Disusun oleh:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa melimpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini kami dedikasikan untuk mengeksplorasi dan
membahas konsep "Manajemen Berbasis Sekolah dan Implementasinya”
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
dan pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Melihat hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem
pendidikan. Jika sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat
dengan paradigma sentralistik, maka kewenangan digeser kepada pemerintah
daerah kota dan kabupaten dengan paradigma desentralistik. Diwujudkan dalam
bentuk pemberdayaan sekolah, yang diyakini dapat meningkatkan kualitas
pendidikan. Sedapat mungkin keputusan dibuat oleh mereka yang berada di garis
depan, yang bertangungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena
akibatnya secara langsung, yakni guru dan kepala sekolah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
(1) Cakupan tanggung jawab dan otoritas yang diberikan pada tingkat lokal
(2) Kepada siapa otoritas tersebut diserahkan, contohnya sekolah, komite di
luar sekolah, atau lembaga independen lain.
3
gabungan dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat. Jika diserahkan ke
masyarakat, biasanya melalui pihak penengah seperti dewan atau komite sekolah.
Sebagian program MBS dapat memberikan wewenang atas operasional sekolah
tertentu kepada kepala sekolah, di bawah pengawasan orang tua (melalui komite
sekolah). Program lain menyerahkan wewenang sepenuhnya kepada komite
sekolah, baik yang dipilih maupun ditunjuk. Lalu, dana sekolah langsung
dialokasikan kepada pihak yang mendapatkan wewenang tersebut.
4
keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani setiap anak dengan
latar belakang sosial ekonomi dan psikologis yang beragam untuk
memperoleh kesempatan dan layanan yang memungkinkan semua anak dan
masing-masing anak berkembang secara optimal.
3. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan
ketepatgunaan semua input yang dipakai dalam proses pendidikan di
sekolah sehingga menghasilkan hasil belajar peserta didik, seperti yang
diharapkan. Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang
dikeluarkan atau biaya (cost) untuk memenuhi semua input (proses dan
semua input yang digunakan dalam proses) dibandingkan atau dihubungkan
dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
4. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan meningkatkan akuntabilitas
sekolah dan komitmen semua stake holders. Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertanggungjawaban
sekolah lebih pada masalah administratif-keuangan dan bersifat vertikal (ke
atas) sesuai jalur birokrasi. Pertanggungjawaban yang bersifat teknis
edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai petunjuk dan pedoman
dari pusat (pusat dalam arti nasional maupun pusat-pusat birokrasi di
bawahnya), tanpa pertanggungjawaban hasil pelaksanaan program. Dengan
melaksanakan semua pedoman dan petunjuk, sekolah merasa telah
melaksanakan tugas dengan baik.
5
2. Pergeseran paradigma pendidikan, Perubahan paradigma pendidikan saat
ini harus mengubah pola teaching (mengajar) ke learning (belajar) sehingga
peserta didik harus terus didorong untuk terus-menerus belajar.
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap produktivitas sekolah.
Masyarakat selalu ingin mendapatkan hasil pendidikan yang tinggi, tetapi
enggan membantu sekolah secara maksimal. Sikap masyarakat juga
kadang-kadang apriori dengan menyatakan bahwa hasil pendidikan kurang
bermutu tanpa ikut serta memikirkan bagaimana caranya agar hasil
pendidikan bisa lebih bermutu.
4. Perubahan organisasi pengelolaan pendidikan Dalam otonomi daerah
pembangunan menuntut adanya organisasi pengelola pendidikan yang
efektif dan efisien. Hal tersebut menuntut peningkatan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah.
1. Melakukan Sosialisasi
2. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
3. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional
Sekolah)
4. Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran
5. Melakukan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat)
6
6. Menyusun Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
7. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu
8. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
10. Merumuskan Sasaran Mutu
7
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun
kualitasnya.
c. Pembinaan dan pengembangan pegawai
Organisasi senantiasa menginginkan agar personil-personilnya
melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih
baik dari hari ke hari. Di samping itu, pegawai sendiri sebagai
manusia juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada
dirinya termasuk tugasnya.
d. Promosi dan mutasi
Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil, promosi atau mutasi
pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan
masa percobaan satu tahun atau dua tahun, kemudian ia mengikuti
latihan prajabatan, dan setelah lulus diangkat menjadi pegawai
negeri sipil penuh.
e. Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang
menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan
kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai.
Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah, khususnya
pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat
dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu:
- Pemberhentian atas permohonan sendiri
- Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah
- Pemberhentian sebab lain-lain (meninggal/hilang)
f. Kompensasi
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada
pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai
kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi selain
dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain.
8
g. Penilaian pegawai.
Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu
dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya
penting bagi sekolah, tapi juga bagi pegawai itu sendiri.
3. Manajemen Kesiswaan
a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah
melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang
dibutuhkan oleh lembaga pendidikan sekolah.
b. Menyusun program kegiatan kesiswaan
Penyusunan program kegiatan bagi siswa selama mengikuti
pendidikan di sekolah harus didasarkan kepada:
- Visi dan misi lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan
- Minat dan bakat peserta didik
- Sarana dan prasarana yang ada
- Anggaran yang tersedia
- Tenaga kependidikan yang tersedia
c. Rekrutmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah)
pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan
dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di
lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
d. Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemililhan calon peserta didik
untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik
menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
e. Orientasi
Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah kegiatan penerimaan
siswa baru dengan mengenalkan situasi dan konsisi lembaga
pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh
pendidikan.
9
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
a. Prosedur anggaran
b. Prosedur akuntansi keuangan
c. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
d. Prosedur investasi
e. Prosedur pemeriksaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
a. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
Perencanaan sarana dan prasarana sekolah adalah keseluruhan
proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan
yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan serangkaian kegiatan
untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penginventarisasian
Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah pencatatan
atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan
tata cara yang berlaku.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial
yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang
pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya
kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat.
10
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan
kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang
proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang
dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka.
b. Layanan Kesehatan Peserta Didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
c. Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan
kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka
perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan
tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
d. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan percobaan-percobaan
tentang suatu obyek tertentu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13