Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulisan dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah. Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai “Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Sekolah”.
Dalam penulisan makalah ini terdapat hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu
pengetahuan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini dan terbatasnya
sumber buku yang diperoleh. Oleh karena itu penulis menyadari akan kemampuan yang masih
jauh dari kata sempurna, tetapi dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
demokratis dan berkeadilan serta diskriminatif dengan menunjukan tinggi hak asasi
Dua landasan normatif tersebut sebenarnya sudah cukup menjadi rambu- rambu
bagi pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Akan tetapi perlu adanya standarisasi dan
pengendalian mutu secara nasional sebagai upaya membentuk kesatuan referensi dalam
mencapai pendidikan yang berkualitas. Standar pendidikan ini telah diperkuat dengan
dalam masyarakat, di samping sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum
dan sebagai sarana peningkatan efisiensi pemerataan pendidikan, peran serta masyarakat
dan akuntabilitas publik. Secara esensial, landasan filosofis otonomi daerah adalah
yang dicita-citakan.
1
Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di
komponen masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di
sekolah. Dalam kerangka inilah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) tampil sebagai
alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu
konsep yang menawarkan otonomi kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu,
setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya
efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau
asas. Sedangkan sekolah berarti lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk
menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka
manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang
berdasarkan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Eman Suparman seperti yang dikutip oleh Mulyono mendefinisikan manajemen
berbasis sekolah sebagai penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah
atau mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional. Sementara itu Slamet
mengartikan manajemen berbasis sekolah sebagai pengkoordinasian dalam penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah
input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional,
dengan melibatkan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif). Hal ini berarti sekolah harus bersifat
terbuka dan inklusif terhadap sumber daya di luar lingkungan sekolah yang mempunyai
kepentingan selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
Priscilla Wohlster dan Albert Mohrman menjelaskan secara luas bahwa manajemen
berbasis sekolah (MBS) adalah pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi
sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipasi sekolah pada
tingkat lokal guna memajukan sekolahnya. Partisipasi lokal yang dimaksudkan adalah
partisipasi kepala sekolah, guru dan masyarakat lokal.
Sesuai dengan deskripsi di atas, manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan
pemberian otonomi penuh kepada sekolah untuk secara aktif-kreatif serta mendiri dalam
3
mengembangkan dan melakukan inovasi dalam berbagai program untuk meningkatkan
mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri yang tidak terlepas dari
kerangka tujuan pendidikan nasional dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholder), serta sekolah harus mampu mempertanggungjawabkan kepada masyakat.
Artinya manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya
yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan seluruh kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Kunci sukses MBS sangat bergantung pada peran kepala sekolah dan guru sebagai
entrepreuneur. Mereka dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan cara
mereka sendiri yang unik, dan secara bersama-sama menghimpun informasi dan membuat
pilihan sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah mereka. Mereka dapat mengelola dana
dengan baik, mengontrolnya dan melaporkannya secara akuntabiltas. Delegasi tugas
berjalan dengan baik hingga ke jenjang terendah di satuan pendidikan mereka. Perolehan
belajar peserta didik menjadi fokus agar tidak ada peserta didik yang dirugikan. Budaya
sekolah dibangun sebagai komunitas pembelajar yang selalu haus akan ilmu dan selalu
belajar. Peran serta orangtua dan masyarakat terlibat dalam berbagai aktivitas sekolah
sehingga terbangun kepercayaan yang baik. Manajeman yang baik akan menjadi lahan
subur bagi berkembangnya budaya sekolah yang baik dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat.
MBS dalam implementasinya mampu mengelola sumberdaya sekolah yang sangat
beragam (multiple smart) yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, dengan
mengikutsertakan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. Jika semua
komponen yang ada di sekolah mampu diberdayakan sebagai bentuk dari internal
akreditasi maka secara nyata manajemen ini akan menghantarkan sekolah mampu
mencapai tujuan peningkatan mutu sekolah dengan proses yang baik.
4
2.2. Pentingnya Manajemen Berbasis Sekolah
5
Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa
pendidikan harus mampu mengoptimalisasikan semua potensi kelembagaan yang ada
dalam masyarakat, baik pada lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah,
masyarakat ataupun swasta.
2.3. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
d. Membina dan mengembangkan komponen manajemen sarana dan prasarana melalui
empat proses manajemen sekolah yang lebih efektif;
1. Kemandirian
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya sekolah, dan dalam pembagian sumber daya
untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumberdaya manusia yang terlibat, baik
warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya diberikan kesempatan yang sama
untuk ikut serta memberikan dukungan guna peningkatkan mutu sekolah sesuai dengan
kapasitas mereka. Pembagian sumberdaya untuk pengelolaan semua substansi manajemen
sekolah dilakukan secara bijaksana untuk mempercepat dan berkelanjtan upaya
peningkatan mutu sekolah. Dengan diperlakukan secara adil, semua pemangku
kepentingan untuk memberikan dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3. Keterbukaan
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan, sehingga
seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui mekanisme
pengelolaan sumberdaya sekolah. Selajutnya sekolah memperoleh kepercayaan dan
dukungan dari pemangku kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan melalui
penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada masyarakat tentang
pengelolaan sumberdaya sekolah, untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap sekolah.
Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan langkah awal upaya sekolah dalam
meningkatkan peranserta masyarakat terhadap sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, baik individu,
kelompok/organisasi maupun Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip
kemitraan antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar, yang melaksanakan
kerjasama saling menguntungkan untuk meningkatkan kualiats pendidikan di sekolah.
Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya kemampuan dan
8
keterampilan peserta didik, meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasanaran
sekolah, diperolehnya sumbangan ide untuk pengembangan sekolah, diperolehnya
sumbangan dana untuk peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya tugas kepala sekolah
dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan secara tidak langsung, misalnya
terbinanya anggota masyarakat yang berakhlak mulia, dan terciptanya tertib sosial. Sekolah
bisa menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat,
dunia usaha, dunia industri, lembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi pemuda,
organisasi wanita, lembaga swadaya masyarakat (LSM).
5. Partisipatif
6. Efisiensi
7. Akuntabilitas
9
mempertanggungjawakan kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses dan komponen
manajemen sekolah. Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis disertai bukti-
bukti administratif yang sah, menunjukkan bukti fisik (seperti bangunan gedung, bangku,
dan alat-alat laboratorium), atau lisan misalnya rapat dengan mengundang pemangku
kepentingan. Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang lebih besar terhadap sekolah
untuk mengambil keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip MBS di sekolah pada
dasarnya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah diperbolehkan
menambah prinsip implementasi MBS yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna
mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah baik secara akademis maupun
nonakademis.
10
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan seluruh kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Manajemen berbasis sekolah (MBS) memberikan kebebasan dan kewenangan
yang luas kepala sekolah disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi
yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat
meningkatkan kesejahteraan guru sehingga guru dapat berkonsentrasi dalam tugas
utamanya, yaitu mengajar
b. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, kita harus memahami konsep dasar manajemen
berbasis sekolah supaya kelak kita sebagai calon guru di masa depan dapat memanajemen
sekolah dengan baik dan benar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno. 2010. Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
12