalan dan dari
berjalan hingga mencapai pubertas. Apa yang digambarkan sebagai remaja
oleh masyarakat tertentu merupakan bagian dari masa dewasa (Broude dalam
Papalia dkk, 2009). Lain halnya pada masyarakat Gusii di Kenya, mereka
tidak mengenal adanya konsep usia paruh baya (Papalia dkk, 2009). Di
Indonesia pembagian secara formal sejauh ini tampaknya juga belum ada.
Hanya saja kita mengenal adanya beberapa istilah yang menggambarkan
rentang usia tertentu, seperti batita, balita, ABG (Anak Baru Gede), dan
lansia.
Dalam masyarakat Barat, periode rentang kehidupan dibagi ke dalam
delapan periode (Papalia dkk, 2009), yang meliputi periode pranatal, bayi dan
toddler, kanak-kanak awal, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa
madya, dan dewasa akhir. Berikut adalah rinciannya:
1. Periode Pranatal: dari konsepsi hingga lahir. Periode ini berlangsung
kurang lebih sembilan bulan di dalam kandungan. Pada periode ini,
perkembangan berlangsung paling cepat, diawali dari satu sel organisme
hingga berkembang menjadi janin dengan kapasitas-kapasitas yang
penting untuk menyesuaikan diri dengan dunia di sekitarnya.
2. Periode bayi dan toddler: dari lahir hingga usia 18-24 bulan. Periode bayi
adalah masa ketika seseorang tergantung secara ekstrim pada orang
dewasa untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makanan, pakaian,
9

tempat tinggal, dan afeksi. Pada masa ini ikatan yang erat dengan orang
lain terbentuk pertama kali. Periode bayi berlangsung kurang lebih selama
satu tahun pertama kehidupan. Masa selanjutnya, disebut sebagai rentang
periode toddler. Pada periode ini, seorang anak mulai mengembangkan
otonomi sejalan dengan kemampuannya.untuk berbicara dan melakukan
mobilitas. Bagaimanapun mereka tetap membutuhkan orang tua dan
pengasuh untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi mereka dalam
melakukan berbagai hal.
3. Periode kanak-kanak awal: berlangsung sekitar usia 2 hingga 6 tahun.
Periode kanak kanak awal sering pula disebut sebagai periode prasekolah.
Pada periode ini tubuh menjadi lebih panjang dan lebih ramping.
Ketrampilan motorik juga menjadi lebih baik. Anak-anak pada periode ini
lebih mampu mengontrol diri dan mengurus dirinya sendiri. Mereka juga
mengembangkan keterampilan kesiapan sekolah (seperti kemampuan
mengikuti instruksi, mengenal huruf), dan menghabiskan banyak
waktunya untuk bermain bersama teman. Hal tersebut didukung pula oleh
perkembangan berpikir dan bahasa yang luar biasa pada masa ini.
4. Periode usia sekolah: berlangsung sekitar usia 6 hingga 11 tahun. Pada
periode ini anak-anak belajar tentang lingkungan yang lebih luas dan
menguasai tanggung jawab baru yang menyerupai tanggung jawab orang
dewasa. Keutamaan periode ini adalah meningkatnya kemampuan atletik,
partisipasi dalam permainan yang memiliki aturan, proses berpikir yang
lebih logis, penguasaan keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung serta kemajuan dalam pemahaman diri, moralitas, dan hubungan
persahabatan.
5. Periode remaja: berlangsung sekitar usia 11 hingga 18 tahu. Periode ini
mengawali transisi ke masa dewasa. Pubertas mengarah pada ukuran tubuh
orang dewasa dan kematangan seksual. Perubahan fisik berlangsung pesat.
Berpikir menjadi lebih abstrak dan idealis. Sekolah mengarah pada
persiapan pendidikan di bangku kuliah dan dunia kerja. Remaja juga mulai
membangun kemandirian dari keluarga dan mulai menetapkan nilai-nilai
10

dan tujuan pribadi. Tugas perkembangan utama pada masa ini adalah
pencapaian identitas.5
6. Periode dewasa awal sering juga disebut Early Adulthood (18 tahun – 40
tahun). Perkataan “adulthood” berasal dari kata kerja “adultus” yang
berarti “tumbuh dan mencapai ukuran serta kekuatan yang penuh”, dengan
perkataan lain, menjadi matang. Oleh karena itu orang dewasa adalah
individu-individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima statusnya di lingkungan sosial bersama-sama orang-orang
dewasa lainnya. Pada tahap ini, individu mulai melakukan pilihan-pilihan
6
dalam kehidupan. Kepribadian, keterampilan dan peluang ikut
mempengaruhi keutusan atau pilihan setiap individu. Tugas perkembangan
seorang individu pada tahap dewasa awal tidak hanya fokus pada pilihan
pekerjaan melainkan terhadap aturan hidup mandiri dan pemilihan
pasangan.7
7. Periode Usia Madya (Middle Age) (40 tahun sampai 60 tahun). Periode ini
di tandai dengan munculnya perubahan-perubahan jasmaniah / fisik dan
mental, demikian pula di akhiri dengan hal-hal tersebut. Pada usia 60
tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan / tenaga yang sering di ikuti
dengan berkurangnya kewaspadaan mental .8 Secara fisiologis, pada tahap
ini penurunan fungsi fisiologis menjadi lebih jelas dibandingkan pada
tahap dewasa awal. Fungsi penglihatan dan pendengaran menurun,
produksi hormon dan fungsi seksul pun menurun. Pada wanita, di usia ini
sudah mengalami menopause. Secara kesehatan, pada usia ini manusia
banyak mengalami gagguan kesehatan dan penyakit kronis seperti
penyakit jantung, hipertensi, arthritis, dan diabetes. Selain itu penelitian
menunjukkan bahwa puncak peningkatan kejadian kanker dapat dialami

5 Rini Hildayani, dkk, Psikologi Perkembangan Anak, (Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka, 2014), Hal. 15-17
6 Miftahul Jannah, Rentang Kehidupan Manusia (Life Span Development) Dalam Islam, Vol. 3

No. 1, Maret 2017. Hal. 107-108


7 Gilang Susalit dan Heru Sunoto, Perspektif Tentang Rentang Kehidupan Manusia, (Sekolah

Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung, 2013), Hal. 15


8 Miftahul Jannah, Op. Cit., Hal. 109
11

manusia antara usia 45-65 tahun. Ketika fungsi psikologis cenderung


9
linear maka kesehatan melemah.
8. Periode Dewasa Akhir (Usia 60 Tahun sampai Meninggal). Periode
dewasa akhir di sebut juga masa tua. Meskipun batas antara masa dewasa
madya dan dewasa akhir ialah usia 60 tahun, namun banyak orang yang
berusia 60 tahun tidak menunjukkan segala-segala fisik maupun mental
dari ketuaan. Mungkin hal ini di sebabkan karena kondisi kehidupan yang
lebih baik, sehingga banyak dari kelompok ini baru memperlihatkan
gejala-gajala tua setelah mengijak usia 70 tahunan atau paling cepat pada
usia 65 tahun. Oleh karena itu ada kecendrungan untuk menetapkan usia
65 tahun sebagai batas awal periode usia tua/lanjut.10

Menurut Paul Baltes, (dalam Santrock, 1995), perspektif rentang


hidup mencakup tujuh kandungan dasar, yaitu, perkembangan adalah: (1)
seumur hidup. (2) multidimensional, (3) multidireksional, (4) plastis, (5)
melekat secara historis, (6) multidisiplin, dan (7) konstektual. Uraian dari
ketujuh ciri perspektif rentang hidup tersebut adalah sebagai berikut:

Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong). Artinya, tidak ada


periode usia yang mendominasi perkembangan. Para penelliti semakin
mempelajari pengalaman dan orientasi psikologi orang dewasa pada saat yang
berbeda dalam perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan
dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus
kehidupan.

Perkembangan adalah multidimensional. Perkembangan terdiri atas


dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi, misalnya
intelegensi, terdapat banyak komponen, seperti intelegensi abstrak,
intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan sebagainya.

9 Gilang Susalit dan Heru Sunoto, Perspektif Tentang Rentang Kehidupan Manusia (Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung, 2013), Hal. 18
10 Miftahul Jannah, Rentang Kehidupan Manusia (Life Span Development) Dalam Islam” Vol.

3 No. 1, Maret 2017. Hal. 111


12

Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa komponen dari


suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementaea komponen
lain menurun. Misalnya orang dewasa tua dapat semakin aktif karena mampu
menjadikan pengalaman hidupnya sebagai panduan dalam pengambilan
keputusan intelektual. Akan tetapi dalam melaksanakan tugas-tugas
berdasarkan kecepatan memproses informasi, mereka terlihat lebih buruk.

Perkembangan adalah lentur (plastis). Bergantung pada kondisi


kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil jalan kecil. Suatu
agenda penelitian perkembangan kunci adalah pencarian akan kelenturan dan
hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan
bahwa kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui
pelatihan.

Perkembangan adalah melekat secara historis (historically embedded),


yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejahteraan. Pengalaman orang-
orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (great
depression) sangat berbeda dengan pengalaman orang-orang yang berusia 40
tahun yang hidup pada penghujung Perang Dunia II yang optimistik.
Orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada 1990-an sangat
berbeda dengan orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada
1950-an.

Perkembangan adalah dipelajari oleh sejumlah disiplin


(multidisciplines). Para pakar psikologi, sosiologi, antropologi, neurosains,
dan peneliti kesehatan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan
berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang rentang
hidup.

Perkembangan adalah kontekstual. Artinya, dalam pandangan ini


individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang
sedang berubah pula. Individu secara terus-menerus merespons dan bertindak
berdasarkan konteks sosial, historis, dan kebudayaan seseorang. Menurut
13

Baltes, 1987 (dalam Santrock, 1995), pandangan kontekstual memahami


perkembangan sebagai hasil interaksi antara tiga sistem, yaitu:

Pertama, pengaruh tingkat usia normatif (normative age-fraded


influences) adalah pengaruh biologis dan lingkungan yang sama bagi orang-
orang dalam suatu kelompok usia tertentu. Pengaruh ini meliputi rposes-
proses biologis (seperti pubertas dan menopause), dan dampaknya yang
meliputi proses-proses sosiokultural dan lingkungan, seperti ketika masuk ke
dalam pendidikan formal biasanya pada usia 6 tahun dan pensiun (biasanya
pada usia 50-an dan 60-an tahun).

Keduan, pengaruh tingkat sejarah normatif (normative history-graded


influences) adalah pengaruh biologis dan lingkungan yang diasosiasikan
dengan sejarah. Pengaruh ini lazim bagi orang-orang dari suatu generasi
tertentu. Pengaruh tingkat sejarah normatif meliputi perubahan-perubahan
ekonomis, perang, perubahan peran kaum perempuan, revolusi komputer,
serta revolusi dan perubahan politik.

Ketiga, pengaruh peristiwa-peristiwa kehidupan nonnormatif (non-


normative life event) adalah peristiwa yang tidak biasa, tetapi memiliki
pengaruh penting bagi kehidupan individu. Peristiwa, pola, dan urutan
peristiwa ini tidak berlaku bagi banyak individu. Peristiwa ini tidak mengikuti
suatu rangkaian yang umum dan dapat diramalkan. Peristiwa semacam ini
dapat berupa kematian orang tua ketika anak masih kecil, kehamilan pada
awal masa remaja, bencana (seperti ketika kebakaran menghancurkan rumah),
atau kecelakaan (seperti ketika tabrakan mobil yang serius). Peristiwa
kehidupan nonnormatif dapat juga meliputi peristiwa positif, seperti ketika
memenangkan undian atau ditawarkan peluang karir yang unik untuk hak-hak
istimewa. Suatu aspek yang penting dalam memahami peran peristiwa
kehidupan nonnormatif tersebut adalah bagaimana individu menyesuaikan
diri dengan peristiwa tersebut.

Perspektif rentag hidup memberikan banyak manfaat bagi


kesehatandan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Apalagi
14

dewasa ini tersedia banyak karir yang mencakup posisi-posisi yang


melibatkan penerapan pengetahuan tentang perspektif rentang hidup.
Misalnya, pengetahuan tentang perkembangan rentang hidup relevan dengan
konselor genetik dan pakar keluarga berencana, pakar kesehatan dan perawat,
guru Taman Kanak-kanak, pengawas kenakalan remaja, pekerja sosial dan
terapis, serta pakar gerontologi (Santrock, 1995).11

11 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal 25-27
BAB III
PRNUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
psikologi perkembangan adalah sebagai berikut:
1. Menemukan perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada usia yang
umum dan yang khas dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari
masing-masing periode perkembangan.
2. Menemukan kapan perubahan-perubahan itu terjadi.
3. Menemukan sebab-sebabnya.
4. Menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi perilaku.
5. Menemukan dapat atau tidaknya perubahan-perubahan itu diramalkan.
6. Menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau universal.
Sedangkan, pengetahuan tentang perkembangan manusia sangat
bermanfaat bagi kita dalam empat hal, yaitu:
1. Pengetahuan tentang perkembangan dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja.
2. Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam
memberikan respons yang tepat terhadap perilaku anak.
3. Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita mengenal kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
4. Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.

Dalam masyarakat Barat, periode rentang kehidupan dibagi ke dalam


delapan periode (Papalia dkk, 2009), yang meliputi periode pranatal, bayi dan
toddler, kanak-kanak awal, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa
madya, dan dewasa akhir.

Menurut Paul Baltes, (dalam Santrock, 1995), perspektif rentang


hidup mencakup tujuh kandungan dasar, yaitu, perkembangan adalah: (1)
seumur hidup. (2) multidimensional, (3) multidireksional, (4) plastis, (5)
melekat secara historis, (6) multidisiplin, dan (7) konstektual.

15
16

3.1 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung
jawabkan.
DATAR PUSTAKA

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Hildayani, Rini, dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Jannah, Miftahul. 2017. Rentang Kehidupan Manusia (Life Span Development)


Dalam Islam. International Journal of Child and Gender Studies. 3(1): 107-111

Susalit, Gilang dan Heru Sunoto. 2013. Perspektif Tentang Rentang Kehidupan
Manusia. Makalah. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung. Halaman
15-18

17

Anda mungkin juga menyukai