Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen Pengampuh : Hasan, S.Pd.I., M.Pd.

PERUBAHAN KURIKULUM
DALAM KONTEKS MBS

Kelompok 6:

Muh. Nasrul Suparman (1747041012)

Dita Marchya Aurelia (1847041015)

Indirani (1747042021)

Sahra (1747041063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
-2020-
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul

“Perubahan Kurikulum dalam Konteks MBS” dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.Penulisan makalah ini merupakan bagian dari tugas mata

kuliah Manajemen Berbasis Sekolah di tingkat semester 6.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen

pengampuh mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu bapak

Hasan, S.Pd.I., M.Pd. sertapihak-pihak lain yang turut serta membantu

dan memberikan dukungan selama proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya masukan,

baik saran maupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri

maupunbagi pembaca secara umum.

Wassalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Makassar, 20 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i

Daftar Isi................................................................................................... ii

BAB IPendahuluan

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB IIPembahasan

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)............................................ 3

B. Manajemen Kurikulum................................................................... 4

C. Konsep Efektifitas Kurikulum......................................................... 5

D. Pendekatan Perubahan Kurikulum ................................................ 6

E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .............................. 8

F. Kurikulum 2013 ............................................................................. 12

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................... 15

B. Saran............................................................................................. 15

Daftar Pustaka ......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian paling penting dari proses

pembangunan nasional yang ikut menentukan ekonomi suatu negara.

Oleh karena itu, kualitas suatu negara dapat dilihat dari kondisi

pendidikannya. Pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih terus dalam

tahap perkembangan. Sejak memasuki era reformasi, pemerintah telah

menetapkan kebijakan otonomi daerah yang memberi pengaruh besar

terhadap arah pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional secara umum yaitu untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertera di dalam UUD 1945.

Sejalan dengan hal itu, pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 51 yang

menjamin bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan dengan

prinsip manajemen berbasis sekolah. Maksudnya yaitu arah pengelolaan

pendidikan diberikan kepada pihak sekolah untuk mengatur dan

menetapkan kebijakan-kebijakannya secara leluasa, sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku. Seperti penetapan visi, misi, dan

manajemen kurikulum sekolah.

Kewenangan dan keluwesan yang diberikan juga menjadi tanggung

jawab yang besar bagi pihak sekolah. Apalagi setelah perubahan

kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 tidak semulus yang diharapkan.

1
Dalam pelaksanaannya, banyak hambatan yang terjadi. Sehingga pihak

otoritas sekolah harus mampu mengatasinya melalui penerapan MBS,

agar dapat memanej sekolahnya dengan baik. Oleh karena itu, sangat

penting bagi para calon pendidik dan tenaga kependidikan untuk

memahami penerapan MBS di sekolah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan MBS?

2. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Kurikulum?

3. Bagaimana Konteks Efektifitas Kurikulum?

4. Bagaimana Pendekatan Perubahan Kurikulum?

5. Bagaimana Perubahan Kurikulum dalam Konteks MBS?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian MBS.

2. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Kurikulum.

3. Untuk Mengetahui Konteks efektifitas Kurikulum.

4. Untuk Mengetahui Pendekatan Perubahan Kurikulum.

5. Untuk mengetahui Perubahan Kurikulum dalam Konteks MBS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan padanan kata dari

School Based Management (SBM). The World Bankmengatakan bahwa

“MBS adalah desentralisasi level otoritas penyelenggaraan sekolah

kepada level sekolah.

Menurut Myers dan Stonehill MBS merupakan suatu strategi untuk

memperbaiki mutu pendidikan melalui pengalihan otoritas pengambil

keputusan dari pemerintah pusat ke daerah dan ke masing-masing

sekolah, sehingga kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua

peserta didik mempunyai control yang lebih besar terhadap proses

pendidikan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk mengambil

keputusan yang menyangkut pembiayaan, personal dan kurikulum

sekolah. Sedangkan Fasli Jalal dan Dedi Supriadi mengemukakan bahwa

MBS adalah bentuk alternative sekolah sebagai hasil dari desentralisasi

pendidikan, yang bertumpu pada masyarakat dan sekolah, serta jauh dari

birokrasi dan sentralistik.

Selain itu, Firdianti (2018:3) mengemukakan bahwa MBS harus

dimaknai sebagai bentuk otonomi sistem dan pengelolaan pendidikan

yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan bagi

seluruh lapisan masyarakat, bukannya untuk memindahkan tanggung

jawab dari pemerintah ke tangan masyarakat. Murniati dan Usman

3
(2009:3) mengatakan bahwa Manajemen berbasis sekolah pada

prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah

dan masyarakat, menghindari format sentralisasi dan birokratisasi yang

dapat menyebabkan hilangnya fungsi manajemen sekolah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis

Sekolah adalah suatu konsep yang memberikan kewenangan yang lebih

besar pada sekolah, untuk mengelola sekolahnya sendiri secara

langsung. Dimana pengambilan keputusan tidak hanya di tangan kepala

sekolah, tetapi juga melibatkan pemangku kepentingan yang lain,

termasuk dewan guru atupun masyarakat sekitar. Keuntungan

diterapkannya MBS yaitu adanya perhatian bersama untuk mengambil

keputusan, memberdayakan guru, dan manajemen sekolah (Fattah,

2000).

B. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan bagian dari MBS. Manajemen

kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang

kooperatif, komperhensif, sistematik, dan sistematik dalam

pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai

dengan konteks MBS dan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu,

otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam

mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan

dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau

4
sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan

(Rusman, 2009).

Menurut Ibrahim Bafadhal (2005), manajemen kurikulum pada

tingkat kanak-kanak merupakan pengaturan semua kegiatan belajar baik

di dalam kelas maupun di luar kelas yang pelaksanaannya sudah

terorganisasi, dan terstruktur. Hal ini bertujuan agar seluruh kegiatan

pengajaran belajar efektif dan efisien. Di sisi lain, manajemen kurikulum

adalah pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi, uang,

informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik menjadi

kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya.

Manajemen kurikulum mencakup kegiatan pelaksanaan, dan

penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional

pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional

pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah

bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan

kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah juga bertugas dan

berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

C. Konteks Efektifitas Kurikulum

Konsep kurikulum sebagai rancangan (a plan) menghasilkan suatu

kurikulum atau kurikulum tertulis yang akan menjadi pegangan dalam

implementasi kurikulum, proses pendidikan khususnya proses

5
pembelajaran. Kurikulum harus menjadi pedoman bagi pengembangan

para peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

masyarakat dan peserta didik itu sendiri.

Kurikulum mencakup desain atau rancangan dan kegiatan

implementasinya. Bagaimanapun bagusnya desain kurikulum ketika

impelmentasinya tidak sesuai dengan apa yang dicanangkan, maka

hasilnya tidak akan baik. Efektifitas kurikulum menunjuk kepada sejumlah

harapan yang dirancang dalam desain dapat dilaksanakan dan dicapai.

Semakin kompleks dan tinggi tingkat pencapaiannya, maka semakin

efektif pula implementasi kurikulum tersebut. Pencapaian harapan-

harapan tersebut sangat dipengaruhi oleh kesungguhan para pelaksana,

baik pimpinan, dosen maupun staf administrasi, ketersediaan sarana dan

prasrana pendidikan, dukungan dana serta manajemen pimpinan. Mutu

proses dan hasil pendidikan tidak hanya ditentukan oleh bagusnya desain

kurikulum, tetapi juga oleh unsur pelaksan dan fasilitas pendukung.

D. Pendekatan Perubahan Kurikulum

Indonesia adalah negara yang kaya dengan dinamika, khasanah

dan pertumbuhan. Indonesia dianggap mampu mensejajarkan diri dengan

pendidikan di negara lainnya. Hal ini apat dibuktikan dengan sumber daya

pendidikan yang mampu mengutus peserta didik untuk mengikuti

beberapa event olimpiade, baik di bidang ilmu eksakta maupun non

eksakta. Indonesia mampu mengikuti perkembangan kemajuan

pendidikan dunia karena seluruh warga negara Indonesia sama-sama

6
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan tata cara pengelolaan

pendidikan sesuai dengan peraturan dan kewenangan bangsa.

Pengelolaan pendidikan adalah pengaturan kewenangan dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh pemerintah, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota. Penyelenggraan pendidikan yang

didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan berupaya agar proses

pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam hal ini, penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan adalah kegiatan

pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program

pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses

pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Indikator penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari salah satunya

yaitu perkembangan kurikulum.

Perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia menilik kepada

kehidupan dan potensi peserta didik. Kehidupan peserta didik

sesungguhnya bukanlah hal yang stagnan dan labil, akan tetapi bersifat

humanis, dimana berharap para peserta didik kelak mampu lebih dan

berkarya dan berguna dalam mengikuti pola perkembangan kehidupan.

Perkembangan kurIkulum selalu mengupayakan adanya perkembangan

suasana pembelajaran yang variatif. Kemudian pengembangan

pembelajaraan yang bersifat kondusif dan efektif. Proses pencapaian

perkembangan pendidikan yang dinamis serta pengembangan pendidikan

7
yang aplikatif sesungguhnya dapat dicapai dengan membangun kondisi

melalui pendekatan humanis. Pendekatan humanis bertitik tolak dengan

memahami kondisi, potensi dan situasi peserta didik sehingga peserta

didik mampu mengikuti kemajuan bangsa Indonesia. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa perkembangan kurikulum melalui pendekatan humanis

diterapkan dapat menghantarkan peserta didik lebih terarah, memiliki nilai-

nilai luhur, penuh etika dan mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi.

E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam kaitannya dengan implementasi KTSP, manajemen yang

paling tepat diterapkan di sekolah untuk menunjang efisiensi dan

efektivitas KTSP adalah model manajemen berbasais sekolah. Hal ini

sesuai dengan ketentuan yang digariskan di dalam PP No. 19/2005

tentang SNP, bahwa dalam pengelolaan sekolah hendaknya

menggunakan model manajemen berbasis sekolah. Beberapa ayat dalam

SNP tersebut berbunyi sebagai berikut.

1. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,

keterbukaan, dan akuntabilitas.

2. Pengambilan keputusan di bidang akademik dilakukan oleh rapat

Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan.

8
3. Pengambilan keputusan di bidang non-akademik dilakukan oleh

komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan

pendidikan.

4. Rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah dilaksanakan

atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada

peningkatan mutu satuan pendidikan

Untuk meningkatkan mutu sekolah secara total, sekolah-sekolah di

Indonesia telah menerapkan manajemen berbasis sekolah atau disingkat

MBS. Apabila dicermati secara mendalam, MBS pada hakikatnya

merupakan salah satu implementasi pemecahan masalah secara sistem

yang dilandasi oleh konsep peningkatan mutu sekolah secara total (total

quality schools).

MBS merupakan wujud upaya peningkatan mutu sekolah, yang

secara umum dapat dimaknai sebagai desentralisasi kewenangan

pengambilan keputusan pada lingkup sekolah. Di luar negeri, manajemen

berbasis sekolah sebenarnya merupakan strategi yang sudah populer

sejak tahun 1980-an, yang ditekankan "sebagai upaya untuk perubahan

dan perbaikan mutu sekolah". Kemudian pada dekade berikutnya, banyak

sekolah yang mengimplementasikan metode ini untuk mengelola dan

mengambil keputusan tentang pembiayaan sekolah dan kurikulum.

Di Indonesia, MBS diterapkan di sekolah sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan

menengah dalam sistem penyelenggaraan pendidikannya. Penekanan

9
MBS di Indonesia adalah untuk meningkatkan mutu sekolah, sehingga

dikenal Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

MPMBS merupakan model manajemen yang memberikan otonomi

lebih luas kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar

kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong

sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah

dalam kerangka pendidikan nasional. Secara umum MPMBS bertujuan

untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Oleh karena itu,

fungsi MPMBS yaitu otonomi sekolah, fleksibilitas, dan partisipasi untuk

mecapai sasaran mutu sekolah (Depdiknas, 2002: 10).

1. Otonomi diartikan sebagai kewenangan/kemandirian, yaitu

kemandirian di dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan

merdeka/tidak tergantung. Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah

dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan

mengalokasikannya sesuai dengan proporsi dan prioritas program

(sekolah lebih mandiri). Dengan kemandiriannya, sekolah lebih

tanggap terhadap pengembangan dan kebutuhan setempat (sesuai

dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki). yang ditunjang dengan

sistem pendukung seperti keterampilan mengelola, keterampilan

10
memperoleh dan memberikan informasi, serta bertumpu pada kerja

sama dengan masyarakat.

2. Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang

diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan

memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk

meningkatkan mutu sekolah. sehingga sekolah akan lebih "lincah".

3. Peningkatan partisipasi, dimaksudkan sebagai penciptaan lingkungan

yang terbuka dan demokratik, di antara warga sekolah dan masyarakat

untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan,

sehingga rasa memiliki warga sekolah akan meningkat.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa MPMBS bertujuan

untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada sekolah, memberikan keluwesan-

keluwesan, dan mendorong sckolah untuk melakukan pengambilan

keputusan secara partisipatif. Dalam implementasinya, hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip keterbukaan, kebersamaan, berkelanjutan,

menyeluruh, bertanggung jawab, demokratis, kemandirian sekolah

(prakarsa, inisiatif. inovatif). berorientasi pada mutu, pencapaian standar

minimal (total, bertahap, berkelanjutan), dan pendidikan untuk semua.

MPMBS merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. yang

dalam implementasinya sangat menghargai partisipasi semua warga

sekolah sejak pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan.

sampai dengan pengendalian dan evaluasi terhadap program dan

11
kegiatan sekolah, sebagai bentuk desentralisasi pendidikan di sekolah.

Fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah mencakup:

perencanaan dan evaluasi; kurikulum; ketenagaan; fasilitas; keuangan;

kesiswaan: hubungan sekolah dengan masyarakat; dan iklim sekolah. Hal

ini munjukkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum

didesentralisasikan ke sekolah, sehingga konsekuensinya sekolah harus

mengakomodasi, memfasilitasi, dan menyediakan atau menciptakan

kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya implementasi kurikulum di

sekolah.

F. Kurikulum 2013

Kurikulum tahun 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter

dicetuskan pada masa Menteri Muhammad Nuh untuk menggantikan

KTSP. la menekankan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter.

Pada kurikulum tahun 2013, dituntut untuk memahami materi, aktif dalam

berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah menerapkan Kurikulum

2013, Sebagai Dasar pelaksanaan kurikulum 2013 adalah Peraturan

Pemerintah no. 32 tahun 2013 tentang perubahan PP no. 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum 2013

menggunakan pendekatan tematik integrative untuk jenjang SD.

Pendekatan ini mengintegrasikan seluruh mata pelajaran dalam bentuk

tema-tema. Artinya, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata

pelajaran tertentu.

12
Pada PP no. 32 tahun 2013 menjelaskan tentang perubahan

kurikulum, khususnya pada 4 standar nasional yaitu Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

Terjadi beberapa masalah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013yang

berkenaan dengan pengelolaan sekolah. Maka dengan adanya

manajemen berbasis sekolah, diharapkan mampu untuk menepis

masalah-masalah yang ada tersebut. Sehingga implementasi kurikulum

2013, benar- benar terlaksana dengan baik.

Masalah yang dihadapi dalam penerapan kurikulum 2013 antara

lain: 1) Sulitnya mengubah mindset guru; 2) Perubahan proses

pembelajaran dari teacher centered learning ke student centered learning;

3) Kurangnya penguasaan IT Oleh Guru; 4) kecenderungan guru yang

lebih banyak menekankan aspek kognitif, padahal semestinya guru juga

harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik;

5) masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar.

padahal, seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan

memperluas wawasannya.

Tidak hanya itu, kontroversi lain seputar Kurikulum 2013 adalah

penerapannya yang dinilai tergesa-gesa dan tanpa didahului dengan

evaluasi mendalam terhadap KTSP. Beberapa hal yang menjadi sorotan

pokok terhadap kurikulum tahun 2013 adalah konsep dasar kurikulum,

kesiapan guru, kesiapan fasilitas sekolah, dan kesiapan logistik seperti

buku teks.

13
Mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan pun memutuskan

pembatasan penerapan Kurikulum tahun 2013. Sekolah yang telah

menerapkan Kurikulum tahun 2013 selama tiga semester dapat

melanjutkan pemakaiannya. Sedangkan sekolah yang baru memakai

Kurikulum tahun 2013 selama satu semester dihimbau untuk kembali ke

KTSP.

Oleh karena itu, demi melancarkan penerapan kurikulum 2013

secara menyeluruh, para guru dihimbau untuk mengikuti berbagai

pelatihan, diklat, ataupun supervise akademik seputar kurikulum 2013.

Sekolah dapat mengadakan pelatihan, workshop, ataupun KKG pada

sekolah masing-masing, dengan memanfaatkan fasilitator yang ada

seperti Instruktur Kabupaten, guru inti, atau pun intruktur propinsi. Selain

itu, kepala sekolah juga harus mampu memenej sekolahnya dengan baik.

Sehingga masalah yang muncul dapat segera diatasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 masih memiliki

banyak hambatan dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini,

pengimplementasian MBS dalam mengatur dan mengelola sekolah

sekolah diharapkan mampu untuk mengatasi berbagai permasalahan

yang terjadi. Misalnya melakukan pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi guru seputar Kurikulum 2013, serta melibatkan orang tua

siswa dan masyarakat terkait bersama dengan dewan guru dan komite

sekolah dalam musyawarah pengadaan anggaran fisik sekolah.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh

dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan

datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Asbin Pasaribu. 2017. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam

Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional di Madrasah”: Jurnal Ilmu

Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol. 3 No. 1. Medan: Fakultas IImu

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

Asfianti. 2016. Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum.

Jakarta: Perdana Publishing

Budiwo, Satrijo, dan Sudarmiani. 2018. Manajemen Pendidikan.

Yogyakarta: ANDI

Firdianti, Arinda. 2018. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

Lampung: Branch Office.

Kompri. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng. 2009. Manajemen Pendidikan:

Aplikasinya dalam penyususnan Rencana Pengembangan

Sekolah/Madrasah.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Murniati dan Nasir Usman. 2009. Implementasi Manajemen Stratejik

dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung:

Citapusaka Media Perintis.

16
Musfah Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media Group

Mustari Mohamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Raja

Grafindo

Oemar Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Setya Raharja. 2006. “Manajemen Berbasis Sekolah Masyarakat Dalam

Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)”: Jurnal

Dinamika Pendidikan (hlm 249-253). Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Suparlan. 2013. ManajemenBerbasisSekolah (MBS) Dari TeoriSampai

DenganPraktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sri Nurabdiah. 2016 “Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan

Kualitas Sekolah”: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial. Vol. 2

No. 1. Medan: Fakultas IImu Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Teguh Triwiyanto. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. PT IMTIMA.

Usman, Husain. 2009. ManajemenTerori, Praktik, dan Riset Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa, Basuki. 2017.Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

17

Anda mungkin juga menyukai