Anda di halaman 1dari 16

REPOSISI MANAJEMEN

SEKOLAH/MADRASAH

Disusun Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah dan Madrasah

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAKDIANA LUBIS

NIM : 19120022

SEMESTER : II (DUA)

DOSEN PEMBIMBING : WAHYU FITRINA DEFI, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


MANDAILING NATAL
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Reposisi Manajemen
Sekolah/Madrasah”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat tersusun
dan di selesaikan pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman sekalian
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Panyabungan, 09 Mei 2020


Penyusun,

Kelompok XII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Reposisi Manajemen Sekolah/Madrasah .............................................. 2
1. Pendidikan Berbasis Masyarakat ................................................... 2
2. Revolusi Pendidikan ...................................................................... 3
3. Otonomi Manajemen Sekolah/Madrasah ....................................... 4
4. Daya Dukung Pembelajaran .......................................................... 5
5. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah ........................ 6
B. Menuju Sekolah/Madrasah Ideal .......................................................... 7
1. Standar Nasional Pendidikan ......................................................... 7
2. Sekolah/Madrasah Yang Nyaman .................................................. 8
3. Fasilitas Ideal Sekolah/Madrasah................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................... 12
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung transformasi menuju masyarakat Indonesia
baru, visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan
kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran
berdasarkan nilai-nilai pancasila. Visi pendidikan nasional tersebut
merupakan acuan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang
diwujudkan dalam berbagai kebijakan di sektor pendidikan. Jika selama ini
pendidikan bersifat sentralistik, maka dengan visi dan misi seperti yang
diungkapkan diatas, pendidikan nasional tidak lagi bersifat sentralistik, tetapi
telah berubah menjadi disentralistik. Berbagai perubahan kebijakan nasional,
termasuk di sektor pendidikan tidak terlepas dari bergulirnya reformasi total
dalam masyarakat, bernegara, dan berbangsa.
Oleh karena itu, diharapkan sektor pendidikan dapat menjadi agen
perubahan dalam rangka mendukung tujuan pendidikan nasional yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa yang tidak sebatas hanya dilakukan secara
sepihak dari lembaga pendidikan saja, namun juga melibatkan peran serta dari
lingkungan masyarakat agar menimbulkan suatu umpan balik untuk
menyelaraskan tujuan tiap pihak secara dinamis disesuaikan dengan
kebutuhan dalam pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan
adanya penataan ulang dalam bidang pendidikan demi tercapainya lembaga
pendidikan yang ideal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana reposisi manajemen sekolah/madrasah?
2. Bagaimana kriteria menuju sekolah/madrasah ideal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui reposisi manajemen dan kriteria menuju
sekolah/madrasah ideal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reposisi Manajemen Sekolah/Madrasah


1. Pendidikan Berbasis Masyarakat
Konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah model
penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip dari
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan dari
masyarakat artinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan
masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat ditempatkan
sebagai subjek atau pelaku pendidikan, bukan objek pendidikan.
Maksudnya dalam konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi
aktifnya dalam setiap program pendidikan. Pendidikan untuk masyarakat
artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua program yang dirancang
untuk menjawab kebutuhan mereka. Dengan kata lain, masyarakat harus
diberdayakan, diberi peluang, dan kebebasan untuk mendesain,
merencanakan, membiayai, mengelola, dan menilai sendiri apa yang
diperlukan secara spesifik di dalam, untuk, dan oleh masyarakat sendiri.
Di Indonesia secara kekinian, konsep partisipasi masyarakat
merupakan salah satu tema utama reformasi pengelolaan
sekolah/madrasah di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Inisiatif
membangkitkan partisipasi masyarakat ini pun sangat nyata di balik
upaya menjadikan institusi pendidikan sebagai badan hukum (badan
hukum pendidikan, BHP), serta penjelmaan beberapa universitas menjadi
badan hukum milik negara (BHMN).
Pasal 55 UU Sisdiknas mempertegas esensi pendidikan berbasis
masyarakat dimaksud. Pertama, masyarakat berhak menyelenggarakan
pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal
sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk

2
3

kepentingan masyarakat. Kedua, penyelenggara pendidikan berbasis


masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan SNP.
Ketiga, dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Keempat, lembaga pendidikan
berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan
sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.
2. Revolusi Pendidikan
Revolusi di bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika diawali
dengan revolusi manajemen pendidikan sebagaimana menurut pendapat
Philips H. Coombs dalam bukunya berjudul The World Educational
Crises: A System Analysis, 1968. Jika kita ingin melakukan pembaruan
pendidikan secara revolusif, maka revolusi berpikir untuk memperbaiki
kinerja manajemen pendidikan tidak dapat dihindari. Pola manajemen
pendidikan yang masih tradisional seperti realita yang terjadi di
Indonesia sudah tidak relevan lagi.
Sebagaimana kita ketahui, setelah dicetuskannya reformasi politik di
Indonesia, kebijakan pendidikan pun mengalami revolusi. Sistem
pendidikan tidak lagi sentralistik, namun beralih pada sistem
desentralisasi. Sejak diterapkannya desentralisasi dalam bidang
pendidikan akibat dari revolusi ataupun metamorfosis pendidikan,
muncullah berbagai macam konsep manajemen pendidikan yang selalu
mengalami perbaikan dan perubahan dari masa ke masa seperti total
quality management (TQM), manajemen berbasis sekolah/madrasah
(MBS/M), manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah/madrasah
4

(MPMBS/M), manajemen pendidikan berbasis kemitraan (MPBK), dan


sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
Meskipun demikian, seorang kepala sekolah/madrasah tetap menjadi
kunci utama upaya mewujudkan perbaikan kinerja manajemen
sekolah/madrasah. Dengan kata lain, kualitas suatu sekolah/madrasah
akan dianggap bermutu apabila dipimpin oleh pemimpin yang
mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang mumpuni dan aplikatif serta
mampu bersikap visioner dan menyesuaikan diri dengan konteks yang
dihadapi di sekolah/madrasah seiring dengan perkembangan zaman yang
didorong oleh adanya globalisasi.
3. Otonomi Manajemen Sekolah/Madrasah atau Manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah
Desentralisasi manajemen sekolah/madrasah muncul karena adanya
suatu perubahan sistem pendidikan yang sebelumnya bersifat terpusat
menjadi bersifat mandiri dalam hal pengelolaan kelembagaan
pendidikan. Desentralissasi manajemen pendidikan ini digulirkan sebagai
usaha mengurangi campur tangan atau investasi pejabat atau unit pusat
terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa
diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah, pemerintah
daerah, atau masyarakat. Dengan demikian, nantinya diharapkan dapat
memacu pemberdayaan peran unit di bawah atau peran rakyat dan
masyarakat daerah. Bentuk pelimpahan wewenang ini menghasilkan
suatu konsep baru dalam dunia pendidikan yang melahirkan suatu
program yang disebut dengan otonomi manajemen sekolah/madrasah
(OMS/M) atau manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M). Inisiatif
pemerintah mengimplementasikan konsep desentralisasi pengelolaan
untuk mewujudkan otonomi manajemen sekolah/madrasah (OMS/M)
atau manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M) ini tidak secara
5

otomatis berjalan lancar. Akan tetapi, diperlukan adanya proses


koordinasi yang berjalan secara dinamis dan fleksibel agar tiap-tiap
lembaga pendidikan dapat mengaplikasikan disesuaikan dengan
kemampuan dan kapasitas lembaga yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain. Sekolah/madrasah di sini dipersepsikan sebagai
lembaga otonom yang penyelenggaraannya tetap berada pada krodor
sisdiknas. OMS/M atau MBS/M juga dikembangkan melalui revolusi
kemandirian tata kelola keuangan sekolah/madrasah, pemberdayaan
masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran, penentuan
substansi kurikulum sekolah/madrasah, termasuk muatan lokal. Dengan
diberlakukannya OMS/M atau MBS/M keberadaan otonomi
sekolah/madrasah bukan sebatas memperkuat peran sekolah/madrasah,
melainkan memperkuat semua lini, serta menginternalisasikan esensi dan
filosofi demokratisasi ke dalam praktik-praktik pendidikan. Selain itu,
diharapkan kepala sekolah/madrasah, guru, dan personil lain di
sekolah/madrasah/madrasah serta masyarakat dapat melaksanakan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik
lingkungan, dan tuntutan global.
4. Daya Dukung Pembelajaran
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan
siswa lain dalam satu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Di sisi lain, pembelajaran merupakan aktivitas (proses)
yang sistematis dan sistemik yang terdiri dari beberapa komponen yang
terikat satu sama lain.
Setelah penerapan desentralisasi dalam bidang pendidikan perlu
dilakukan reformasi sistem, struktur, dan bentuk manajemen
sekolah/madrasah untuk menemukan sosok pembelajaran yang
berkualitas. Kegiatan pembelajaran sangat menentukan kualitas dari
6

lulusan. Aktivitas manajemen sekolah/madrasah untuk sebagian besar


berfokus pada layanan pembelajaran. Dengan demikian, pembenahan
manajemen sekolah/madrasah secara keseluruhan tidak
mengesampingkan aspek-aspek yang terkait dengan kepentingan
pembelajaran. Untuk itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a Kelengkapan dokumen kurikulum.
b Pemahaman terhadap kurikulum oleh kepala sekolah/madrasah,
wakil kepala sekolah/madrasah, guru-guru, dan komite
sekolah/madrasah.
c Tersedianya program pembelajaran tahunan dan semester.
d Tersedianya model satuan pelajaran melalui proses analisis
materi dan program pembelajaran.
e Keterlibatan komite sekolah/madrasah dalam penyusunan daya
dukung program pembelajaran.
f Terciptanya pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan
dengan kelengkapan seperti alat, bahan, metode, media,
keselamatan kerja, serta guru pembimbing yang terlatih.
g Adanya program remedial dan program pengayaan.
h Tersedianya buku-buku yang cukup memadai sebagai referensi
bagi guru maupun peserta didik.
5. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah
Dewan pendidikan merupakan badan yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Adapun peran yang harus
ditampilkan, dewan pendidikan memiliki fungsi esensial. Pertama,
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Kedua, melakukan kerja
sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi), pemerintah, dan
DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
7

Ketiga, menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan


berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
Komite sekolah/madrasah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan,
dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik jalur
pendidikan formal maupun nonformal. Komite sekolah/madrasah
memiliki beberapa peran strategis. Pertama, pemberi pertimbangan
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan. Kedua, pendukung (supporting
agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketiga, pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Keempat, mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.

B. Menuju Sekolah/Madrasah Ideal


1. Standar Nasional Pendidikan
Di Indonesia, standar pendidikan dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam PP ini disebutkan bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar dimaksud meliputi:
a. Standar kompetensis lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar proses adalah SNP yang berkaitan langsung dan tidak
langsung dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
c. Standar sarana dan prasarana adalah SNP yang berkaitan
langsung dan tidak langsung dengan kriteria minimal tentang
8

ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,


perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
perlu untuk menunjang proses pembelajaran , termasuk
pengunaan teknologi informasi dan komunikasi.
d. Standar pengelolaan adalah SNP yang berkaitan langsung atau
tidak langsung dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada satuan tingkat
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelengaraan pendidikan.
e. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku
selama satu tahun.
f. Standar penilaian pendidikan adalah berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar
peserta didik.
Kedelapan standar itu merupakan acuan manajer atau kepala
sekolah/madrasah dalam menyelenggarakan pendidikan. Selain itu,
standar pendidikan nasional dibuat untuk mewujudkan pendidikan yang
bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing
dalam kehidupan global dalam rangka mengaktualisasikan visi, misi,
fungsi, dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan
pendidikan nasional.
2. Sekolah/Madrasah yang Nyaman
Di banyak daerah masih ditemukan kekuatan eksekutif yang
memaksa kepala sekolah/madrasah dan guru agar tingkat kelulusan ujian
akhir nasional pada masing-masing sekolah/madrasah mencapai
persentase tertentu. Target persentase lulusan ini menjadi sah jika
mengunakan pendekatan pemberdayaan dan fasilitatif. Realitasnya masih
9

ditemukan banyak sekolah/madrasah dengan fasilitas seadanya, namun


komunitasnya dituntut mencapai prestasi besar dalam hal jumlah dan
mutu lulusan. Lalu, munculah aneka rekayasa yang membawa institusi
persekolahan/permadrasahan ke dunia seakan-akan, tidak menjadi
institusi akademik yang sesungguhnya.
Praktik manajemen sekolah/madrasah dimaksudkan untuk
mencerdaskan bangsa demi menungkatkan harkat dan martabat manusia,
serta produktivitasnya. potensi produktivitas bangsa yang meningkat
diangap berhubungan secara langsung dengan kemajuan pendidikan dan
hasil pembelajaran yang dicapai. Perbaikan mutu pendidikan menjadi
obsesi sekaligus isu universal di Negara manapun. Tidak ada satu
bangsapun yang akan berhenti bekerja karena memandang mutu
pendidikannya sudah baik dan kompetitif. Format manajerial baru yang
dikembangkan dan dipola pada lembaga atau perusahaan komersial,
diadopsi atau setidaknya mewarnai proses manajemen di lingkungan
sekolah/madrasah. Lingkungan sekolah/madrasah merupakan
pemandangan langsung yang dapat diamati oleh masyarakat sekitar dan
dapat dirasakan langsung oleh warga sekolah/madrasah. Oleh karena itu,
limgkungan sekolah/madrasah perlu ditata dan dikelola dengan baik
sehingga masyarakat penguna merasa nyaman, aman, dan merasa betah
berada di dalamnya. Secara umum lingkunga sekolah/madrasah yang
menjadi pokok perhatian masyarakat antara lain:
a. Keamanan
Aman terhadap pencurian, aman terhadap bahaya
kebakaran, aman terhadap barang/alat yang tertinggal di
sekolah/madrasah.
b. Ketertiban
Ketertiban di sekolah/madrasah yang yang perlu mendapat
perhatian antara lain: adanya tata tertib sekolah/madrasah,
10

diterapkannya tata tertib dengan sistem hadiah dan ganjaran, dan


laporan catatan persentase kehadiran.
c. Kebersihan
Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan dambaan
semua warga sekolah/madrasah.
d. Keindahan
Keindahan yang menjadi perhatian warga sekolah/madrasah
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu dalam ruangan
(interior) dan luar ruangan (eksterior).
e. Kekeluargaan
Kekeluargaan merupakan ikatan batin antar manusia dalam
lingkungan sekolah/madrasah.
f. Kerindangan
Untuk membuat lingkungan menjadi asri maka harus ada
program penghijauan, pelaksanaan penanaman pohon pelindung
dan hasil yang dapat dirasakan warga sekolah/madrasah.
g. Kesehatan
Perlu adanya jaminan kesehatan bagi seluruh warga
sekolah/madrasah.
3. Fasilitas Ideal Sekolah/Madrasah
Dalam pengadaan fasilitas atau sarana dan prasarana harus dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan memerhatikan skala
prioritas yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
Alokasi sumber daya sekolah/madrasah sangat menentukan proses
pelaksanaan pendidikan di sekolah/madrasah, disamping lingkungan
sekolah/madrasah yang menyenangkan, serta komitmen semua
komunitas sekolah/madrasah untuk menampilkan kinerja terbaiknya.
Desentralisasi pengelolan pendidikan dan manajemen pendidikan di
11

tingkat satuan pendidikan akan mempromosikan efisiensi, efektivitas,


dan akuntabilitas yang lebih besar pada pemerintah pusat dan
masyarakat. Hanya saja apakah semua ini akan menghasilkan keadilan,
kualitas, dan efektivitas lebih besar, serta dapat meningkatkan kualitas
para lulusannya, sangat tergantung pada prakondisi dan kondisi yang
harus dipenuhi.
Berikut ini merupakan indikator dalam upaya penyediaan fasilitas
berdasarkan analisis kebutuhan:
a Salah satu bentuk sember daya sekolah/madrasah adalah fasilitas
yang tersedia. Fasilitas dan peralatan merupakan faktor penentu
keberhasilan dari sebuah sekolah/madrasah.
b Data analisis kebutuhan fasilitas meliputi: gedung, ruang,
perabotan, dan alat.
c Ketersediaan infrastruktur meliputi: lahan, air bersih, listrik,
jalan, alat komunikasi,pagar batas lahan.
d Ketersediaan gedung/ruangan: kepala sekolah/madrasah, wakil
kepala sekolah/madrasah, guru, pertemuan, kelas yang cukup
memadai, perpustakaan, uks, kantin, laboratorium, gudang, dan
pos jaga.
e Ketersediaan perabot dan peralatan pada gedung/ruangan sesuai
dengan analisis kebutuhan.
f Kelengkapan perpustakaan meliputi: perabotan, buku,
administrasi, katalog, dan kartu peminjaman.
g Penataan faslitas sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
h Keterlaksanaan perawatan dan perbaikan terhadap infastruktur ,
gedung, perabot dan peralatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan suatu sekolah/madrasah ideal diperlukan adanya
reposisi atau penataan ulang dalam segi manajemen pendidikan yang
mencakup pendidikan berbasis masyarakat, revolusi pendidikan, otonomi
manajemen sekolah/madrasah atau manajemen berbasis sekolah/madrasah,
daya dukung pembelajaran, serta dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah.
Adapun kriteria untuk menuju sekolah/madrasah meliputi standar
nasional pendidikan, sekolah/madrasah yang nyaman, serta fasilitas ideal
sekolah/madrasah.

B. Saran
Demikian makalah ini, semoga dapat dijadikan informasi untuk kita
semua. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini baik dari segi penulisan maupun isinya, oleh karena itu penulis
harapkan saran dan kritikan dari teman-teman maupun dosen pengampu yang
bersifat membangun untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta, 2010.


Hidayat, Ara dan Machali, Imam. Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba,
2012.
Irianto, Yoyon Bahtiar. Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori, dan
Model. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Mutohar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah Strategi Peningkatan Mutu
dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2014.
Ula, S. Shoimatul. Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif.
Yogyakarta: Berlian, 2013.

Anda mungkin juga menyukai