Anda di halaman 1dari 19

Telaah Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti Tingkat SMP

Disusun Oleh Kelompok 3 : Muhammad Zulkhair Dan Irvan

Abstrak

Kurikulum1 merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk


mewujudkan proses berkembangannya kualitas potensi peserta didik .
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang
dihadapi, baik tantangan intrernal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal
anatara lain standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar
pendidik, tenaga kependidikkan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan
standar kompetensi lulusan. Sedangkan tantangan eksternal yang dihadapi dunia
pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang
diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, dan perkembangan pengetahuan.

Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena


mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai
kompetensi. Kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan.

Evaluasi dan penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapain kompetensi. penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.

Oleh sebab itu, penulis membuat makalah ini ingin membahas tentang “ Desain
dan Struktur Kurikulum” adalah hasil dari sebuah proses pengaitan tujuan
pendidikan dengan pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum.

1 . Zainal, arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan


umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu
pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu factor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan
keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan
ilmu dan teknologi.

Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi di dunia globalisasi maka perlu juga peningkatan pendidikan islam
(agama) agar kita selaku umat islam senantiasa berada pada jalan yang diridhoi
Allah SWT. serta tidak terpengaruh oleh budaya dan gaya hidup orang-orang
barat yang secara terang-terangan sudah mewabah kepada penduduk islam dunia
khususnya di Indonesia.

Sekolah merupakan sarana dan tempat menuntut ilmu bagi para peserta
didik, juga tempat memperkaya dan memperluas keilmuan peserta didik.
Pendidikan di Indonesia dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan
sekolah yang semakin lama semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya
untuk menjadi manusia yang berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon
guru harus mampu menggunakan segala kemampuan kita, sehingga peserta didik
bisa menyerap ilmu kita dengan baik. Jadi kita sebagai calon guru harus
profesional dalam sebagai hal ini misalnya metode yang digunakan harus baik,
sesuai dengan materi yang kita ajarkan, strateginya juga harus sesuai,yang penting
dan perlu di miliki oleh seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang
mempunyai banyak problem yang berbeda- beda terutama di tingkatan SMP.

Kedudukan tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan


tingkat SMP, dimana mereka berusia antara 15-18 tahun yang hampir disepakati
para ahli jiwa kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan situasi dan
kondisi sosial dan emosionalnya yang belum stabil, sementara tuntutan yang akan
dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan tinggi atau dunia
kerja/masyarakat.
Olehnya itu, Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta
didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika
pendidikan agama disekolah pasti banyak sekali problem- problem itu. Untuk
mengetahui problem apa sajakah yang ada hubungan nya dengan peserta didik
beserta solusinya , kita akan membahas secara detail pada bahasan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tadi, maka adapun rumusan masalah yang dapat
di rangkum yaitu:

1. Bagaimana pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SMP pada bidang


studi Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimana kendala yang dihadapi di dalam pembelajaran PAI tingkat SMP.?

3. Bagaimana solusi yang ditawarkan dalam mengatasi kendala tersebut.?

C. PEMBAHASAN

1. Pengenalan Pengembangan Kurikulum dan Metode Pembelajaran PAI di


Sekolah Menengah Pertama

1. 2Kurikulum Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SMP


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah bagian integral paripada pendidikan
nasional sebagai suatu keseluruhan. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam
penjelasaannya dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk
mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama

b.Tujuan dan fungsi;


Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia.
Berikut dikemukakan beberapa pendapat tokoh pendidikan Islam :

2.http://peta-ilmu.blogspot.co.id/2011/03/makalah-kurikulum-pendidikan-agama.html
1) Al-Attas, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia baik.

2) Al-Abrasyi, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk


membentuk manusia yang berakhlak mulia..

3) Marimba, mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk


manusia yang berkepribadian muslim.

4) Ashraf, secara rinci menjelaskan tujuan akhir pendidikan Islam adalah : (1)
Pembinaan akhlak; (2) Menyiapkan anak didk untuk hidup di dunia dan akhirat;
(3) Penguasaan ilmu; (4)Ketrampilan bekerja dalam masyarakat.

Sedangkan fungsi pengajaran agama Islam adalah untuk menanamkan


keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta membiasakan siswa berakhlak
mulia. Menurut Daradjat,[1] bahwa fungsi pendidikan agama Islam yaitu :
1) Menanamtumbuhkan rasa keiman yang kuat
2) Menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal
ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia
3) Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai
anugrah Allah swt.
Dengan demikian pendidikan agama di sekolah adalah sebagai salah satu
bentuk untuk mengmbangkan kemampuan siswa dalam meningkatkan
pemahaman keagamaan, yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Allah swt serta kemuliaan akhlak.

c. Ruang lingkup;
3
Pengajaran agama Islam diberikan pada sekolah umum dan sekolah
agama (madrasah), baik negeri atau swasta. Seluruh pengajaran yang diberikan di
sekolah/madarasah diorganisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok mata
pelajaran yang disebut bidang studi (broadfields) dan dilaksanakan melalui sistem
kelas
Dalam struktur program sekolah umum, pengajaran agama Islam meliputi tujuh
unsur, yaitu:

1) Al-Qur'an
2) Hadits
3) Keimanan
4) Akhlak
5) Bimbingan ibadah

3.http://peta-ilmu.blogspot.co.id/2011/03/makalah-kurikulum-pendidikan-agama.html
6) Syariah/fiqh
7) Sejarah islam
Hal tersebut merupakan perwujudan dari keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, diri sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya maupun lingkungannya.
d. Analisis kurikulum

Kurikulum pendidikan agama Islam berarti seperangkat rencana kegiatan


dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran PAI serta cara yang digunakan
dan segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru agama untuk membantu siswa
dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dan atau
menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.
4
Menganalisis isi kurikulum PAI khususnya pendidikan agama Islam di tingkat
SMP yang tercantum dalam GBPP 1994 terdapat beberapa kritik antara lain

1) GBPP PAI terlalu pada misi, ini terlihat dari sejumlah fungsi dan tujuan yang
diharapkan siswa setelah belajar PAI;

2) Padat materi yaitu materi PAI yang terdiri dari tujuh unsur poko yakni
keimanan, ibadah, quran, akhlak, muamalah, syariah dan tarikh yang diajarkan
secara terpisah menyebabkan materinya padat, sementara alokasi waktunya
terbatas;

3) Berorientasi kuat pada domain kognitif ini terutama dilihat dari segi tujuan
setiap pokok bahasan serta alat evaluasi yang digunakan.

Sedangkan pada proses pelaksanaan kurikulum PAI terlihat ada


kesenjangan antara konsep kurikulum dengan pelaksanaan kurikulum PAI 1994,
ini terlihat pada tujuan umum PAI yang lebih bererientasi pada pengembangan
sikap dan kemampuan keberagamaan, tetapi dalam pelaksanaannya lebih
menekankan pada aspek kognitif, yakni pembelajaran lebih bersifat verbalistis dan
formalistis; metodologi pembelajaran masih bersifat konvesnsional; Pendekatan
PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konsteks sosial budaya sehingga
siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam
keseharian; Sistem evaluasi, bentuk soal ujian agama Islam menunjukkan prioritas
pada kognitif, dan jarang pertanyaannya mempunyai bobot nilai dan makna
spiritual keagamaan yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

4.http://asriridha10.blogspot.com/2018/05/telaahkurikulum-pendidikan-agama-islam.html
Secara rinci kelemahan kurikulum PAI adalah :

1) Pendidikan agama Islam (PAI) lebih terkonsentrasi pada persoalan-persoalan


teoritis keagamaan yang bersifat amalan ibadah praktis kognitif, dan masih kurang
pada usaha mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna
dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa.

2) Metogologi PAI tidak berubah; konvensional, tradisonal dan monoton.

3) Pembelajaran PAI bersifat menyendiri, kurang berinteraksi dengan yang lain.

4) Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konteks social


budaya.
5
Kurikulum SMP 2004 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sebagai jawaban pemerintah atas berbagai permasalahan
pendidikan nasional, yaitu kualitas keluaran pendidikan, desentralisasi atau
keunggulan daerah dan sekolah. KBK yang sekarang masih diuji cobakan, pada
prinsipnya lebih memberikan kesempatan kepada sekolah dan guru secara leluasa
untuk melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Kesempatan itu semestinya
dipergunakan guru agama Islam secara proaktif dengan melakukan antara lain:

1) Mendudukan GBPP sebagai ancer-ancer, bukan pedoman yang baku, sehingga


berimplikasi pada keberanian guru PAI untuk melakukan analisis materi, tugas
dan jenjang belajar secara konstekstual.

2) Melakukan seleksi materi, mana yang perlu diberikan di dalam kelas atau
sekolah lewat kegiatan intra dan ekstra kurikuler, mana yang dilakukan di luar
sekolah untuk diserahkan kepada keluarga dan atau masyarakat melalui
pembinaan secara terpadu.

3) Mampu menggerakkan guru-guru lain (teman sejawat) untuk berpartisipasi


aktif dalam membina pendidikan agama di sekolah, sehingga tercipta suasana
religius.

4) Selalu mencari model-model pembelajaran PAI atau mengembangkan


metodologi PAI secara konstekstual yang dapat menyentuh aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.

5) Berusaha melakukan rekayasa fisik, psikis, sosial dan spiritual dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran PAI di sekolah.

5. http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009/05/desain-kurikulum-pai.html
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang
memperhatikan pola pembelajaran tertentu, hal tersebut sesuai dengan pendapat
Briggs, bahwa model adalah seperangkat prosedur dan berurutan untuk
mewujudkan suatu proses. Dengan demikian pengertian model pembelajaran
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan pebelajaran pada hakekatnya adalah
merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, naik
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat
diterima, dipahami dan disepakati oleh-oleh pihak-pihak yang terkait dalam
proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil,
proses atau fungsi.

Mekanisme pembelajaran secara umum, meliputi :

1).Tahap persiapan; persiapan proses pembelajaran yang menyangkut penyusunan


desain (rancangan) kegiatan belajar mengajar yang akan diselenggarakan, di
dalamnya meliputi tujuan, metode, media, sumber, evaluasi dan kegiatan belajar
siswa.

2).Tahap pelaksanaan; pelaksanaan proses pembelajaran menggambarkan


dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat dinamis oleh guru.

3).Tahap evaluasi; evaluasi merupakan laporan dari proses pembelajaran,


khususnya laporan tentang kemajuan dan prestasi belajar siswa.

4).Tahap refleksi; tindak lanjut dalam proses pembelajaran dapat dipilah menjadi
dua hal, yakni promosi dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk
melangkah dan peningkatan lebih lanjut atas keberhasilan siswa. Rehabilitasi
adalah perbaikan atas kekuarangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-jenis model

Berdasarkan kajian teoritis yang penulis lakukan terhadap beberapa model


pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
pendidikan agama Islam, diantaranya :

1) Model Classroom Meeting;

Tokoh model ini adalah William Glasser. Menurut Glasser bahwa sekolah
umumnya berhasil membina prilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya
sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi. Kehangatan antar
pribadi bermanfaat bagi keberhasilan belajar, agar sekolah dapat membina
kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan :

a) Guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam;

b) Guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak perilaku
yang tidak bertanggung jawab;

c) Siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik.

Model pertemuan tatap muka merupakan salah satu model yang


bermanfaat bagi pembinaan kehangatan hubungan antar pribadi. Model pertemuan
tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan :

a) Pemahaman diri sendiri;

b) Rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok

Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif.


Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi,
karena lebih berorientasi pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan
pada proses tetapi juga menekankan pada penguasaan materi, sehingga materi
perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati serta diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

2) Model Coopetarive Learning

Model ini dikembangkan salah satunya oleh Robert E. Slavin. Model ini
membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, dimana satu kelompok terdiri
dari 4 atau 5 orang. Model ini akan membuka suasana belajar yang berkembang,
merangsang dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Model ini menawarkan adanya keaktifan dan ketertiban siswa dalam


proses pembelajaran. Kelemahan model ini lebih karena terfokus bagaimana
mengaktifkan siswa dan mampu bekerjasama, tetapi tidak membahas materi
pembelajaran sehingga organisasi materi tidak menjadi perhatian, masih
mengutamakan penguasaan materi secara terpisah-pisah, dengan demikian
pembelajaran belum dapat memberikan makna bagi peserta belajar. Di samping
itu pembelajaran dengan materi yang terpisah-pisah tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan secara utuh.
Sementara pembelajaran PAI menghendaki keutuhan pemahaman dan
kemampuan serta yang dapat memberikan makna sehingga timbul kesadaran dan
motivasi untuk mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

3) Model Integrated Learning

Model pembelajarn terpadu pada hakkekatnya merupakan suatu sistem


pembelajaran dengan menyajikan bahan pelajaran dalm bentuk keseluruhan dan
meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran/sub mata pelajaran.

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa baik individual maupun


kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, dan otentik

Menurut Su'ud, bahwa implementasi kurikulum terpadu merupakan


wahana yang efektif dalam membantu peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang secara alami sebagai individu yang utuh dalam konsteks kehidupan
sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran terpadu, dimaksudkan agar pengorganisasian


bahan kajian secara tematis, dengan menganut azas kesederhanaan, kebermaknaan
dalam komunikatif, kewajaran konsteks, keluwesan (sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan setempat), keterpaduan, serta kesinambungan berbagai ketrampilan
hidup. Dengan prinsip pengorganisasian pembelajaran yang bermakna, otentik,
holistik, komunikatif, wajar dan luwes memungkinkan peserta didik lebih
termotivasi untuk aktif menguasai, memahami dan mengahayati.

Rancangan pembelajarn terpadu secara ekspilisit merumuskan tujuan


pembelajaran. Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung
dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut. Pada dampak pengiring umumnya
akan membuahkan perubahan dalam perkembangan sikap dan kemampuan
berfikir logis, kreatif, prediktif dan imajinatif.

1) Pengertian pembelajaran terpadu

Hakikat pembelajarn terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang


memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik
atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus
proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pkok bahasan secara
serempak di bahas. Konsep tersebut sesuai dengan beberapa tokoh yang
mengemukakan tentang model pembelajaran terpadu.
Depdikbud mengemukakan bahwa Model pembelajaran terpadu pada
hakekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa,
baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik.

Pembelajaran terpadu salah satu daintaranya yaitu memadukan pokok


bahasan atau sub pokok bahasan antar bidang studi, atau yang disebut juga lintas
kurikulum, atau lintas bidang studi Implementasi kurikulum terpadu merupakan
wahana yang efektif dalam membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang
secara alami sebagai individu yang utuh dalam konsteks kehidupan sehari-hari.

Kurikulum terpadu dapat diartikan sebagai suatu model yang dapat


memadukan materi dalam bahan pembelajaran Keterpaduan dalam suatu
pembelajaran dapat baik dalam satu rumpun bidang studi dan dapat juga
memadukan antar bidang studi penting untuk memadukan keseluruhan kurikulum.

2) Tipe pembelajaran terpadu

a.Model fragmented; model ini adalah penyusunan kurikulum tradisional


berdasarkan ilmu-ilmu yang berbeda dan terpisah. Dalam kurikulum standar, mata
pelajaran diajarkan secara terpisah, dengan tidak ada usaha untuk menghubungkan
atau mengintegrasikannya. Setiap mata pelajaran dipandang sebagai satu kesatuan
yang murni, baik dalam kelompok disiplin ilmunya maupun pada disiplin ilmunya
sendiri.

b.Model Nested; model ini merupakan rancangan yang kaya yang digunakan oleh
guru-guru yang berpengalaman. Mereka tahu bagaimana memperoleh keuntungan
yang paling banyak dari suatu pelajaran atau setiap pelajaran. Tetapi dalam
pendekatan nested, perencanaan yang teliti diperlukan untuk menyusun sasaran-
sasaran yang multi. Pada model ini integrasi dimaksudkan untuk menggabungkan
sejumlah tujuan-tujuan pemebelajaran dan pengalaman belajar serta ketrampilan
sejenis dalam suatu unit pelajaran.

c.Model Sequenced; dengan keterbatasan artikulasi jarak lintas disiplin-disiplin


(mata pelajaran) guru dapat menyusun kembali topik-topik agar unit-unit yang
serupa tepat dengan yang lainnya. Dua mata pelajaran (disiplin ilmu) yang
berhubungan dapat dirangkaikan sehingga isi keduanya diajarkan secara
bersamaan. Dengan rangkaian perintah di dalam topik yang diajarkan,
mempertinggi/meningkatkan aktivitas lainnya. Secara essensial, satu bidang
studi/pokok bahasan memuat materi pelajaran bidang studi lainnya, begitu pula
sebaliknya.
2. Kendala yang di Hadapi
1. 6Problematika Pendidikan Agama disekolah
Pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika
pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif
atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana siswa didik
mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan
mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis
bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri.
Tujuan pendidikan adalah untuk menggarap realitas manusia, dan karena itu
secara metodologis bertumpu pada prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni
prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi
simultan lainnya secara terus-menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan
hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas.

Sehubungan dengan hal di atas, cara berpikir kita sepertinya harus diubah. Hal ini
mengingat bahwa pendidikan itu penting. Oleh karena perubahan zaman yang
makin modern maka kurikulum juga harus dapat beradaptasi dengan perubahan
itu sendiri.

Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah seperti
diuraikan berikut :

a. Masalah peserta didik.

Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang
kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga
yang taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat
beragama, dan bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan
agama. Bagi anak didik yang berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak
peduli sama sekali terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak,
maka anak didik tidak akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi
mereka menganggap remeh pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya,
kendatipun demikian, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik
seperti; minat belajar, keluarga, lingkungan, dan lain sebagainya.

b. Masalah lingkungan belajar.

6.http://kartika-d.blogspot.co.id/2012/10/problematika-kurikulum-pendidikan-agama_2997.html
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang tidak dicegah
kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan
belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan kependidikan serta stekholder setiap
lembaga pendidikan.

Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi
minat belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan kekhawatiran para orangtua
siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya
kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari.

c. Masalah Kompetensi Guru.

Pada dasarnya guru adalah tenaga pengajar sekaligus tenaga pendidik profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan latihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Sesuai UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2. 

Dalam perspektif pendidikan Agama Islam di Sekolah, guru seringkali mengalami


kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran Islam di sekolah. Hal ini semata-
mata disebabkan karena guru tidak memiliki kompetensi yang matang, serta juga
tidak didukung oleh penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama
dan ilmu umum oleh guru-guru bidang studi lainnya.

d. Masalah Metode.

Metode adalah cara atau strategi bahkan juga pendekatan yang dikuasai pendidik
untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga sasaran yang
diharapkan dapat tercapai. Banyak sekali metode pendidikan yang dapat
dilakukan atau diterapkan dalam menyampaikan pembelajaran pendidikan agama.
Tetapi sangat disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak
menguasai berbagai metode pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai
dalam menyajikan pelajaran pendidikan agama. Agar pendidikan agama dapat
mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka setiap guru agama harus mengetahui
dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan pendekatan.

Namun pada kenyataannya, pelajaran pendidikan agama di sekolah masih


dominan menggunakan metode ceramah. Guru juga harus kreatif mengaplikasikan
materi pendidikan agama sesuai dengan situasi murid. Gaya bercerita, diskusi,
problem-solving (pemecahan masalah), dan simulasi adalah alternatif positif yang
dapat dimasukkan dalam metode yang tepat untuk pembelajaran agama.
Dalam hal ini, menurut Seyyed Hossein Nasr bahwa guru bukan sekedar menjadi
penyampai ilmu (mu’allim), akan tetapi lebih dititikberatkan sebagai murobbi
untuk melatih jiwa dan kepribadian, murobbi akan selalu mengawasi
perkembangan materi yang disampaikan dalam perkembangan akhlak siswa didik.
Perlunya kesadaran siswa didik sebagai khalifatullah fil ‘ardh akan membangun
semangat bahwa agama tidak sebatas ritual saja. Akan tetapi, akan membangun
toleransi, menjunjung kebenaran, dan keadilan. Dengan hal ini, agama berfungsi
sebagai media penyadaran.

Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi dalam pendidikan agama, yakni:

1) Sikap dan pengamalan diri hubungan siswa didik dengan Allah.


Apakah pendidikan agama mampu diterapkan oleh siswa didik untuk beribadah
kepada Allah.

2) Sikap dan pengamalan diri hubungan siswa didik dengan masyarakat. Dengan
mempelajari pelajaran agama diharapkan siswa mampu bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar.

3) Sikap dan pengamalan diri hubungan siswa didik dengan alam.


Untuk bisa berinteraksi serta memanfaatkan kekaayaan alam sesuai dengan
tuntunan agama.

Sehubungan dengan itu, guru harus mampu mengevaluasi peserta didiknya secara
terus-menerus, menyeluruh, dan ikhlas walaupun peran dan wewenangnya
terbatas dapat bermakna dalam membina dan membimbing generasi penerus
bangsa dari kegersangan rohani.

e. Masalah evaluasi.

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat penting.


Dengan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang
dilaksanakan. Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dapat mengukur segi
kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Kebanyakan evaluasi yang
dilakukan selama ini hanyalah mengukur kognitif siswa saja, sedang afektif dan
psikomotoriknya terabaikan. Hasil evaluasi kognitif tersebut dimasukkan ke
dalam raport siswa, maka kemungkinan akan terjadi penilaian yang kurang
obyektif.

Adakalanya siswa yang rajin beribadah lebih rendah nilainya daripada


siswa yang malas beribadah. Seharusnya kegiatan evaluasi disusun secara
sistematis dan lengkap oleh guru pendidikan agama Islam. Selain tes tulis, tes
lisan dan praktik yang dilakukan sebagai alat evaluasi, maka skala sikap
diperlukan untuk mengevaluasi sikap beragama peserta didik. Namun
kenyataannya masih banyak guru pendidikan agama Islam yang belum menguasai
teknik evaluasi pendidikan agama,Islam,secara,benar. Mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi guru agama dalam kegiatan Pendidikan Agama Islam pada
sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran


perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, baik pemerintah, tokoh pendidikan
serta masyarakat lainnya yang bergerak di bidang pendidikan. Lembaga
Pendidikan Tinggi yang mengelola fakultas ilmu keguruan dan pendidikan baik
lembaga pendidikan tinggi umum maupun lembaga pendidikan tinggi agama perlu
menyiapkan sebuah konsep kurikulum yang bertujuan menyiapkan tenaga
pendidik (guru) yang benar-benar siap pakai di semua jenjang pendidikan di
Indonesia.

Dewasa ini sangat hangat dibicarakan tentang profesionalisme guru atau


yang sering kita dengar dengan sertifikasi guru. Kebijakan pemerintah tentang
sertifikasi guru merupakan kebijakan fenomenal. Disatu sisi kebijakan tersebut
memberikan angin segar bagi para guru karena dengan itu guru menerima
penghasilan tambahan satu kali gaji pokok. Tetapi pada kenyataannya, guru yang
sudah lulus sertifikasi seringkali tidak melaksanakan tupoksinya secara baik dan
bertanggung jawab, sehingga bisa dikatakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut
menghabiskan anggaran negara yang begitu besar dan hasilnya tidak maksimal.

Kalaulah pendidikan tinggi dapat mengakomodir kebijakan pemerintah


dalam rangka menyiapkan tenaga pendidik profesional, yang dimulai dari seleksi
penerimaan mahasiswa baru, proses pendidikan sampai mahasiswa tersebut
menyelesaikan studinya benar- benar mengusai bidang-bidang pendidikan yang
ditekuninya. Pada akhirnya pendidikan tinggi pun dapat mengeluarkan dan
memberikan sertifikat mengajar profesional. Jadi beban pemerintah pun akan
berkurang dari segi pembiayaan.

1. Problematika Guru secara Umum

            Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Rendahnya penguasaan IPTEK

              Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK


menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan ancaman
sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya dan bangsa Indonesia pada
umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa depan.
b. Rendahnya kesejahteraan guru

              Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru
adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
secara memadai. Seringkali orientasi kerja guru dituntut hanya semata-mata
mengabdikan dirinya untuk kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan
dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan
memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan pikiran
guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya dari pada tuntutan
profesinya.

c. Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan


melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

        Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan
sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.

d. Rendahnya minat baca.

        Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan wawasan


keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia pendidikan sehingga guru
bisa memiliki tingkat intelektual yang matang.

e. Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar


dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta
didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang
merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru yang suka
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pelaksanaan
maupun dalam evaluasi pembelajaran.

f. aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar
pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya
sehingga menuntut materi yang berbeda pula.

g.  Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik


dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi
kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut memahami berbagai model
pembelajaran yang efektif agar dapat  membimbing peserta didik secara optimal.

h. Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan


mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya dalam berbagai
alasan, banyak guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan
ketika melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.

i.  Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak guru yang


memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan.
Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas yang  harus dikerjakan peserta
didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi
pekerjaan siswa dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran
untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan kedisiplinan secara
tepat waktu dan tepat sasaran.

j. Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Sebagaimana


diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan individual yang  sangat
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki
emosi yang sangat variatif dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak
aneh. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang  unik, memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga,
latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda
dalam aktivitas, inteligensi, dan daya kompetensinya.

        Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban
seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah:

a.  Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan


kesejahteraan social.

b.  Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan


intelektual.

d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.

e. Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk


menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.

f. Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan,


penghargaan dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.

i.  Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.


j.  Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi.

k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya

3. Solusi untuk Menyelesaikan Problematika Guru

              Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari


kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, dan
menigkatkan tingkat keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam
mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud,
maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.

              Semoga guru-guru dapat mengatasi sendiri 7problematika yang


dihadapinya. Jangan menyerah dan pasrah dengan keadaan yang ada. Justru
gurulah yang harus menjadi motivator dan inspirator bagi lingkungannya. Dan
untuk mengantisipasinya perlulah seorang guru memiliki profil yang mampu
menampilkan sosok kualitas personal, sosial dalam menjalankan tugasnya.

D. KESIMPULAN

Pendidikan agama Islam adalah bagian integral paripada pendidikan nasional


sebagai suatu keseluruhan. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam penjelasaannya
dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia.

Kurikulum pendidikan agama Islam berarti seperangkat rencana kegiatan dan


pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran PAI serta cara yang digunakan dan
segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru agama untuk membantu siswa dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dan atau
menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.

7.http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/02/makalah-problematika-yang-dihadapi-guru.html
Guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
mendapat perhatian dari semua kalangan, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta
masyarakat lainnya yang bergerak di bidang pendidikan.

Tidak sedikit kendala yang dihadapi para pendidik dalam pembelajaran PAI
tingkat SMP.Tapi, untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan
kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu
meneliti, dan menigkatkan tingkat keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk
kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua
dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.

Semoga kita dapat menjadi calon pendidik yang baik dan professional.

E. DAFTAR PUSTAKA

http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009/05/desain-kurikulum-pai.html 

http://peta-ilmu.blogspot.co.id/2011/03/makalah-kurikulum-pendidikan-
agama.html

http://kartika-d.blogspot.co.id/2012/10/problematika-kurikulum-pendidikan-
agama_2997.html

http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/02/makalah-problematika-yang-
dihadapi-guru.html

http://asriridha10.blogspot.com/2018/05/telaahkurikulum-pendidikan-agama-
islam.html

Zainal, arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011

Anda mungkin juga menyukai