Anda di halaman 1dari 19

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

DALAM PROFESI GURU

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Keguruan

 
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V

NAMA : 1. ALAN NUARI (19120003)


2.  SAKILA LUBIS (19120023)
3.  SALWAH CANIAGO (19120003)

DOSEN PENGAMPU: AINUN MARDIAH HARAHAP, MA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT. Karena berkat


rahmatnyalah makalah ini dapat selesai sesuai yang diharapkan. Dalam karya tulis
ini kami membahas " Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Guru". Sholawat
dan salam marilah  sama-sama kita hadiahkan ke arwah junjungan kita nabi
Muhammad Saw yang telah mengantarkan kita dari dunia kegelapan menuju
dunia yang terang menerang seperti sekarang ini.
Terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan kami materi dan
bimbingan hingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik serta kami bisa
mengikuti perkuliahan dengan baik.
Demikianlah dari pemakalah,semoga pemakalah ini dapat berguna bagi kita
semua.

Panyabungan, 15 April 2021


Pemakalah,

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
A. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulis............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
A. Pengertian Dan Konsep Administrasi Pendidikan......................... 2
B. Peranan Guru Dalam Administrasi Pendidikan............................. 6
BAB III PENUTUP................................................................................. 14
A. Kesimpulan.................................................................................... 14
B. Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai tenaga kependidikan khususnya guru, wawasan tentang
administrasi pendidikan amat penting karena pemahaman tentang latar kerja
guru. Wawasan itu dapat membantunya mengambil keputusan yang tepat
dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
Dalam hal ini setidaknya para tenaga kependidikan memahami
pengertian, fungsi, lingkup bidang garapan administrasi pendidikan, serta
pelaksanaan peran guru yang memerlukan bantuan pemahaman dan
keterampilan dalam administrasi pendidikan.
Untuk itu perlu dipahami pula peranan administrasi pendidikan dalam
pelaksanaan sistem pendidikan nasional serta peranan pendidikan
administrasi pendidikan dengan pencapaian tujuan sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan konsep administrasi pendidikan?
2. Bagaimana peranan guru dalam administrasi pendidikan?

C. Tujuan penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan pengertian dan konsep
administrasi pendidikan.
2. Untuk memahami bagaimana peranan guru dalam administrasi
pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan


1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan merupakan perpaduan dari dua kata yakni
“administrasi” dan “pendidikan” yang masing-masing dari kata tersebut
memiliki arti tersendiri, tetapi bila dirangkaikan membentuk arti baru.
Pada hakikatnya, administrasi pendidikan merupakan penerapan ilmu
administrasi dalam dunia pendidikan atau pembinaan, pengembangan,
dan pengendalian usaha praktek-praktek pendidikan.1
Berdasarkan etimologis, “administrasi” berasal dari bahasa latin
yang terdiri dari “Ad” dan “ministro”. “Ad” mempunyai arti “kepada”
dan ministro berarti “melayani”. Secara bebas dapat diartikan bahwa
administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subjek
tertentu.2
Di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian
administrasi pendidikan yaitu sebagai berikut:
Pertama, Hadari Nawawi mengatakan, “administrasi pendidikan
adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha
kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara
sistematis yang di selenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama
dalam lembaga pendidikan formal”.
Selanjutnya dikatakan, ada perbedaan antara administrasi pendidikan
dan kegiatan operasional kependidikan. Kegiatan operasional
kependidikan adalah kegiatan-kegiatan teknis edukatif, seperti kegiatan
belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan dan sebagainya. Sedangkan
administrasi pendidikan menyangkut kemampuan mengendalikan
kegiatan operasional agar secara serentak bergerak dan terarah pada

1
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Cet I; Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 11.
2
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 1.

2
3

pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu adalah


mengusahakan terwujudnya efesiensi dan efektivitas yang tinggi.
Kedua, Engkoswara mengatakan, “Administrasi Pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia yaitu, kurikulum
dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan
penciptaan suasana yang baik bagi manusia dalam mencapai tujuan
pendidikan.3 Selanjutnya dikatakan bahwa tujuan administrasi
pendidikan adalah mencapai tujuan pendidikan secara produktif, yaitu
efektif dan efisien. Ukuran keberhasilan administrasi pendidikan
produktivitas pendidikan, yang dapat dilihat pada produk, hasil atau
efektivitas proses, suasana atau efesiensi dalam pendidikan. Dalam
pencapaian produktivitas itu di perlukan suatu proses, minimal meliputi
prilaku manusia berorganisasi, yang dapat dinyatakan dalam bentuk
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan atas
kewajiban administratif.
Tugas kewajiban administratif itu dapat dikelompokkan dalam tujuh
kategori yaitu:
a) Program pendidikan
b) Murid
c) Personil
d) Kantor sekolah,
2. Konsep Administrasi Pendidikan
Konsep administrasi merujuk pada proses penyelenggaraan kegiatan
yang melibatkan sumberdaya melalui usaha kerja sama untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efeisien.  Hal ini sejalan dengan apa yang
dinyatakan oleh Pfiffner (1953) bahwa “administration may be defined
as the organization of human and material resource to achieve desired
ends”.
Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya dengan
administrasi pendidikan di sekolah kita perlu menelusuri konsep sistem

3
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, h. 11.
4

pendidikan nasional dans ekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan


nasional itu.
a. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional memiliki definisi seperti yang
tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989. Tetapi
supaya lebih otentik dikutip langsung pada Bab I Pasal I Ayat 3
Undang-Undang tersebut sebagai berikut : “Sistem Pendidikan
Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional”. Jika kita
mengacu kepada penjelasan UU No. 2 Tahun 1989, maka dapat kita
temukan bahwa ciri dan sistem pendidikan nasional itu adalah:
a) Berakar kepada kebudayaan nasional berdasarkan pancasila
dan UUD 1945;
b) Merupakan suatu kebutuhan yang dikembangkan dalam
usaha mencapai tujuan nasional;
c) Mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah; dan
3. Dasar dan Tujuan Administrasi
a. Dasar Administrasi
Administrasi akan berhasil baik apabila didasarkan atas dasar-
dasar yang tepat. Dasar diartikan sebagai suatu kebenaran yang
fundamental yang dapat di pergunakan sebagai landasan dan
pedoman bertindak dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut ini
akan dipaparkan beberapa dasar yang perlu di perhatikan agar
administrator dapat mencapai sukses dalam tugasnya. Terdapat
banyak dasar administrasi, antara lain:
a) Prinsip efisiensi
Seorang administrasi akan berhasil dalam tugasnya bila
mana dia efisien dalam menggunakan semua sumber tenaga
dana dan fasilitas yang ada.
5

b) Prinsip Pengelolahan
Administrasi akan memperoleh hasil yang paling
efektif dan efisien melalui orang-orang lain dengan jalan
melakukan pekerjaan manejemen, yakni merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol.
c) Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
Jika disertai pekerjaan manejemen dan kooperatif
dalam waktu yang sama, seseorang administrasi cenderung
untuk memberikan prioritas pertama pada pekerjaan
operatif.
d) Prinsip kerjasama
Seseorang administrator akan berhasil baik dalam
tugasnya bila ia mampu mengembangkan kerjasama di
antara orang-orang yang terlibat, baik secara horisontal
maupun secara vertikal.4
b. Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan pada umumnya adalah agar
semua kegiatan mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Dengan
kata lain, administrasi yang digunakan dalam dunia pendidikan
diusahakan untuk mencapai tujuan sederhana. Kalimat yang
sederhana ini sebetulnya mengandung makna yang mendalam karena
di dalam dunia pendidikan melibatkan banyak orang yang masing-
masing harus melakukan kegiatan sendirisendiri secara teratur,
sekaligus melakukan kegiatan yang sama untuk mencapai tujuan
pendidikan.5
Sergiovanni dan Carver (1975) menyebut empat tujuan
administrasi yaitu:
a) Efektifitas produksi;
b) Efisiensi;

4
Yusak Baharuddin, Administrasi Pendidikan, (Cet I, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 17
5
Yusak Baharuddin, Administrasi Pendidikan, h. 21.
6

c) Kemampuan menyesuaikan diri;


d) Kepuasan kerja6
Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan sekolah. Sebagai
contoh: sekolah memiliki fungsi untk mencapai efekivias produksi,
yaitu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntunan kurikulum.

B. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan


Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu
lingkungan tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan
nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga
mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang
terjadi dilingkungan kerjanya.
Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah
melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta
mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan
guru amat penting.
Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan
dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana,
personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus
aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya.
a. Guru sebagai Perancang
Menjadi seorang administrator, berarti tugas guru ialah
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi dan
mengevaluasi program kegiatan dalam jangka pendek, menengah
atau pun jangka panjang yang menjadi perioritas tujuan sekolah.
Untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan utama sekolah, maka
tugas perancang yaitu; menyusun kegiatan akademik (kurikulum dan
pembelajaran), menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan

6
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, h. 17.
7

sarana-prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan


operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orangtua,
masyarakat, stakeholders dan instansi terkait. Dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru,
yaitu:
1. Mengerti dan memahami visi-misi dan tujuan lembaga
sekolah atau madrasah. Guru dapat menjabarkannya ke
dalam sebuah isi (content) kurikulum dan pembelajaran
(learning), kegiatan kesiswaan, penciptaan kultur/budaya
sekolah, serta membangun penguatan kelembagaan yang
sehat dan berkualitas.
2. Mampu mengalisis data-data yang terkait masalah
perubahan kurikulum, perkembangan peserta didik,
kebutuhan sumber belajar dan pembelajaran, strategi
pembelajaran, perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Iptek) serta informasi.
3. Mampu menyusun perioritas program sekolah secara
terukur dan sistematis, seperti proses rekuitmen siswa, masa
orientasi siswa, proses pembelajaran, hingga proses
evaluasi.
b. Guru Sebagai Penggerak
Guru juga dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang
mendorong dan menggerakkan sistem organisasi sekolah. Untuk
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, seorang guru harus memiliki
kemampuan intelektual dan kepribadian yang kuat. Kemampuan
intelektual, misalnya; punya jiwa visioner, jiwa kreator, jiwa
peneliti, jiwa rasional/cerdik dan jiwa untuk maju. Sedangkan
kepribadian seperti; wibawa, luwes, adil dan bijaksana, arif dan
jujur, sikap objektif dalam mengambil keputusan, toleransi dan
tanggungjawab, komitmen, disiplin, dan lain-lain.
8

Untuk mendorong dan menggerakkan sistem sekolah yang maju


memang membutuhkan kemampuan brilian tersebut guna
mengefektifkan kinerja sumber daya manusia secara maksimal dan
berkelanjutan. Sebab jika pola ini dapat terbangun secara kolektif
dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para guru, maka
akan muncul perubahan besar dalam sistem manajemen sekolah
yang efektif. Melalui cita-cita dan visi besar inilah guru sebagai agen
penggerak diharapkan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki serta rasa memajukan lembaga sekolahnya sebagai tenda
besar dalam mededikasikan hidup mereka. Sebagai penggerak, guru
bukanlah penonton melainkan pemain utama.
Dikatakan pemain utama karena profesi guru adalah pembaharu
sekaligus kreator yang menciptakan perubahan dan kemajuan
sekolah. Guru harus bermakna bagi murid dan warga sekolah. Untuk
mendukung cita-cita reformasi birokrasi dan administrasi
pendidikan, seorang guru harus siap menghadapi perubahan dan rela
melakukan perubahan dalam pendidikan.
c. Guru sebagai Evaluator
Guru juga dikatakan sebagai evaluator, yaitu melakukan
evaluasi/penilaian terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam
sistem sekolah. Peran ini penting, karena guru sebagai pelaku
utamanya dalam menentukan pilihan-pilihan serta kebijakan yang
relevan demi kebaikan sistem yang ada di sekolah, baik itu
menyangkut kurikulum, pengajaran, sarana-prasarana, regulasi,
sasaran dan tujuan, hingga masukan dari masyarakat luas.
Seorang guru harus terus menerus melakukan evaluasi baik ke
dalam maupun ke luar sekolah, guna meningkatkan mutu pendidikan
yang lebih baik. Evaluasi ke dalam (internal) ditujukan untuk
melihat kembali tingkat keberhasilan dan kelemahan yang dihadapi
sekolah, misalnya:
1. Visi, misi, tujuan dan sasaran,
9

2. Kurikulum,
3. Pendidik dan tenaga kependidikan,
4. Dana, sarana prasarana, regulasi, organisasi, budaya kerja
dan atau belajar.
Sementara evaluasi ke luar (eksternal) ditujukan untuk melihat
peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah, misalnya:
1. menjaga kepercayaan masyarakat,
2. memenuhi harapan para orangtua siswa,
3. memenuhi kebututuhan stakeholders,
4. redesain era persaingan (competitive),
5. memerhatikan dampak iptek dan informasi, dan
6. pengaruh dari lingkungan sosial.
Secara teoritik, penilaian atau evaluasi merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variabel lain yang memilki makna
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Dalam kegiatan
proses pembelajaran, seorang guru pasti terlibat pada proses evaluasi
(penilaian), karena penilaian merupakan proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Sebagai
evaluator, guru harus mampu memberikan penialain yang adil,
bijaksana berdasarkan proses dan hasil pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, menurut Mulyasa, penilaian harus dilakukan
dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Mengingat kompleknya
proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang memadai. Dalam tahap persiapan terdapat beberapa
kegiatan, antara lain: penyusunan tabel spesifikasi yang di dalamnya
terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian, serta jumlah instrumen
yang diperlukan.
10

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pemakaian instrumen untuk


menemukan respon peserta didik terhadap instrumen sebagai bentuk
hasil belajar, selanjutnya dilakukan penelitian terhadap data yang
telah dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiran tentang
kualitas prestasi belajar peserta didik, baik dengan acuan kriteria
maupun acuan kelompok.
Prasyarat dan kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai
evaluator adalah memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes
yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur
pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau
dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat
kesukaran soal.
Seorang evaluator harus berlaku objektif dan adil. Prinsip
objektif dan adil merupakan penilaian yang tidak dipengaruhi oleh
faktor keakraban, atau dendam, melainakan berdasarkan proses dan
hasil yang menyeluruh, bersumber pada kriteria yang jelas,
dilaksanakan dalam suatu kondisi yang tepat, sehingga mampu
menunjukkan prestasi belajar peserta didik yang otentik. Bagi guru,
penilaian seyogyanya didesain secara rapi, frekuensi yang memadai
dan berkesinambungan, serta diadministrasikan dengan baik.
Selain menilai kegiatan proses belajar peserta didik, guru juga
harus mampu menilai dirinya sendiri. Hal ini penting karena guru
merupakan perencana, pelaksana maupun penilai program
pembelajaran. Dengan begitu diharapkan pendidik memiliki
pengetahuan yang memadai tentang dirinya sendiri dan sekaligus
mengerti proses dan hasil penilaian program hasil belajar peserta
didik.
d. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan penentu
keberhasilan. Seorang guru seyogyanya memerankan diri sebagai
motivator murid-muridnya, teman sejawatnya, serta lingkungannya.
11

Kata motivasi berasal dari kata motif, yang artinya daya


penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Konsep motif yaitu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun
menurut Mc. Donald, seperti yang dikutip M. Sobry Sutikno (2009),
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.
Donald itu mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu,
yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi,
ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya
tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Dalam beberapa sumber dijelaskan bahwa motivasi ada dua,
yaitu:
1) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain,
tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau
belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang
diberikan, bukanlah masalah bagi guru. 
12

Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi


intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak
terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang
ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya.  
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam
dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari
luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah
membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan
belajar.
Dari beberapa penelitian dihasilkan bahwa prestasi belajar
sangat besar dipengaruhi oleh motivasi, baik siswa mapun gurunya.
Bahkan dikembangkan model kondisi motivasional untuk
menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna, dan
memberikan tantangan siswa. Model kondisi motivasional itu adalah
perhatian (attention), relevansi (revance), kepercayaan diri
(confidence), dan kepuasan (satisfaction).
1. Perhatian
Seorang guru harus menanamkan kepada siswanya rasa
perhatian atau rasa ingin tahu. Melalui rasa ingin tahu itulah
melahirkan rangsangan motivasi belajar yang meledak-
ledak dan penuh semangat. Untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu, seorang guru sebaiknya memancing peserta didiknya
dengan hal-hal baru, urgensitas, serta hal aneh yang
mengundang penasaran mereka.
2. Relevan
Seorang guru harus mampu menghubungkan materi
dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Guru dapat
membangkitkan motivasi mereka dengan menganggap
bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi,
13

atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.


Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam
tiga kategori, yakni motif pribadi, motif instrumental dan
motif kultural.
3. Percaya diri
Seorang guru harus mampu menunjukkan potensi
dirinya dengan penuh percaya diri didepan peserta didik.
Motivasi akan meningkat apabila percaya dirinya sedang
positif, sebaliknya motivasi akan turun ketika kehilangan
kepercayaan diri tersebut.
4.  Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk
terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk
meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat
menggukanan pemberian penguatan (reinforment)
kesempatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan
sebagaimannya.
Dari uraian di atas, peran guru sebagai motivator
diharapkan dapat mendorong peristiwa belajar yang
menarik dan menyenangkan siswa. Peristiwa belajar
tersebut antara lain;
1) Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian
mahasiswa,
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran,
3) Mengingatkan kembali konsep/prinsip yang telah
dipelajari yang merupakan prasarat,
4) Memberikan bimbingan belajar,
5) Memberikan umpan balik atas pelaksanaan tugas
siswa, dan
6) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar siswa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan
meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak
biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Administrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian administrasi pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut
pandang, seperti kerjasama, proses kerja sama, sistem dan mekanismenya,
manajemen, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, komunikasi dan
ketatausahaan.
Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang
administrasi pendidikan amat penting karena pemahaman tentang latar kerja
guru. Wawasan itu dapat membatunya mengambil keputusan yang tepat
dalam melaksanakan tugasnya.

B. Saran
Sebagai orang yang menggeluti duania pendidikan, marilah kita bersama
untuk memperbaiki dan mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan administrasi
sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan atau
belum sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawab kan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna memperbaiki
makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azis Rosmiaty, 2016, Pengantar Administrasi Pendidikan, Sibuku: Yogyakarta


Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan. Jakarta : Ditjen Dikti.
Baharuddin Yusak, Administrasi Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 1998.
Baharuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara, 1990.
Engkoswara dan Aan komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung; Alfabeta,
2010. Engkoswara, Administrasi Pendidikan, Bandung: ALFABET, 2011.
Harisnawati, Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan,
http://harisnawati.blogspot.com/2012/12/administrasi-pendidikan-dalam-
profesi.html, diakses pada 13 Desember 2012.
Purwanto, Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sondang P, Siagian. 1985. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.
Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung,
1998.

Anda mungkin juga menyukai