MAKALAH
diajukan untuk melengkapi persyaratan tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Imam Suseno, S.E, M.Pd.
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Evaluasi Pendidikan ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul: “Konstruksi Instrumen Evaluasi Pendidikan” ini ditulis
untuk memenuhi tugas semester tiga mata kuliah Evaluasi Pendidikan pada Fakultas
Pascasarjana, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Dr. Imam
Suseno, S.E, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pendidikan pada Fakultas
Pascasarjana, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan,
oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan
tangan terbuka serta sangat diharapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu konstruksi instrumen evaluasi pendidikan ?
2. Bagaimana konstruksi instrumen evaluasi pendidikan ?
1
2
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini dijabarkan dalam 3 (tiga) BAB dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
mekanisme dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan beberapa landasan teori mengenai Konstruksi Instrumen
Evaluasi Pendidikan.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran dari isi makalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendah nya validitas
instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Messick (1993) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari:
validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes;
validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih variabel
atau kriteria,
valitidas prediktif, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan
kemudian;
validitas serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan dua alat
ukur lainnya yang dilakukan secara serentak;
validitas konstruk, yaitu ketepatan konstruksi teoretis yang mendasari disusunnya
tes.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan
selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada
lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran
ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu. Tinggi rendahnya
reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien
reliabilitas.
3. Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas
pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh
subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada
pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan,
7
tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience
mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya
dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga
dapat di laksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya
yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan
“Proporsi”.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang
tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan
dinyatakan dengan Index Diskriminasi.
Konstruksi Instrument menurut Michael Suswanto adalah studi cara penyusunan alat
ukur psikologis (tes) secara ilmiah (sistematis, obyektif, dan standard).
Menurut Kasyadi dkk (2014) agar proses evaluasi hasil belajar dapat diadminitrasikan
dilaksanakan oleh seseorang penilai makan ada beberapa tahapan/langkah kegiatan yang perlu
dilakukan oleh seseorang penilai. Berikut ini penjelasan dari tahap prosedur evaluasi hasil
belajar.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini terdapat 3 kegiatan yang harus dilakukan evaluator :
Menetapkan pertimbangan dan keputusan yang dibutuhkan.
Menggambarkan informasi yang dibutuhkan dan,
Menetapkan informasi yang tersedia.
Menetapkan pertimbangan dan keputusan yang akan dibuat yakni suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang evaluator untuk mendeskripsikan pertimbangan dan
keputusan yang sekiranya akan dibuat dari hasil evaluasi.
Menggambarkan informasi yang dibutuhkan merupakan kegiatan yang berikutnya
dalam persiapan evaluasi hasil belajar, evaluator mendeskripsikan secara rinci segala
informasi yang dibutuhkan utuk mencapai tujuan/sasaran evaluasi hasil belajar.
Menetapkan informasi yang sudah tersedia pada sumber-sumber informasi yang
digunakan.
2. Penyusunan Instrument Evaluasi
Instrument evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan
digunakan, tergantung dari metode/teknik evaluasi yang dipakai. Prosedur yang perlu
ditempuh untuk menyusun alat penilaian tes :
a. Menentukan bentuk tes yang akan disusun yakni kegiatan yang dilaksanakan
evaluator untuk memilih dan menentukan bentuk tes yang akan disusun dan
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
b. Membuat kisi-kisi soal yaitu kegiatan yang dilaksanakan evaluator untuk membuat
suatu table yang memuat tentang perincian aspek isi dan aspek perilaku beserta
imbangan atau proporsi yang dikehendakinya.
9
c. Menulis butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat
kisi-kisi soal.
d. Menata soal yaitu kegiatan terakhir dari penyusunan alat penilaian tes yang harus
dilaksanakan oleh evaluator berupa pengelompokan soal berdasarkan bentuk soal
dan sekaligus melengkapi petunjuk pengerjaannya.
Menurut Ida Ayu Gde Yadnyawati (2019), dalam melakukan sutau tes perlu dilakukan
beberapa tahapan, tahapan pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan
penyiapan perangkat tes maka langkahnya adalah:
1. Menetapkan tujuan tes
Dalam menetapkan tujuan tes sangat berkaitan dengan maksud penggunaan tes. Tes
prestasi belajar dapat dibuat untuk berbagai tujuan. Oleh sebab itu perlu ditetapkan
terlebih dahulu penggunaan dari pada tes yang akan dikembangkan. Tujuan penggunaan
tes akan memberikan corak dan bentuk terhadap penyusunan butir soal, misalnya bila tes
itu dimaksudkan sebagai Ujian Akhir Nasional (UAN) maka butir soal harus disusun
mulai dari yang muda sampai kepada yang sukar.
2. Analisis Kurikulum
Isi bahan pengajaran yang disajikan di kelas senantiasa mengikuti kurikulum yang
berlaku. Pemahaman dan pendalaman akan kurikulum merupakan langkah pertama untuk
menyusun dan mengembangkan suatu perangkat tes yang baik. Dengan pemahaman dan
pendalaman akan kurikulum tersebut, maka indikator kemampuan atau ketrampilan yang
situntut untuk dikuasai subjek didik akan dapat dirumuskan dengan baik dan akan dapat
dituangkan pula dalam bentuk kisi-kisi.
Tes prestasi belajar adalah mengenai sejauh mana subjek didik menyerap atau
menguasai isi pelajaran, karena itu materi tes harus didasarkan pada kurikulum sebagai
patokan dalam kegiatan pembelajaran. Sudah barang tentuk tidak semua isi GBPP diambil
sebagai dasar penulisan butir soal atau bobot tiap pokok dan sub pokok bahasan dalam
GBPP tidak sama dalam penulisan butir soal. Sehingga analisis ini dilakukan guna dapat
menyusun seperangkat tes yang benar-benar representatif. Cara yang dapat digunakan
10
untuk memilih, dan menetapkan pokok dan sub pokok bahasan sebagai materi penulisan
butir soal adalah dengan menelusuri seluruh isi GBPP sambil menilai essensial tidaknya
suatu pokok atau sub pokok bahasan. Sesuai dengan tingkatan essensial pokok atau sub
pokok bahasan itulah ditetapkan pembobotan materi butir soal.
3. Analisis Buku Pelajaran
Analisis buku pelajaran disebut juga timbangan buku, yang berarti bahwa
penyusunan soal dapat juga menggunakan buku sumber (literatures), disamping buku
paket yang sudah ada, selama buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang
berlangsung dan buku-buku tersebut memang digunakan bersama oleh pendidik dan anak
didik secara keseluruhannya.
4. Menentukan Kisi-kisi
Yang dimaksud kisi-kisi adalah suatu format/matriks yang memuatkriteria tentang
butir-butir soal yang akan ditulis. Kisi-kisi digunakan sebagai desain atau rancangan
penulisan soal yang harus diikuti oleh penulis soal. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
agar perangkat tes yang akan disusun tidak menyimpang dari bahan/materi serta aspek tes
yang akan diukur dalam tes tersebut, atau dengan kata lain bertujuan untuk menjamin
validitas isi dan relevansinya dengan kemampuan siswa.
Kisi tes bentuk obyektif maupun uraian yang baik akan memenuhi beberapa
hal/persyaratan sebagai berikut:
a. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat
b. Memiliki sejumlah komponen yang jelas sehingga mudah difahami. Komponen-
komponen yang dimaksud adalah:
1. Standar kompetensi merupakan kompetensi secara umum yang ingin dicapai dari
pembelajaran yang diselenggarakan, yang telah tercantum pada Standar Isi.
2. Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran tersebut, yang terdapat
pada Standar Isi.
3. Uraian materi, merupakan uraian dari materi pokok, yang mengacu pada
kompetensi dasar.
4. Bahan kelas, di kelas mana tes ini akan diberikan.
11
Pedoman Penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian, agar
subjektifitas korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang
menjelaskan tentang : batasan atatu kata – kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap
soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada
soal bentuk uraian bentuk non-objektif.
Pedoman pemberaian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah
perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.
a) Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
13
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada koreksi terhadap
jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan
1. Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yanga dijawab
benar, sehingga jumlah skor yang diproleh siswa adalah banyaknya butir yang
dijawab benar.
𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100
𝑁
Ket : B adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N adalah banyaknya butir soal
20
𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100 = 50
40
𝑆
𝑆𝑘𝑜𝑟 = [(𝐵 − ) /𝑁] × 100
𝑃−1
Contoh:
Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir,
dan banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20, yang
14
dijawab salah ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh adalah:
12
𝑆𝑘𝑜𝑟 = [(20 − ) /40] × 100 = 40
4−1
Pedoman penskoran :
Langkah Kunsi Jawaban Skor
1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 Cm x 80 Cm x 75 Cm 1
3 = 900000 Cm3 1
4 Isi bak mandi dalam liter: 1
900000
= 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
1000
= 900 liter
5 1
Skor maksimum 5
Pedoman penskoran
Jawaban boleh bermacam – macam namun pada pokok jawaban tadi dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
Kriteria jawaban Rentang skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0-2
Indonesia
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0-2
indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll).
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman 0-2
budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0-2
masyarakat Indonesia
Skor maksimum 8
maupun non objektif mempunyai skor mentah maksimum sendiri. Skor mentah
maksimum suatu butir soal uraian tidak ada hubungannya dengan bobot soal tersebut.
Dengan demikian, suatu soal dengan skor mentah maksimum 6, misalnya, dapat
mempunyai bobot yang sama dengan skor mentah maksimum, dapat pula lebih
rendah atau lebih tinggi daripada skor mentah maksimumnya.
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan
dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah
maksimumnya kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai
untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :
𝑎
𝑆𝐵𝑆 = × 𝑐
𝑐
Setelah diperoleh skor setiap soal (SBSS) maka dapat dihitung total skor butir
soal bebagi skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes yang
bersangkutan, dengan menggunakan rumus :
SBS SBS
Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam penghitungan
skor total siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak terdapat perbedaan antara soal
uraian objektif dan soal uraian non-objektif.
Misalkan suatu bilnganh terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan,
dan 4 buah bentuk soal uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 15 dan dijawab
salah 4, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila
bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60. Maka skor yang diperoleh
18
7) Skor inventori.
8) Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Konstruksi instrument evaluasi pendidikan merupakan studi cara penyusunan alat ukur
psikologis (tes) secara ilmiah (sistematis, obyektif, dan standard) guna untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Tujuan Konstruksi Instumen Evaluasi:
Menentukan status siswa, tentang pencapaian dan kemajuan hasil belajar siswa,
sehingga dapat digunakan sebagai parameter mengembangkan kemampuan siswa ke
tingkat yang lebih tinggi.
Menggolongkan siswa kedalam kelompok yang sama berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Memilih siswa atau mahasiswa yang memiliki keunggulan atau melakukan seleksi
terhadap siswa karena kuota yang terbatas.
Meneliti kekuatan dan kelemahan individu sehingga program yang tepat dapat
dikembangkan.
Memotivasi siswa bekerja lebih giat di dalam dan di luar kelas.
Mempertahankan individu, kelompok dengan program yang terstandar.
Menilai efektivitas guru dalam mengajar, sesuai isi kurikulum dengan menggunakan
metode mengajar tertentu.
Memberikan pengalaman pendidikan bagi guru dan siswa melalui pengambilan dan
penyusunan instrumen tes.
Mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai pelaksana penilaian di sekolah seperti
pengembangan norma-norma.
Membandingkan program lokal dengan standar tertentu yang telah diterima dalam
sekala luas.
3. Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
antara lain: Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Praktikabilitas, Ekonomis, Taraf
Kesukaran, dan Daya Pembeda
20
21
4. Agar proses evaluasi hasil belajar dapat diadminitrasikan dilaksanakan oleh seseorang
penilai makan ada beberapa tahapan/langkah kegiatan yang perlu dilakukan oleh seseorang
penilai yaitu persiapan dan penyusunan instrument evaluasi
5. Untuk menyusun evaluasi tes, langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah
menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran, dan menentukan kisi-
kisi
B. Saran
Diharapkan para pendidik atau para calon pendidik dapat memahami betapa
pentingnya konstruksi instrument evaluasi pendidikan karena dapat mengetahui
kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sudijono,Anas, 2009, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)
Widoyoko,S. Eko Putra, 2009, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar:)