Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Disusun oleh:

Kinanti Adara Natasha (06091182126015)

Pinkan Lukita (06091382126082)

Mata kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen pengampu : Elvira Destiansari, S.Pd., M.Pd.

Safira Permata Dewi, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa melimpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini kami dedikasikan untuk mengeksplorasi dan
membahas konsep "Manajemen Berbasis Sekolah dan Implementasinya”

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


memberikan dukungan, inspirasi, dan kontribusi dalam pembuatan makalah ini
terkhususnya kepada Ibu Elvira Destiansari, S.Pd., M.Pd dan Ibu Safira Permata
Dewi, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Managemen Berbasis
Sekolah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat turut serta dalam
memajukan pendidikan yang lebih baik.

Makalah ini merupakan hasil upaya kolaboratif dari berbagai sumber


informasi, diskusi, dan pengalaman. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya manajemen berbasis sekolah
dan menginspirasi para pembaca untuk terlibat dalam transformasi positif dalam
dunia pendidikan.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
dan pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Palembang, 23 Agustus 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah .................................................... 3
2.2 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.......................................................... 4
2.3 Tantangan Manajemen Berbasis Sekolah .................................................... 5
2.4 Tahapan Manajemen Berbasis Sekolah ....................................................... 6
2.5 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ............................................... 7
BAB III ............................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi


tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan
tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kabupaten/kota).
Sekolah-sekolah diberi otoritas untuk mengelola operasional mereka secara mandiri
sesuai dengan kebutuhan siswa dan pihak sekolah diminta turut melibatkan
masyarakat setempat untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Bentuk manajemen
sekolah yang tak lagi mengacu pada pusat ini sering disebut sebagai manajemen
berbasis sekolah (MBS). MBS memerlukan perubahan mendasar pada cara
pandang tentang sekolah dan perbaikan penting dalam hal kapasitas kepala sekolah
dan guru dalam memimpin, mengembangkan alternatif program untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan setempat, serta melibatkan para orang tua dan masyarakat
dalam tata kelola sekolah, serta melibatkan pula anggota masyarakat dalam
manajemen sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul akibat ketidakpuasan pengelola


pendidikan atas keterbatasan kewenangan mereka untuk mengatur sekolah secara
mandiri. Sebagai pemimpin pendidikan, kedudukan kepala sekolah seolah tidak ada
artinya karena urusan administratif dan birokrasi yang menumpulkan semangat
kreativitas mereka dalam memunculkan ide cemerlang untuk mengelola sekolah.
Kepala sekolah seakan tak berdaya karena dikekang aturan dan ketergantungan
akan birokrasi pendidikan. Mereka tidak memiliki kelonggaran untuk mengatur
sekolahnya sendiri dan cenderung menerima apa adanya terkait apa yang sudah
diputuskan pemerintah. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung
jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, tangguh, kreatif,
mandiri, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Kompetensi
tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era globalisasi.

1
Melihat hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem
pendidikan. Jika sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat
dengan paradigma sentralistik, maka kewenangan digeser kepada pemerintah
daerah kota dan kabupaten dengan paradigma desentralistik. Diwujudkan dalam
bentuk pemberdayaan sekolah, yang diyakini dapat meningkatkan kualitas
pendidikan. Sedapat mungkin keputusan dibuat oleh mereka yang berada di garis
depan, yang bertangungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena
akibatnya secara langsung, yakni guru dan kepala sekolah.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Menjelaskan pengertian manajemen berbasis sekolah.
2. Mengetahui tujuan dari manajemen berbasis sekolah.
3. Menjelaskan manfaat manajemen berbasis sekolah.
4. Menjelaskan tantangan dari manajemen berbasis sekolah.
5. Mengetahui tentang implentasi manajemen berbasis sekolah.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca adalah sebagai berikut.


1. Proses penulisan makalah memungkinkan mahasiswa untuk menjelajahi
konsep manajemen berbasis sekolah secara lebih mendalam. Ini membantu
mereka memahami prinsip-prinsip dasar dan implikasi praktis dari
pendekatan ini.
2. Penulisan makalah mendorong mahasiswa untuk menganalisis berbagai
aspek manajemen berbasis sekolah, termasuk tantangan, manfaat, dan
strategi implementasi yang tepat.
3. Penulisan makalah berfungsi sebagai sumber informasi yang bermanfaat
dan dapat digunakan sebagai referensi oleh guru, staf sekolah, dan peneliti.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Caldwell, B. J. (2005), manajemen berbasis sekolah adalah


desentralisasi sistematis ke tingkat sekolah otoritas dan tanggung jawab untuk
membuat keputusan tentang hal-hal penting yang berkaitan dengan operasi sekolah
dalam kerangka tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas yang
ditentukan secara terpusat. Pentingnya MBS, terutama untuk melihat adanya
transformasi sekolah. Transformasi diperoleh ketika perubahan yang signifikan,
sistematik, dan berlanjut terjadi, mengakibatkan hasil belajar peserta didik yang
meningkat di segala keadaan (setting), sehingga memberikan kontribusi pada
kesejahteraan ekonomi dan sosial suatu negara.

Program MBS telah dilaksanakan dalam berbagai bentuk, baik di negara


maju maupun di negara berkembang, namun jarang diselenggarakan secara
nasional seperti di Indonesia. Ada dua dimensi perbedaan program ini, yaitu

(1) Cakupan tanggung jawab dan otoritas yang diberikan pada tingkat lokal
(2) Kepada siapa otoritas tersebut diserahkan, contohnya sekolah, komite di
luar sekolah, atau lembaga independen lain.

Otoritas dapat diserahkan kepada satu, beberapa atau seluruh komponen


operasional sekolah, termasuk alokasi anggaran sekolah, merekrut dan
memberhentikan kepala sekolah dan guru, menetapkan kurikulum, memilih buku
pelajaran dan materi pengajaran, memperbaiki infrastruktur fasilitas belajar-
mengajar, serta mengembangkan dan melaksanakan program akademis dan
ekstrakurikuler yang diinginkan. Sebagian program MBS mendelegasikan
wewenang atas seluruh hal tersebut, sementara program MBS lain hanya
mendelegasikan wewenang atas sebagian hal kecil, yang paling sering adalah
menyerahkan wewenang untuk merekrut dan memberhentikan kepala sekolah dan
guru, serta menetapkan kurikulum kepada pemerintah kabupaten/kota atau
pemerintah pusat. Kemudian, wewenang dapat diserahkan kepada salah satu atau

3
gabungan dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat. Jika diserahkan ke
masyarakat, biasanya melalui pihak penengah seperti dewan atau komite sekolah.
Sebagian program MBS dapat memberikan wewenang atas operasional sekolah
tertentu kepada kepala sekolah, di bawah pengawasan orang tua (melalui komite
sekolah). Program lain menyerahkan wewenang sepenuhnya kepada komite
sekolah, baik yang dipilih maupun ditunjuk. Lalu, dana sekolah langsung
dialokasikan kepada pihak yang mendapatkan wewenang tersebut.

2.2 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Supriono dan Sapari berpendapat bahwa tujuan penerapan MBS adalah


untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan di
sekolah. Nurkolis menyatakan bahwa tujuan penerapan MBS adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik menyangkut kualitas
pembelajaran, kualitas kurikukulum, kualitas sumber daya manusia baik guru
maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara
umum. Adapun tujuan MBS menurut Mulyasa, yakni:

1. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan mencapai mutu (quality) dan


relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur
penilaian pada hasil (output dan outcome) bukan pada metodologi atau
prosesnya. Ada dua pendapat mengenai mutu dan relevansi. Ada yang
memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan
yang bermutu sekaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan
konteksnya. Ada pula yang memisahkan keduanya, sehingga mutu lebih
merujuk pada dicapainya tujuan spesifik oleh peserta didik (lulusan), seperti
nilai ujian atau prestasi lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada
manfaat dari apa yang diperoleh peserta didik melalui pendidikan dalam
berbagai tuntutan kehidupan, termasuk juga ranah pendidikan yang tidak
diujikan.
2. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan menjamin keadilan bagi
setiap anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu di
sekolah yang bersangkutan. Manajemen Berbasis Sekolah memberi

4
keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani setiap anak dengan
latar belakang sosial ekonomi dan psikologis yang beragam untuk
memperoleh kesempatan dan layanan yang memungkinkan semua anak dan
masing-masing anak berkembang secara optimal.
3. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan
ketepatgunaan semua input yang dipakai dalam proses pendidikan di
sekolah sehingga menghasilkan hasil belajar peserta didik, seperti yang
diharapkan. Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang
dikeluarkan atau biaya (cost) untuk memenuhi semua input (proses dan
semua input yang digunakan dalam proses) dibandingkan atau dihubungkan
dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
4. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan meningkatkan akuntabilitas
sekolah dan komitmen semua stake holders. Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertanggungjawaban
sekolah lebih pada masalah administratif-keuangan dan bersifat vertikal (ke
atas) sesuai jalur birokrasi. Pertanggungjawaban yang bersifat teknis
edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai petunjuk dan pedoman
dari pusat (pusat dalam arti nasional maupun pusat-pusat birokrasi di
bawahnya), tanpa pertanggungjawaban hasil pelaksanaan program. Dengan
melaksanakan semua pedoman dan petunjuk, sekolah merasa telah
melaksanakan tugas dengan baik.

2.3 Tantangan Manajemen Berbasis Sekolah

Mulyasa (2004), merumuskan tantangan bagi pengimplementasian manajemen


berbasis sekolah menjadi empat poin penting, yakni:

1. Globalisasi, saat ini telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan di


semua Negara sehingga perlu diantisipasi dengan cepat. Era globalisasi
merupakan era persaingan mutu atau kualitas, yang kehadirannya melanda
semua Negara.

5
2. Pergeseran paradigma pendidikan, Perubahan paradigma pendidikan saat
ini harus mengubah pola teaching (mengajar) ke learning (belajar) sehingga
peserta didik harus terus didorong untuk terus-menerus belajar.
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap produktivitas sekolah.
Masyarakat selalu ingin mendapatkan hasil pendidikan yang tinggi, tetapi
enggan membantu sekolah secara maksimal. Sikap masyarakat juga
kadang-kadang apriori dengan menyatakan bahwa hasil pendidikan kurang
bermutu tanpa ikut serta memikirkan bagaimana caranya agar hasil
pendidikan bisa lebih bermutu.
4. Perubahan organisasi pengelolaan pendidikan Dalam otonomi daerah
pembangunan menuntut adanya organisasi pengelola pendidikan yang
efektif dan efisien. Hal tersebut menuntut peningkatan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah.

2.4 Tahapan Manajemen Berbasis Sekolah

Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus melalui tahap-tahap yang urut


dan berkesinambungan. Keberhasilan melalui tahap-tahap ini akan membantu
pencapaian keberhasilan program. Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan
keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan
kepala sekolah, guru dan pengelola pendidikan yang profesional. Pelaksanaannya
juga memerlukan seperangkat kewajiban, disertai dengan monitoring dan tuntutan
pertanggung jawaban yang relatif tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah selain
memiliki otonomi juga memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah
dan memenuhi harapan masyarakat sekolah. Tahap-tahap yang harus dilakukan
dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah:

1. Melakukan Sosialisasi
2. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
3. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional
Sekolah)
4. Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran
5. Melakukan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat)

6
6. Menyusun Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
7. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
8. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
10. Merumuskan Sasaran Mutu

Untuk mendukung peran serta masyarakat dalam MBS, Undang-undang Sistem


Pendidikan Nasional memberikan mandat pembentukan komite sekolah sebagai
badan otonomi yang menyediakan wadah bagi partisipasi masyarakat setempat
dalam pendidikan dan menciptakan kondisi bagi transparansi dan akuntabilitas.
Komite tersebut diberi peran sebagi penasihat untuk memutuskan dan
melaksanakan kebijakan dan program sekolah. Mereka juga diberi peran
pendukung dalam urusan keuangan; peran pengawas demi transparansi dan
akuntabilitas; dan peran penengah antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat pada
umumnya.

2.5 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran


Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Maka, sekolah
memiliki kewajiban untuk menemukan bagaimana merealisasikan dan
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
a. Perencanaan pegawai
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan
kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk
sekarang dan masa depan.
b. Pengadaan pegawai

7
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun
kualitasnya.
c. Pembinaan dan pengembangan pegawai
Organisasi senantiasa menginginkan agar personil-personilnya
melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih
baik dari hari ke hari. Di samping itu, pegawai sendiri sebagai
manusia juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada
dirinya termasuk tugasnya.
d. Promosi dan mutasi
Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil, promosi atau mutasi
pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan
masa percobaan satu tahun atau dua tahun, kemudian ia mengikuti
latihan prajabatan, dan setelah lulus diangkat menjadi pegawai
negeri sipil penuh.
e. Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang
menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan
kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai.
Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah, khususnya
pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat
dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu:
- Pemberhentian atas permohonan sendiri
- Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah
- Pemberhentian sebab lain-lain (meninggal/hilang)
f. Kompensasi
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada
pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai
kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi selain
dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain.

8
g. Penilaian pegawai.
Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu
dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya
penting bagi sekolah, tapi juga bagi pegawai itu sendiri.
3. Manajemen Kesiswaan
a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah
melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang
dibutuhkan oleh lembaga pendidikan sekolah.
b. Menyusun program kegiatan kesiswaan
Penyusunan program kegiatan bagi siswa selama mengikuti
pendidikan di sekolah harus didasarkan kepada:
- Visi dan misi lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan
- Minat dan bakat peserta didik
- Sarana dan prasarana yang ada
- Anggaran yang tersedia
- Tenaga kependidikan yang tersedia
c. Rekrutmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah)
pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan
dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di
lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
d. Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemililhan calon peserta didik
untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik
menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
e. Orientasi
Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah kegiatan penerimaan
siswa baru dengan mengenalkan situasi dan konsisi lembaga
pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh
pendidikan.

9
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
a. Prosedur anggaran
b. Prosedur akuntansi keuangan
c. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
d. Prosedur investasi
e. Prosedur pemeriksaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
a. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
Perencanaan sarana dan prasarana sekolah adalah keseluruhan
proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan
yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan serangkaian kegiatan
untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penginventarisasian
Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah pencatatan
atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan
tata cara yang berlaku.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial
yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang
pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya
kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat.

7. Manajemen Layanan Khusus


a. Layanan Perpustakaan Peserta Didik

10
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan
kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang
proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang
dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka.
b. Layanan Kesehatan Peserta Didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
c. Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan
kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka
perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan
tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
d. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan percobaan-percobaan
tentang suatu obyek tertentu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana


pemerintah memberi:an otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada
pihak sekolah untuk dipat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di
sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara mandiri dan terbuka. Oleh karena itu,
sekolah perlu diberikan kesempatan dan kepercayaan serta wewenang untuk
mengelola sendiri sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan dan sejalan dengan
ketetapan School Based Management atau Manajemen Berbasis pendidikan (MBS),
membutuhkan rancangan strategi untuk menciptakan perkembangan yang jelas.
Dengan membebaskan sekolah untuk mengelola sendiri akan memberikan
kemungkinan kepada s kolah agar menemukan jati diri dalam membina peserta
didik, guru, serta warga sekolah yang lain. Tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana sekolah dapat meningkatkan efektivitas kinerja secara kolaboratif
melalui pembagian kerja yang jelas antara sekolah dan wali murid yang didukung
dengan penyebaran informasi dan memiliki banyak alternatif ide dari banyak pihak
yang mengembangkan mutu kebijakan melalui keputusan bersama.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, B. J. (2005). School-based management. UNESCO-IIEP and


International Academy of Education.

Churdaini, M. E-Jurnal Cakrawla: Studi Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi


Sosial Vol. 4 No.1(2020).

Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan Aplikasi.


Jakarta: Grasindo.

Supriono. S dan Achmad Sapari. Manajemen Berbasis Sekolah. Jawa Timur:SIC,


2001.

13

Anda mungkin juga menyukai