Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Disusun oleh:

Kelompok XI

Heiel Heielma Putri 21202241013

Dwi Rahayu Sonia 21202241016

Nada Khairiyah Dhia Adiasa 21202241019

Faninda Juliana Rahman 21202241023

Waldi Antoro 21202244117

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ..................................................... 3


B. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ........................................................... 3
C. Ruang lingkup Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) .............................................. 4
D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ............................................... 5
E. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ......................................................... 7
F. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu sistem yang sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
tingkat intelegensi masyarakat dalam segala aspek. Dengan pendidikan, manusia yang ada
dalam interaksi sosial dapat bersaing dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
cita-cita yang diinginkan. Menurut ketatapan MPRS No. II tahun 1960, tujuan pendidikan ialah
mencetak generasi yang dapat mewujudkan sumber daya manusia sesuai dengan pancasila
sehingga dapat bertanggung jawab sebagai masyarakat yang adil serta mempunyai daya
spiritual yang tinggi. Tujuan dari pendidikan di atas merupakan salah satu tujuan pendidikan
secara umum. Pada dasarnya, tujuan dari pendidikan nasional adalah berupaya untuk
menciptakan sumber daya manusia baik secara material maupun spiritual sesuai dengan
identitas negara Indonesia yakni Pancasila.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan salah satu jalur pendidikan formal.
Seperti jalur yang lain, sekolah memiliki peranan dalam pemberdayaan bangsa yaitu berperan
mencerdaskan siswa. Hal ini kontekstual dengan tujuan negara kita dalam pendidikan
sebagaimana diamanatkan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dikaitkan
dengan konsepsi Mulyasa (2002:4) terlihat pentingnya pencerdasan tersebut, beliau
mengungkapkan bahwa masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang secara
progresif akan membentuk kemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan
investasi besar untuk berjuang dari krisis dan menghadapi dunia global.

Moretti (2005:1) menyatakan bahwa sekolah bermanfaat memberikan kembalian


pendidikan berupa kembalian pribadi dan sosial. Sekolah memberikan kembalian berupa
manfaat pendidikan bagi individu dan manfaat pendidikan bagi masyarakat. Manfaat itu
menurut Moretti dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi keterlibatan dalam kejahatan,
dan menghasilkan kesehatan lebih baik. Disadari bahwa keberhasilan sekolah menjalankan
peranannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tergantung pada manajemennya. Apalagi
di era global ini sangat mengemuka tuntutan peningkatan kualitas (mutu) pendidikan. Oleh
karena itu, pemerintah memberikan otonomi pengelolaan kepada sekolah. Otonomi
pengelolaan itu dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah?
2. Apakah tujuan dari Manajemen Berbasis Sekolah?
3. Apa saja ruang lingkup dari Manajemen Berbasis Sekolah?
4. Bagaimana konsep dari Manajemen Berbasis Sekolah?
5. Apa saja manfaat dari Manajemen Berbasis Sekolah?
6. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah.
2. Mengetahui tujuan dari Manajemen Berbasis Sekolah.
3. Mengetahui ruang lingkup Manajemen Berbasis Sekolah.
4. Mengetahui konsep Manajemen Berbasis Sekolah.
5. Mengetahui manfaat dari Manajemen Berbasis Sekolah.
6. Mengetahui implementasi dari Manajemen Berbasis Sekolah.

D. Manfaat

Setelah mengetahui pengertian, tujuan, ruang lingkup, konsep, dan implementasi dari
Manajemen Berbasis Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah,
baik dalam proses yang terkait dengan layanan maupun dalam hasil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Slamet PH (2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan. Berbasis memiliki kata dasar basis yang artinya dasar atau asas.
Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau ”berfokuskan pada”. Sekolah adalah lembaga untuk
belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Sekolah adalah suatu
organisasi dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Mulyasa adalah pemberian


otonomi luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber
dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan
kebutuhan setempat. Artinya, MBS adalah salah satu basis manajemen pengelolaan sekolah
yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
bersama secara partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Model manajemen ini ditujukan untuk memberikan kemandirian kepada sekolah serta
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Melalui MBS,
setiap satuan pendidikan dapat menentukan kebijakan sendiri untuk meningkatkan mutu dan
relevansi pendidikan dengan mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin
kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

B. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, tujuan Manajemen


Berbasis Sekolah (MBS) adalah :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

3
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolah tentang mutu pendidikan yang akan
dicapai.

Mulyasa menyebutkan tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah


meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada dan partisipasi masyarakat. Peningkatan
mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme guru, adanya hadiah, dan hukuman sebagai kontrol. Pemerataan pendidikan
nampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan
untuk membuat sekolah dapat lebih mandiri dalam memberdayakan sekolahnya melalui
pemberian kewenangan (otonomi), fleksibilitas yang lebih besar terhadap sekolah dalam
mengelola sumber daya, dan mendorong partisipasi warga sekolah serta masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

C. Ruang Lingkup Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pihak manajemen sekolah


diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk dapat mengatur dirinya sendiri dalam berbagai hal
disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan demikian, akan timbul adanya pengambilan
keputusan secara musyawarah mufakat antar semua pihak sekolah sebagai upaya peningkatan
mutu sekolah yang berpedoman pada kebijakan pendidikan nasional. Kebebasan dan
keleluasaan tersebut diberikan agar nantinya tujuan sekolah dapat tercapai. Sehingga,
manajemen sekolah ini yang nantinya akan menentukan serta bertanggung jawab atas berhasil
atau tidaknya sebuah sekolah dalam menjalankan proses pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki ruang lingkup yang luas meliputi
berbagai aspek sebagai berikut:

1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan otonomi satuan pendidikan dalam


mengelola pendidikan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam hal ini, kepala
sekolah bersama guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola pendidikan.
2. Kewenangan kepala sekolah untuk menentukan secara mandiri satuan pendidikan yang
dikelolanya dalam bidang manajemen, yang meliputi rencana strategis dan

4
operasional, struktur organisasi dan tata kerja, sistem audit dan pengawasan internal,
dan sistem penjaminan mutu internal.

Hal-hal tersebut merupakan ruang lingkup Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang
mana setiap satuan pendidikan memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola kegiatan
pendidikan di satuan pendidikan. Namun, untuk saat ini, konsep desentralisasi model
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini belum dipahami secara filosofis dan mendasar.
Akibatnya, manajemen sekolah yang seharusnya dapat melakukan berbagai hal secara mandiri,
tidak bisa melakukannya karena memerlukan dukungan aturan sebagai langkah melakukan dan
membuat kebijakan di sekolah. Hal semacam itu yang menyebabkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) tidak dapat berjalan dengan optimal.

D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Pada prinsipnya, MBS merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengembalian keputusan
secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu
sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Oleh karena itu, terdapat sejumlah kata kunci
terkait MBS, yakni otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai
sasaran mutu sekolah.

1. Otonomi
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian dalam mengatur serta
mengurus dirinya sendir dan mereka tidak tergantung pada pihak manapun. Jadi
otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga
sekolah sesuai dengan peraturan perundang undangan pendidikan nasional yang
berlaku.
2. Kemandirian
Kemandirian, dimaknai sebagai langkah dalam pengambilan keputusan dalam
mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, mengambil strategi, dan
metode dalam memecahkan persoalan yang ada, sehingga mampu menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Tentu
saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu
kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi atau

5
menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan
memilih cara pelaksanaan yang terbaik, dan kemampuan berkomunikasi dengan cara
yang efektif. Selain itu juga kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah,
kemampuan adaptasi dan antisipasi, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan
kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
3. Pengambilan Keputusan Partisipatif (Demokratis)
Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan
melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik oleh warga sekolah (guru,
siswa, karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat). Warga sekolah didorong untuk
terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi
terhadap pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika
seseorang dilibatkan (berpartisipasi) daIam pengambilan keputusan, maka yang
bersangkutan akan mempunyai rasa memiliki terhadap keputusan tersebut, sehingga
yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk
mencapai tujuan sekolah. Makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa
tanggung jawab dan makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya.
Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan
pengambilan keputusan sekolah. Dengan pengertian di atas, sekolah memiliki
kewenangan dan kemandirian lebih besar dalam mengelola sekolahnya untuk
mencapai mutu pendidikan.
Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah.
2. Bersifat adaptif dan antisipatif proaktif sekaligus.
3. Memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil risiko).
4. Bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah.
5. Memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya.
6. Memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisikerja.
7. Komitmen yang tinggi pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilainya.

6
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konsep manajemen berbasis sekolah
(MBS) di antaranya :

1. Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi dan


kekuatan atau kewenangan di tingkat sekolah dalam sistem keputusan, harus dikaitkan
dengan kemampuan dalam peningkatan kinerja sekolah.
2. Penelitian tentang program MBS berkenaan dalam desentralisasi kekuasaan dan
program peningkatan partisipasi. Pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan
pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas programnya.
3. Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen-elemen manajemen partisipasif.
Kemampuan, informasi, dan imbalan yang memadai merupakan elemen-elemen yang
menentukan efektivitas program MBS dalam meningkatkan kinerja sekolah.

E. Manfaat Manajemen Berbasis Pendidikan (MBS)

Berbagai keuntungan yang dapat diperoleh melalui Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS), antara lain:

1. Kebijakan dan kewenangan sekolah bersumber pada kondisi nyata yang dialami
sekolah dan membawa pengaruh langsung kepada siswa, wali siswa, serta guru.
2. Sumber daya lokal dapat termanfaatkan secara optimal dan relevan.
3. Pengelolaan pendidikan dapat berjalan dengan lebih efektif.
4. Adanya perhatian bersama dalam pengambilan keputusan memiliki dampak langsung
terhadap guru, manajemen sekolah, dan perubahan perencanaan sekolah.
5. Memberikan peluang besar bagi kepala sekolah dan guru dalam mengelola sekolah
agar lebih efisien dan efektif karena adanya rasa kepemilikan, partisipasi, serta
keterlibatan yang tinggi dalam pembuatan juga pengambilan keputusan.
6. Mendorong terciptanya berbagi kekuasaan antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, serta sekolah yang memerlukan penataan yang dilandasi kerjasama dan
konsisten terhadap kewajiban, kewenangan, serta tanggung jawab masing-masing
pihak. Dalam hal ini, pemerintah pusat berkewajiban dalam merumuskan cita-cita dan
strategi nasional pendidikan, kurikulum nasional, publikasi buku pelajaran, serta
pertanggungjawaban dalam mutu edukatif. Di sisi lain, pemerintah daerah
berkewajiban menyelenggarakan pembinaan sumber daya manusia, mengatur
rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, pengembangan karier, pemindahan,

7
kenaikan pangkat, serta pemberhentian guru. Sedangkan sekolah berkewajiban untuk
mengatur jam dan jadwal pelajaran, tolok ukur apa yang digunakan untuk menilai
pencapaian kurikulum, keleluasaan mengelola sumber daya sekolah, dan menyertakan
masyarakat dalam meningkatkan kinerja sekolah.
7. Kesejahteraan yang didapatkan oleh guru akan berbanding lurus dengan konsentrasi
guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
8. Tingkat profesionalisme kepala sekolah dan guru akan mengalami peningkatan.
9. Memberikan keleluasaan sekolah dalam menarik partisipasi wali siswa, yang mana
nantinya dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa.

F. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah pemberian


otonomi yang lebih luas kepada sekolah dengan tujuan akhir untuk meningkatkan mutu hasil
penyelenggaraan pendidikan, sehingga bisa menghasilkan prestasi melalui proses manajerial
yang mapan. Melalui peningkatan kinerja dan partisipasi semua stakeholder-nya, sekolah akan
menjadi suatu instansi pendidikan yang demokratik, kreatif, dan inovatif serta unik dengan ciri
khasnya untuk melakukan pembaharuan sendiri (self reform).

Dalam implementasinya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meliputi manajemen


kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen
pendanaan/keuangan, dan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan inti bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Dalam hal ini, manajemen kurikulum dan program pengajaran
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Perencanaan
dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Oleh karena itu, sekolah juga
bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, manajemen tenaga
kependidikan mencakup perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan

8
pengembangan pegawai, pemberhentian pegawai, dan evaluasi pegawai. Semua itu
perlu dilakukan dengan baik dan benar agar tenaga kependidikan yang diperlukan
sesuai dengan kualifikasi dan kemampuan serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan
baik dan berkualitas. Manajemen tenaga kependidikan
3. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik. Mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah. Di antara dimensi manajemen berbasis sekolah tersebut,
manajemen kesiswaan menduduki tempat yang sangat penting, karena sentral
layanannya di sekolah adalah peserta didik.
Dalam hal ini, para tenaga kependidikan sekolah seperti kepala sekolah dan guru
masing-masing ikut terlibat dalam kegiatan manajemen. Keterlibatan mereka berbeda-
beda sesuai dengan peran dan tugasnya serta tingkat keterampilan yang mereka
memiliki.
4. Manajemen Pendanaan/Keuangan
Manajemen pendanaan/keuangan merupakan salah satu sumber daya secara langsung
yang menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Manajemen
keuangan juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,
pendanaan, dan pengelolaan aktivitas dengan beberapa tujuan menyeluruh.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana
dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti
pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini mencakup kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan
serta penataan.
Mulyasa menegaskan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran. Sedangkan, yang dimaksud prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran,
seperti halaman, kebun, taman, dan sekolah.

9
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu pengelolaan yang
mana bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan
dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial.

Dalam implementasinya, Manajemen Berbasis Sekolah memiliki strategi yang perlu


diterapkan. Strategi adalah langkah-langkah yang sistematis dan sistematik dalam
melaksanakan rencana secara menyeluruh (makro) dan berjangka panjang dalam pencapaian
tujuan MBS. Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan, atau kaidah-
kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga dan waktu secara optimal.

Berikut ini adalah strategi-strategi yang diharapkan mampu meningkatkan


keberhasilan dalam implementasi MBS.

Pertama, sekolah harus memiliki otonomi dalam empat hal, yaitu otonomi dalam
kekuasaan dan kewenangan, pengembangan, pengetahuan, dan keterampilan secara
berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada
setiap pihak yang berhasil.

Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan dan proses
pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan
dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat.

Ketiga, adanya kepemimpinan sekolah yang kuat, sehingga mampu menggerakkan dan
mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif, terutama kepala sekolah harus
menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala
sekolah dalam penerapan MBS berperan sebagai designer, motivator, dan fasilitator.

Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis. Dalam


pengambilan keputusan, kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan
memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani oleh kepala sekolah adalah
murid dan orang tuanya serta masyarakat dan para guru.

Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya. Untuk bisa
memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing, harus ada sosialisasi terhadap
konsep MBS itu sendiri.

10
Keenam, adanya guidelines dari Departemen Pendidikan terkait, sehingga mampu
mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines tersebut tidak
perlu lagi berisi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, tetapi yang
diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.

Ketujuh, sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal


diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan
secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada
setiap pihak yang terkait.

Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan
lebih khusus lagi adalah untuk meningkatkan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan
lagi bahwa MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi
untuk itu.

Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi


peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), mengadakan pelatihan-
pelatihan, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan, dan
melakukan perbaikan-perbaikan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

MBS merupakan sebuah basis pengelolaan sekolah di mana pihak sekolah


mendapatkan otonomi yang luas untuk mengelola pendidikan yang sesuai dengan kondisi
sekolah masing-masing. Melalui pemberian kewenangan dalam pengelolaan satuan
pendidikan, diharapkan akan menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan sekolah.
MBS hanya dapat dilaksanakan apabila semua warga sekolah mempunyai rasa komitmen dan
tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya masing-
masing. Penerapan MBS ini akan meningkatkan partisipasi warga sekolah dalam proses
pelaksanaan pendidikan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan mutu sekolah.

Setiap satuan pendidikan dapat menentukan kebijakan sendiri untuk meningkatkan


mutu dan relevansi pendidikan dengan mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta
menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pendekatan
manajemen ini, merupakan satu sistem pengelolaan yang luas dalam berbagai aspek. Melalui
MBS, sekolah dapat mengarah pada kemandirian dan peningkatan mutu. Oleh karena itu,
implementasi manajemen berbasis sekolah harus terus didorong pada semua satuan
pendidikan. Dengan demikian, hal ini akan menghasilkan sekolah yang mandiri dan berdaya
saing.

12
DAFTAR PUSTAKA

Achadah, A. (2019). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Konsep Dasar dan


Implementasinya pada Satuan Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah,
4(2), 77-88.
Alif Achadah. 2019. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Konsep Dasar Dan
Implementasinya Pada Satuan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Ilmiah. 4(2): 4.
Ardiansyah, Dirjo, dkk. 2018. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) SMA. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
Arifin M Barnawi, “Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter”, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media (2012).
Cut Zahri Harun, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jurnal Pendidikan Karakter, no. 3
(2015): 302–308.
Moh Yamin, “Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan; Panduan Menciptakan Manajemen
Mutu Pendidikan Berbasis Kurikulum Yang Progresif Dan Inspiratif” (Yogyakrata:
Diva Press, 2009).
Mulyadi, Y., Hermawan, I. C., Sulaeman, T. (2021). Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Peningkatan Kualitas Pendidikan. Jurnal Pendidikan Politik, Hukum, Dan
Kewarganegaraan, 11(1), 40-47.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
PH, Slamet. (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Seminar Regional
dengan Tema “Otonomi Pendidikan dan Implementasinya dalam EBTANAS” di
Universitas Panca Marga Probolinggo, Jawa Timur.
http://digilib.uinsby.ac.id/5829/1/Bab%202.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai