Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Disusun oleh :
1. Hasna Retno Sholikhah 2201040035
2. Asweda Nur Laela 2201040045
3. Dhina Laras Asih 2201040046
4. Eky Fahmi Sjahranie 2201040047
5. Fadiha Oktafiani 2201040054

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan


Dosen pengampu :
Akhmad Fauzan, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya tak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad saw. sehingga kami dapat menyusun makalah ini sampai selesai. Tida
lupa juga kami ucapkan terimakasih terhadap pihak yang berkontribusi dengan
memberikan sumbangan pikiran maupun materi pada penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa dipraktikan dalam kehidapan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 13 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................................
E. Pembahasan.......................................................................................................
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)......................................3
2. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)............................................4
3. Peningkatan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)..........................5
4. Strategi Pelaksanaan di Tingkat Sekolah....................................................9
F. Kesimpulan dan Saran.......................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................12
2. Saran..........................................................................................................13
G. Daftar Pustaka...................................................................................................

iii
A. Latar Belakang
Pergeseran pendekatan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di
Indonesia telah berimbas pada pengelolaan sistem pendidikan, yakni dari semula
yang lebih bersifat sentralistik bergeser ke arah pengelolaan yang bersifat desen-
tralistik. Hal ini secara implisit dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang diberla- kukan secara efektif mulai
tanggal 1 Januari 2001, bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota (Pasal 11
Ayat 2).

Untuk dapat melaksanakan kewajiban ini secara bertanggung jawab dan


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang
bersangkutan, maka diperlukan strategi pengelolaan pendidikan yang tepat.
Strategi ini diperlukan mengingat sebagian besar daerah mengalami keterbatasan
sumber daya, sementara itu tuntutan akan kualitas pendidikan selalu meningkat
terus sejalan dengan kemajuan perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan
dunia kerja.

Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, efektif, dan efisien dalam
menangani berbagai permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tidak mungkin
dapat bekerja secara sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stake-holders) terhadap bidang pendidikan tersebut, seperti:
orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan), dan institusi sosial lain
seperti dunia usaha atau dunia industri. Karena itu kerja sama dan koordinasi
antara pemerintah daerah dengan pihak- pihak yang berkepentingan tersebut
menjadi sangat penting dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, terutama
dalam bidang pengelolaan pendidikan.

Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara


berbagai pihak seperti di atas lebih dikenal dengan istilah the collaborative school
management (lihat Caldwell & Spink, 1988) yang pada perkembangan selanjutnya
menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan school based management
atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

1
School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi
bidang pendidikan, yang ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional (tim Bapenas & Bank Dunia, 1999:10).

Dengan memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada


dasarnya MBS merupakan suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
di sekolah yang menekankan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber
internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan yang berkualitas atau bermutu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
2. Apa saja prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3. Bagaimana peningkatan mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Untuk mengetahui prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
3. Untuk mengetahui cara peningkatan mutu Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).

D. Manfaat penulisan
1. Menambah jenis bacaan bagi penulis dan pembacanya.
2. Meningkatkan literasi bagi penulis dan pembacanya.
3. Memperluas wawasan dan pegetahuan bagi penulis dan pembacanya.

2
E. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral yang tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan. Alasannya tanpa manajemen tidak
mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efesien.
Berdasarkan fungsi dari manajemen tersebut penulis perlu kiranya menjelaskan
beberapa pengertian tentang manajemen sekolah atau manajemen pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah gabungan dari dua kata yang memunyai
satu makna, yaitu manajemen dan pendidikan. Secara sederhana, manajemen
pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang dipraktikan dalam dunia
pendidikan dengan spesifikasi dan ciri khas yang ada dalam pendidikan.
Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah sebuah alat yang diperlukan
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam pendidikan
merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam bisang pendidikan.
Manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan
dengan dunia pendidikan (Kurniadin dan Machali, 2012: 117).
Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orangorang di sekitar
kita, namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut. Para
pakar pendidikan telah banyak memberikan kajian dan ulasan terhadap istilah
tersebut. Slamet PH,(2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga
kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya
melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau ”berfokuskan
pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ”bekal kemampuan
dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik
dan profesionalistik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”manajemen
berbasis sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang

3
dilakukan secara otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan sekolah dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan (partisipatif).

2. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Terdapat empat prinsip manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk
implementasi otonomi daerah bidang pendidikan yang menjadi landasan dalam
menerjemahkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sesuai
dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas, partisipasi,
dan inisiatif.
a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian dalam
mengatur dan mengurus diri sendiri. Kemandirian dalam program dan pendanaan
merupakan tolak ukur utama kemandirian sekolah. Kemandirin yang berlangsung
secara terus menerus akan menjamin keberlangsungan hidup dan perkembangan
sekolah.
b. Prinsip fleksibelitas
Prinsip fleksibelitas dapat diartikan sebagai keluwesan uang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber
daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Prinsip ini
akan melahirkan sekolah yang lebih lincah dalam bergerak dan tanggap terhadap
permasalahan yang harus dihadapi.
c. Prinsip partispasi
Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkunagn yang
terbuka dan demokratik. Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat
didorong untuk telibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari
pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa jika seorang dilibatkan
maka yang bersangkutan akan mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah,

4
sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan ke arah yang lebih bermutu.
d. Prinsip inisiatif
Prinsip ini didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya
yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia
harus selalu digali, ditemukan, dan dikembangkang untuk menjadi sumber daya
yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan (Hidayat dan Machali, 2012: 56).

3. Peningkatan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Konsep pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian kreativitas
sekolah di dalam mengolah potensi sumber daya dan pendidikan melalui kerja
sama dengan pemerintah dan masya- rakat di dalam pengambilan keputusan untuk
memenuhi tujuan peningkatan mutu sekolah Pengelolaan sekolah semacam ini
dapat juga disebut The Colaborative School Management (Caldwell & Spink
dalam Beare et al, 1992 133-134).
Konsep pengelolaan ini menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing,
berkembang didasarkan pada keinginan memberikan kemandirian kepada sekolah
untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan
kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Untuk ini
sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro
pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya (kelebihan dan
kekurangannya) untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus
memformu lasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program- program
prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah sesuai dengan visi
dan misinya masing-masing Sekolah harus menentukan target mutu (dalam arti
luas) yang ingin dicapai untuk setiap kurun waktu, merencanakannya, melaksana-
kan dan mengevaluasi dirinya, untuk kemudian menentukan. target mutu untuk
tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah dapat mandiri tetapi masih dalam
rangka acuan kebijakan nasional, dan bertanggung jawab (memiliki akuntabilitas)
terhadap kebutuhan belajar siswa dan masyarakat (Umaedi, 2000 75-76).

5
Dengan mengutip pendapat Edmon, Umaedi (2000 76-77) lebih lanjut
mengemukakan berbagai indikator yang menunjuk- kan karakter dari konsep
manajemen ini, antara lain:
a. lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
b. sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai,
c. sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,
d. adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru,
dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi,
e. adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan
IPTEK,
f. adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek
akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan/perbaikan mutu, dan
g. adanya komunikasi dan dukungan intensif dan orang tua
murid/masyarakat.
Dengan mendasarkan diri pada pendekatan. Total Quality Management
(TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward Deming, Paine dkk. (1992:
10-13), lihat juga (Glasser, 1992) menyarankan 14 butir untuk mencapai mutu
pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE),
yaitu:
1. Merancang secara terus-menerus berbagai tujuan pengem- bangan siswa,
pegawai, dan layanan pendidikan.
2. Mengadopsi filosofi baru, yang mengedepankan kualitas pembelajaran dan
kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil prakarsa dalam
gerakan peningkatan mutu ini.
3. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan
kualitas kerja. Peserta didik harus berusaha mengejar kualitas, dan
menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, customers mereka
(guru, orang tua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya.
4. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan
(stake holders) untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas.

6
5. Melakukan evaluasi secara kontinu dan mencari terobosan-terobosan
pengembangan sistem dan proses untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas
6. Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam
pengembangan mutu Guru harus melatihsiswa agar menjadi warga dan
pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendalian
diri, pengam- bilan keputusan dan pemecahan masalah.
7. Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf dan siswa
mengerjakan tugas pekerjaanya dengan lebih baik Didalam mengelola
kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan pada
kepengawasan
8. Mengembangkan ketakutan, yakni semua staf harus merasa mereka dapat
menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru mengembangkan kerja
sama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.
9. Menghilangkan penghalang kerja sama di antara staf, guru, dan murid,
atau antarketiganya.
10. Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar.
11. Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan,
karena penetapan kuota justru akan mengu- rangi produktivitas dan
kualitas.
12. Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkankebanggaan para
guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya.
13. Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode atau
teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan atau
pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut.
14. Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk
mengambil bagian atau peranan dalam penca- paian kualitas.
Sementara itu Austin dan Reynolds (dalam Paine et al. 1992 19-21)
mengemukakan beberapa karakteristik utama dari sekolah yang efektif, antara
lain:

7
a. Mempunyai cukup otonomi yang memungkinkan seluruh pegawai terlibat
dalam perencanaan, kerja sama dan kolaborasi antarguru.
b. Kepemimpinan yang memungkinkan pegawai ada semua tingkat untuk
mengambil inisiatif pengembangan proses kerja yang efisien dengan
produktivitas tinggi.
c. Mengikutsertakan seluruh staf dalam pengembangan proses dan sistem
serta suasana kerja di sekolah, sehingga staf tersebut betah bekerja dan
merasa memiliki serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan sekolah
d. Kurikulum berdasarkan pada, dan mendukung, tujuan-tujuan dan harapan-
harapan sekolah Perencanaan dan pengorgani- sasian yang baik akan
membantu penyediaan kurikulum yang sesuai dengan tujuan sekolah,
sekaligus juga untuk pengembangannya.
e. Memperhatikan pengembangan staf, terutama dengan mengikutsertakan
pegawai dalam perancangan tujuan dalam bentuk tim kerja.
f. Memaksimalkan waktu belajar dalam kelas secara bijaksana dan
mengurangi berbagai akibat negatif dari kegiatan belajar di kelas.
g. Menyebarluaskan semangat sukses akademik. Untuk itu penguatan yang
bersifat positif dalam kerangka kerja sama tim sangat diperlukan untuk
meningkatkan semangat kerja (morale) dalam mencapai standar akademik
tertentu.
h. Dukungan dan keterlibatan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan .
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa karakteristik sekolah yang efektif
tersebut dapat dicapai melalui proses antara lain:
1. Perencanaan kolaboratif dan hubungan kesejawatan.
2. Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.
3. Penentuan tujuan dan harapan sekolah secara jelas, yang didasarkan pada
penilaian diri (self-evaluation).
4. Pemeliharaan ketertiban dan disiplin untuk menjaga suasana lingkungan
yang kondusif untuk belajar, atau untuk men- ciptakan iklim sekolah yang
positif.

8
Apabila dicermati berbagai uraian di atas menunjukkan kepada kita tentang
berbagai cara kerja yang perlu dilakukan untuk mencapai kualitas pendidikan
yang diinginkan, yang pada intinya memerlukan komitmen, kesungguhan dan
kesediaan untuk bekerja sama dari semua pihak yang berkepentingan dengan
dunia pendidikan Karena itu, penerapan MBS pada suatu sekolah, termasuk SD
sangat tergantung pada kesiapan dari pihak-pihak di atas, kesiapan ini tidak
semata-mata hanya sekadar bersifat legal formal yang lebih banyak bersifat
politis, tetapi yang lebih penting adalah kesiapan teknis untuk menjalan kan model
pengelolaan tersebut.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dikatakan merupakan model
pengelolaan pendidikan yang relatif baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia Model
ini mulai diujicobakan tahun 1999/2000 pada 140 SMUN dan 248 SLTPN, dan
pada tahun 2000/2001 pada 486 SMUN dan 158 SLTPN yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia (Dikmenum, 2000d: 3).

4. Strategi Pelaksanaan di Tingkat Sekolah


Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan
mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari
orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki
kepedulian terhadap pendidikan, sekolah harus melakukan tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah yang lebih presentatif, akurat,
valid dan secara sistematis menyangkut berbagai aspek akademis,
administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisis kekuatan dan
kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personel sekolah, kinerja
dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil
yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan
keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengiden- tifikasikan
kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi dan tujuan dalam rangka

9
menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan
konsep pemba- ngunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal
penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi
kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa
belajar, penyediaan sumber daya, dan pengelolaan kurikulum termasuk
indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun
program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan) termasuk
anggarannya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang
akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan sejumlah program aktivitas
yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah
ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi
perencanaan tahun itu dan tahun- tahun yang akan datang. Perencanaan
program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang
akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu
pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam persentase tertentu,
perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dan sebagainya).
Program sekolah disusun bersama-sama antara sekolah, orang tua dan
masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda yang antara satu
sekolah dengan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam
pengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu siswa, maka
program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum
dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan,
langkah-langkah untuk penyampaiannya di dalam proses pembelajaran dan
siapa yang akan menyampaikannya.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi
alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksanakan
program. Karena itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimung
kinkan bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya dalam

10
memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah untuk
menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut Seringkali
prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output
pembelajaran Karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut
sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program- program
pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus
bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus
merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terkait
dengan program yang mendukung pencapain target mutu. Hal ini memungkinkan
terjadinya perubahan pada peren- canaan sebelum sejumlah program dan
pendanaan disetujui atau ditetapkan.
Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam jangka waktu satu tahun
program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan
pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas.
Peren- canaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan
perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu (1) mampu
mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi
berbagai program F Sekolah dalam periode satu tahun, dan (ii) keberadaan dan
kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus Ameyakinkan guru dan
staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena
perubahan tersebut dirasakan harus dilaksanakan total dan segera) bahwa
walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk
melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan telah juga
disesuaikan. Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat
dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan
untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan dan waktunya.
Melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan apakah program yang
telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah
tercapai, dan sejauhmana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa,
maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk

11
mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dari
kegiatan Simonitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektivitas dan
efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam
kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan
informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya
dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian
aktifitas tersebut terus-menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses
peningkatan mutu yang berkelanjutan.

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Manajemen Berbasis Sekolah atau School-Based Management
meruapakan sebuah konsep manajemen di era otonomi daerah untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Pada intinya model MBS adalah manajemen
yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi
tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.
Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan
siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi
Indonesia yang sangat kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara
lengkap oleh birokrasi pusat. Karena itu, di dalam proses peningkatan mutu
pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini mendorong
lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen
alternatif ini memberikan kemandirian kepada sekolah untuk mengatur dirinya
sendiri dalam rangka pening- katan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu
kepada kebijakan nasional. Konsekuensi dari pelaksanaan program ini adanya
komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yaitu orang tua/masyarakat, guru,
kepala sekolah, siswa dan staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Depdikbud) di
sisi lainnya sebagai partner dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.

12
2. Saran
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki kontribusi positif dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan, maka di era sekarang ini pengembangan
pendidikan tidak hanya berhenti sampai tingkatan provinsi maupun kabupaten
atau kota. Melainkan perlu pemberian kewenangan yang lebih luas di tingkatan
sekolah agar lebih berdaya dan mandiri dalam mengelola sekolahannya dalam
kerangka Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

G. DAFTAR PUSTAKA

Suryosubroto, 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka


Cipta.
https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-khwarizmi/article/download/86/73
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/ekspose/article/view/117

13

Anda mungkin juga menyukai