Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Agama
DOSEN PENGAMPU : Sabuddin, S.Pd.I., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Muhammad Zulkhair
Zulkifli
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Sumber Jiwa Agama
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam
di dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan
sahabat yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-
benderang “Ila Dzulumati Ilannur” serta kepada pengemban risalah mulia yang
selalu mengikuti metode serta langkah beliau yang menjadikan “Al-Qur‟an”
sebagai pedoman sekaligus sumber hukum.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi
kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita
lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya, Aamiin.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Sumber Jiwa Agama........................................................................ 3
B. Sumber Jiwa Agama Menurut Islam................................................ 14
C. Fitrah Dalam Islam........................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas terdapat rumusan masalah, yaitu
sebgaai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Terdapat pula tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu
sebagai beirkut:
1
1. Untuk memahami Sumber Jiwa Agama.
2. Untuk Memahami Sumber Jiwa Agama Menurut Islam.
3. Untuk Memahami Fitrah Dalam Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa pada
diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal.
Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi
kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan
kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan1.
Pernyataan yang timbul adalah: apakah yang menjadi sumber pokok yang
mendasarkan timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan? Atau
dengan kata lain “apakah yang menjadi sumber kejiwaan agama itu?”
Untuk memberikan jawaban itu telah timbul beberapa teori antara lain:
1. Teori Fitrah
1
. https://iainpspblog.blogspot.com/2019/03/makalah-sumber-kejiwaan-beragama.html
3
Manusia secara fitrah telah memiliki watak dan rasa al-tauhid walaupun masih di
alam imateri (alam ruh). Hal ini telah digambarkan dalam dialog antara Allah dan
ruh, yaitu:
٢٥ َض لَيَقُولُ َّن ٱهَّلل ۚ ُ قُ ِل ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ۚ ِ بَ ۡل أَ ۡكثَ ُرهُمۡ اَل يَ ۡعلَ ُمون
َ ت َوٱأۡل َ ۡر َ ََولَئِن َسأ َ ۡلتَهُم َّم ۡن َخل
ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
Artinya: Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah".
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. (Q.S. Luqman: 25)
Menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh Ramayulis di dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Agama menyatakan bahwa fitrah semacam itu merupakan
perjanjian pertama (al-mitsaq al-awwal) yang perlu diikrarkan lagi pada perjanjian
terakhir (al-mitsaq al-akbir) di alam materi. Barangsiapa yang mati dalam usia
baligh, maka matinya dihukumi Muslim, sebab ia telah mengikrarkan di alam
perjanjian, meskipun ia berasal dari keturunan non-Muslim.
4
2. Teori Monistik
a. Pengertian
2) Fredrick Hegel
3) Fredrick Schleimacher
2
. https://iainpspblog.blogspot.com/2019/03/makalah-sumber-kejiwaan-beragama.html
5
Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan
dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya
dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Berdasarkan rasa
ketergantungan itulah maka timbul konsep tentang Tuhan. Manusia merasa tak
berdaya menghadapi tantangan alam yang selalu dialaminya, makanya mereka
menggantung harapannya kepada suatu kekuasaan yang dianggap mutlak.
Berdasarkan konsep ini timbullah upacara untuk meminta perlindungan kepada
kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka. Rasa ketergantungan yang
mutlak ini dapat dibuktikan dalam realitas upacara keagamaan dan pengabdian
para penganut agama kepada suatu kekuasaan yang mereka namakan Tuhan.
5) Rudolf Otto
Menurut pendapat tokoh ini, sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum
yang berasal dari the wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang
dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain,
maka keadaan mental seperti itu diistilahkan oleh R. Otto numinous. Perasaan
semacam itulah yang menurut pendapatnya sebagai sumber dari kejiwaan agama
pada manusia. Walaupun faktor-faktor lainnya diakui pula oleh R. Otto namun ia
berpendapat numinous merupakan sumber yang esensial.[3]
6) Sigmund Freud
a. Oedipoes Complex, yakni mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena
perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipoes membunuh ayahnya. Kejadian yang
demikian itu berawal dari manusia primitif. Mereka bersekongkol untuk
membunuh ayah yang berasal dalam masyarakat promiscuitas. Setelah ayah
mereka mati, maka timbullah rasa bersalah (sense of guilt) pada diri anak-anak
itu.
6
b. Father Image (Citra Bapak), setelah mereka membunuh ayah mereka dan
dihantui oleh rasa bersalah itu, maka timbullah rasa penyesalan. Perasaan itu
menerbitkan ide untuk membuat suatu cara penebus kesalahan mereka yang telah
mereka lakukan. Timbullah keinginan untuk memuja arwah ayah yang telas
mereka bunuh itu, karena khawatir akan pembalasan arwah tersebut. Realisasi dari
pemujaan itu menurutnya sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi, menurut
Freud agama muncul dari ilusi manusia.
a. Pengertian
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber
pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang
7
dianggap memegang peranan penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa
(emotion), dan karsa (will).
1) Cipta (Reason)
Merupakan fungsi intelektual jiwa manusia. Ilmu kalam (teologi) adalah
cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini. Melalui cipta, orang dapat menilai,
membandingkan, dan memutuskan suatu tindakan terhadap stimulan tertentu.
Perasaan intelek ini dalam agama merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat,
terlebih-lebih dalam agama modern, peranan, dan fungsi reason ini sangat
menentukan. Dalam lembaga-lembaga keagamaan yang menggunakan ajaran
berdasarkan jalan pikiran yang sehat dalam mewujudkan ajaran-ajaran yang
masuk akal, fungsi berpikir sangat diutamakan. Malahan ada yang beranggapan
bahwa agama yang ajarannya tidak sesuai dengan akal merupakan agama yang
kaku dan mati.
2) Rasa (Emotion)
Suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam
membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang. Betapa pun pentingnya
fungsi reason, namun jika digunakan secara berlebihan akan menyebabkan ajaran
agama itu menjadi dingin.
Untuk itu, fungsi reason hanya pantas berperan dalam pemikiran mengenai
supranatural saja, sedangkan untuk memberi makna dalam kehidupan beragama
diperlukan penghayatan yang seksama dan mendalam sehingga ajaran itu tampak
hidup. Jadi, yang menjadi objek penyelidikan sekarang pada dasarnya adalah
bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang itu dipengaruhi oleh
emosi, melainkan sampai berapa jauhkah peranan emodi itu dalam agama. Sebab,
jika secara mutlak emosi yang berperan tunggal dalam agama, maka akan
mengurangi nilai agama itu sendiri sebagaimana yang dikemukakan oleh W.H.
Clark: upacara keagamaan yang hanya menimbulkan keributan bukanlah agama.
8
3) Karsa (Will)
Sejalan dengan fungsi reason dan emosi, maka fungsi will pun tidak boleh
berlebihan. Jika hal itu terjadi, maka akan terlihat tindak keagamaan yang berlebih
pula. Keadaan yang demikian akan menyebabkan penilaian masyarakat terhadap
agama tidak akan mendapat tempat yang sewajarnya. Mungkin golongan yang
demikian itu melaksanakan ajaran keagamaan secara efisien, tetapi pada dasarnya
mereka belum dapat menempatkan ajaran keagamaan pada proporsi yang
sebenarnya.
a) Cipta (reason) berperanan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu
agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
b) Rasa (emotion) menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam
menghayati kebenaran ajaran agama.
1) G.M. Straton
b) Death-urge: ialah keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai benda
mati (anorganis).
10
Jadi, dalam hal ini W.H. Clark menggabungkan pendapat antara G.M. Straton
dengan teori konfliknya dari teori Sigmund Freud berupa dominasi antara life-
urge dan death-urge.
Dalam kenyataan kehidupan keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan life-
urge secara positif hingga para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan
penuh keikhlasan dalam hidupnya, didorong oleh kekuatannya akan death-urge
(hari akhirat). Di dunia, mereka memperluhur budi agar disenangi manusia dan
Tuhan, sehingga diharapkan akan berumur panjang (life-urge) serta jika
meninggal nantinya akan mendapat tempat secara wajar di sisi Tuhannya (death-
urge).
Life-urge membawa penganut agama ke arah pandangan yang positif dan liberal,
sedangkan death-urge membawa ke arah sikap pasif. Menurut penelitian W.H.
Clark, 58% dari himne gerejani mencerminkan keinginan dan harapan bagi
kesenangan hidup di hari akhirat. Irama yang demikian menyebabkan
kecenderungan ajaran agama Nasrani ke arah konservatif. Ini merupakan salah
satu penyebab timbulnya reformasi dalam agama Nasrani, timbulnya Protestan,
Penterkosta, dan lain sebagainya.
2) Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat berpendapat, bahwa pada diri manusia itu terdapat
kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan
rohani, manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan
keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
c) Kebutuhan akan rasa harga diri adalah kebutuhan yang bersifat individual yang
mendorong manusia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain. Dalam
kenyataan terlihat, misalnya sakit jiwa, delusi, dan ilusi.
f) Kebutuhan akan rasa ingin tahu adalah kebutuhan yang menyebabkan manusia
selalu meneliti dan menyelidiki sesuatu. Jika kebutuhan ini diabaikan akan
mengakibatkan tekanan batin, oleh karena itu, kebutuhan ini harus disalurkan
untuk memenuhi pemuasan pembinaan pribadinya.
3) W.H. Thomas
Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencinta dan dicinta dalam pergaulan.
13
Didasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia
menganut agama menurut W.H. Thomas. Melalui ajaran agama yang teratur,
maka keempat keinginan dasar itu akan tersalurkan. Dengan menyembah dan
mengabdi kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan akan terpenuhi.
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-
Rum ayat 30 yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.
Ar-Rum:30).
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama.
Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang
dimiliki manusia.
3
. http://indonsc.blogspot.com/2015/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
14
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari
penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul
kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan
untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar
dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah
Tuhan.
Pada manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar
manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan
dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan
yang baik.4
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa.
Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi
kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan.
Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut
adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
a. Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan
sunah.
b. Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir
yang terdiri dari:
c. Mencari kebenaran
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Sesuai dengan masanya, Thomas van Aquino mengemukakan bahwa yang
menjadi sumber kejiwaan agama itu ialah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena
manusia menggunakan kemampuan berpikirnya. Kehidupan beragama merupakan
refleksi dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini
masih tetap mendapat tempatnya hingga sekarang dimana para ahli mendewakan
rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber beragama.
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori Fitrah: Bahwa sumber jiwa berasal dari Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an
Allah SWT (tauhid Allah). Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau
paling tidak, ia berkecenderungan untuk mengesakan Tuhan
b.Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal
yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
c. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama
cipta, rasa, karsa.
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari
Allah
17
DAFTAR PUSTAKA
http://indonsc.blogspot.com/2015/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/03/makalah-sumber-kejiwaan-
beragama.html
Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II,
1992
18