MANAJEMEN SEKOLAH
(AMPC-2301)
Oleh
Kelompok IX
Putri Hapsari NIM 1910119220001
Nurwafa Rosyida NIM 1910119220019
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd.
Drs. H. Hardiansyah, M.Si
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen
Sekolah yang berjudul “Prakondisi dan Pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah” dengan baik.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Menejemen Sekolah. Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa bantuan, arahan, dan bimbingan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sehingga pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd., dan Drs. H.
Hardiansyah, M.Si., sebagai dosen mata kuliah Manajemen Sekolah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami, serta teman-teman yang
membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan baik dari segi bahasa maupun sistematik dalam penulisan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,
agar dihasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Kami berharap makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan,
baik penulis maupun pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Metode Pengumpulan Data.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Tugas dan fungsi jajaran birokrasi............................................................3
2.2. Analisis keunggulan dan kelemahan manajemen sekolah........................6
2.3. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan.....................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
3.2. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa saja tugas dan fungsi jajaran birokrasi?
b. Bagaimana analisis keunggulan dan kelemahan manajemen berbasis
sekolah?
c. Apa saja tonggak-tonggak kunci keberhasilan dari manajemen
beebasis sekolah?
1.3. Tujuan
a. Menjelaskan tugas dan fungsi jajaran birokrasi.
b. Menjelaskan analisis keunggulan dan kelemahan manajemen berbasis
sekolah.
c. Menjelaskan apa saja tonggak-tonggak kunci keberhasilan
manajemen berbasis sekolah
1.4. Manfaat
1. Sebagai solusi alternatif dalam mengelola dan memanajemen
Pendidikan di sekolah
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca makalah dalam memahami
pelaksaan manajemen berbasis sekolah serta dapat diimplementasikan
di masa yang akan datang
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penerbitan buku panduan MBS, dan menetapkan standar MBS sebagai
patokan yang berlaku secara nasional,
2) pada tataran implementasi kebijakan, Direktorat Pembinaan Sekolah
mempunyai tugas dan fungsi mensosialisasikan MBS ke seluruh daerah
melalui dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota,
3) memfasilitasi dan mengembangkan kapasitas daerah agar mampu dan
sanggup melaksanakan MBS, dan
4) pada tataran evaluasi kebijakan, direktorat ini mempunyai tugas dan
fungsi melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan MBS secara
nasional dan menerbitkan informasi secara berkala.
2. Dinas Pendidikan Provinsi
Secara umum, tugas dan fungsi dinas pendidikan provinsi adalah
menjabarkan kebijakan dan strategi MBS yang telah digariskan oleh
direktorat untuk diberlakukan di provinsi masing-masing, di antaranya
1) menyusun petunjuk teknis pelaksanaan dan petunjuk teknis monitoring
dan evaluasi berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah pusat,
2) memberi pelatihan kepada para pengembang MBS ditingkat kabupaten,
3) melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS serta
pengembangannya di provinsi masing-masing, dan
4) mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksanaan MBS lintas
kabupaten/ kota untuk menghindari penyimpangan MBS dan menghindari
kesenjangan mutu pendidikan lintas kabupaten/kota.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menjalankan tugas dan fungsi
utamanya memberikan pelayanan dalam pengelolaan satuan pendidikan di
kabupaten/ kota yaitu menyusun kebijakan yang mendukung pelaksanaan
MBS, membimbing sekolah dalam menerapkan MBS melalui pelatihan,
pemberian pedoman/petunjuk pelaksanaan MBS, dan pertemuan-
pertemuan yang memfasilitasi pelaksanaan MBS, kemudian menyusun
pembagian urusan pendidikan yang menajdi kewenangan dan tanggung
jawab dinas pendidikan kabupaten/kota dan sekolah, memfasilitasi
4
pengimbangan praktik-praktik MBS yang baik (best practices) dari
sekolah tertentu ke sekolah-sekolah lain untuk dijadikan lesson learned.
4. Sekolah
Tugas dan fungsi utama sekolah adalah mengelola
penyelenggaraan MBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah
merupakan unit utama dan terdepan dalam penyelenggaraan MBS, maka
sekolah menjalankan tugas dan fungsinya adalah:
1) Menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS dengan melibatkan
kelompok-kelompok kepentingan, seperti wakil sekolah (kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru, tata usaha), wakil siswa (OSIS), wakil
orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah, dan tokoh
masyarakat.
2) Mengkoordinasikan dan meyerasikan segala sumber daya yang ada di
luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah ditetapkan.
3) Melaksanakan MBS secara efektif dan efesien dengan menerapkan
prinsip-prinsip fokus pada pelanggaan, perbaikan secara terus-menerus,
dan keterlibatan total warga sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah
(total quality management) dan berpikir sistim (berpikir holistik/tidak
parsial, saling terkait dan terpadu).
4) Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan
MBS sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai
sasaran MBS.
5. Komite Sekolah
Tugas dan fungsi utama komite sekolah dalam pelaksaan MBS di
sekolah adalah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan/program/ penyelenggaraan dan keluaran pendidikan,
menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu tinggi, menampung dan menganalisis aspirasi,
ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh
masyarakat, memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
5
sekolah mengenai kebijakan dan program pendidikan, kriteria fasilitas
pendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
6
kekuasaan. Melalui MBS, seakan-akan pemerintah telah memberikan
otonomi kepada sekolah, padahal sesungguhnya sekolah dan masyarakat
belum siap untuk menerima semua itu.
2. Penerapan MBS di sekolah di negara berkembang, sering tidak
memperoleh dukungan yang memadai dari pihak penguasa lokal maupun
dari masyarakat. Pemerintah daerah yang lemah tidak dapat diharapkan
untuk mendukung pelaksanaan prinsip manajemen modern (demokratis,
transparan, dan akuntabel).
3. Sikap mental para pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun
yang dipimpin. Sosok yang dipimpin bergerak karena “perintah” atasan,
bukan karena rasa tanggung jawab. Sosok pemimpin sebaliknya, terkadang
tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan berinisiatif, maupun
mendelegasikan wewenang.
4. Kepala sekolah masih cenderung menampilkan gaya kepemimpinan
otoriter, hal ini karena lemahnya kemandirian sekolah akibat pembinaan
pemerintah yang sangat sentralistik. Birokratik, formalistik, konformistik,
uniformistik dan mekanistik. Pembinaan yang demikian ini tidak
memberdayakan potensi sekolah.
5. Manajemen mutu pendidikan terkadang tidak ada tindak lanjut dari
evaluasi program. Hampir semua program dimonitor dan dievaluasi dengan
baik, Namun tindak lanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan
pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh peningkatan mutu.
7
2017) mengemukakan indikator keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS), yaitu meliputi:
1. Efektivitas proses pembelajaran;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3. Pengelolaan tenaga yang efektif;
4. Kepemilikan budaya mutu sekolah;
5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis; 6.
Sekolah memiliki kemandirian;
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
8. Transparansi sekolah;
9. Sekolah memiliki kemampuan untuk mengubah dalam psikis dan fisik;
10. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
8
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah dan
perubahan perencanaan (Mulyasa, 2004).
9
Dilandasi oleh konsep MBS dan berbagai pemikiran mengenai
pelaksanaannya, maka dikemukakan beberapa tahapan dalam pelaksanaan
MBS yang sifatnya masih “umum” dan “luwes”. Sekolah dapat melakukan
penyesuaian-penyesuaian pentahapan tersebut sesuai dengan kondisi sekolah
masing-masing, pelaksanaan MBS setidaknya diperlukan tahapan seperti
dijelaskan di bawah ini.
1. Melakukan sosialisasi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
sekolah adalah mensosialiasikan konsep MBS keseluruh unsur sekolah
(guru,siswa, wakil kepala sekolah, konselor, karyawan dan unsur-unsur
terkait lainnya (orangtua murid, pengawas, pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, pejabat Dinas Pendidikan Propinsi, dsb.) melalui
berbagai mekanisme, misalnya seminar, semiloka, diskusi, rapat kerja,
symposium, forum ilmiah, dan media masa. Dalam melakukan sosialisasi
MBS, yang penting dilakukan adalah “membaca” dan “membentuk”
budaya MBS di sekolahnya (Zaini, 2018).
2. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah, pada tahap ini, sekolah
melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa identifikasi
tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih
(ketidaksesuaian) antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang
diharapkan dimasa mendatang. Besar kecilnya ketidaksesuaian antara
output sekolah saat ini (kenyataan) dengan output sekolah yang
diharapkan (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan besar
kecilnya tantangan (loncatan). Output sekolah yang dapat dikategorikan
menjadi empat, yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efisiensi
(Zaini, 2018).
3. Merumuskan tujuan situasional/tujuan jangka pendek (sasaran) sekolah,
tujuan situasional adalah tujuan yang dirumuskan dengan
memperhitungkan tantangan yang nyata dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan tantangan yang nyata, maka dirumuskanlah tujuan
situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan
berdasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun
10
perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi, dan
tujuan sekolah, karena visi, misi, dan tujuan sekolah merupakan
pengertian dan dasar-dasar perhitungan perumusan sasaran sekolah.
Karena itu, setiap sekolah harus memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah,
sebelum merumuskan sasaran yang akan dicapai. Tujuan situasional
sering juga disebut tujuan jangka pendek/sasaran (Zaini, 2018).
4. Melakukan analisis SWOT, langkah pertama yang harus dilakukan
dalam analisis SWOT adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu
dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti
tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, meliputi:
proses belajar mengajar, perencanaan instruksional, manajemen
personalia, pengelolaan uang, pengembangan siswa, pengembangan iklim
akademik sekolah, pengembangan hubungan sekolah-masyarakat, dan
pengembangan fasilitas (Zaini, 2018).
Analisis SWOT, yaitu suatu strategi untuk memecahkan masalah
dalam dunia Pendidikan dengan melihat kekuatan dan kelemahan dari
lingkungan internal dan peluang serta hambatan dari lingkungan eksternal.
Adapun SWOT merupakan kependekan dari Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (tantangan).
Dalam analisis SWOT ini ada dua dua fator yang sangat mempengaruhi
maju mundurnya pendidikan, yaitu faktor dominan dan faktor
penghambat. Yang termasuk faktor dominan adalah (kekuatan dan
peluang) dan faktor penghambat (kelemahan dan tantangan). Analisis
SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam upaya pengembangan
mutu lembaga pendidikan. Dengan menggunakan analisis SWOT suatu
lembaga pendidikan dapat mengkaji faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan tersebut.
11
2.3. Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan
Kegiatan dikatakan berhasil jika dilakukan sesuai dengan rencana,
tepat waktu dan tidak melampaui jadwal yang ditetapkan biaya digunakan
sesuai dengan mata anggaran, produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi
standar minimal yang diharapkan. Keberhasilan suatu sekolah dapat dilihat
dari kegiatan belajar mengajar serta kegiatan pendukung lainnya, sehingga
menghasilkan lulusan yang baik. Kepuasan masyarakat juga menjadi
ukuran dari keberhasilan suatu sekolah. Masyarakat akan kembali
mendukung kegiatan sekolah, apabila mereka terlayani dengan baik, ketika
mengirim anak-anaknya belajar di suatu sekolah (Rinan, 2015).
Tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah) merupakan target-target hasil MBS yang akan dicapai dalam
jangka menengah (lima tahun) dan jangka pendek (satu tahun) (Rohiat,
2008). Secara umum, kunci keberhasilan MBS dijelaskan di bawah ini. :
1. Efektif dalam Proses Pembelajaran
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektifitas proses
pembelajaran yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat pembelajaran yang
menekankan pada pemberdayaan siswa. Pembelajaran bukan sekedar
transformasi dan mengingat, bukan sekedar penekanan pada pengasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktikkan dalam kehidupan oleh
siswa. Bahkan pembelajaran juga lebih menekankan pada siswa agar mau
belajar bagaimana cara belajar yang produktif.
2. Kepemimpinan Sekolah
Bagi sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki
peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan
menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepentingan
kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran sekolahnya
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
12
bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajerial dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil
inisiatif atau prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan terutama guru, merupakan salah satu faktor
strategis dari suatu sekolah. Oleh karena itu, pengelola tenaga
kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan,
evaluasi kerja, hubungan kerja, sampai pada balas jasa, merupakan
garapan penting bagi kepala sekolah. Pengembangan tenaga kependidikan
harus dilakukan secara terus menerus, mengingat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat. Dengan kata lain,
tenaga kependidikan yang diperlukan untuk manajemen berbasis sekolah
adalah tenaga kependidkan yang selalu mampu dan sanggup menjalankan
tugasnya dengan baik.
4. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di hati semua warga sekolah sehingga
setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu
memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
1) Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
mengadili atau mengontrol orang.
2) Kewenangan harus sebatas tanggung jawab.
3) Hasil harus diikuti reward atau punishment.
4) Kolaborasi dan sinergi harus merupakan dasar kerjasama.
5) Warga sekolah merasa aman dengan pekerjaannya.
6) Atmosfer keadilan (fairness) harus ditanamkan.
7) Imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya.
8) Warga sekolah merasa memiliki sekolah.
9) Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.
13
hasil individual. Oleh karena itu, budaya kerjasama antar fungsi di sekolah
harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari warga sekolah.
5. Sekolah Memiki Kemandirian
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi
sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan
kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan. Agar
menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk
menjalankan tugasnya.
6. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki karakteristik partisipasi
sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa
makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar pula rasa tanggung jawab,
dan makin besar rasa tanggung jawab makin besar pula tingkat
dedikasinya.
7. Sekolah Memiliki Transparan
Keterbukaan dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik
sekolah yang menerapkan MBS. Keterbukaan ini ditunjukkan dalam
pengambilan keputusan, penggunaan uang dan sebagainya, dan selalu
melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah suatu strategi desentralisasi
pengambilan keputusan pendidikan dengan melibatkan orang tua, siswa,
guru, pejabat, dan masyarakat untuk mencapai otonomi, fleksibilitas,
partisipasi, kemandirian, tanggung jawab, dan akuntabilitas sekolah
2. Birokrasi ditujukan untuk mengorganisir secara teratur suatu kegiatan
yang harus dilakukan oleh banyak orang.
3. Indikator keberhasilan MBS meliputi dukungan kepala sekolah, guru,
sumber keuangan yang cukup, komitmen yang jelas, tanggung jawab,
keterampilan dan kualifikasi pejabat sekolah, rencana yang tepat, tanggung
jawab, dan akuntabilitas.
4. Keberhasilan implementasi MBS terkendala oleh beberapa faktor antara
lain: sekolah belum banyak melibatkan semua pihak atau pihak luar dalam
mengambil keputusan, kesadaran guru terhadap budaya kedisiplinan dan
tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Oleh
karena itu perlu adanya sosialisasi, keterbukaan, motivasi, dam penyatuan
visi.
5. Tonggak kunci keberhasilan manajemen sekolah diantaranya Efektif
dalam proses pembelajaran, Kepemimpinan sekolah, Pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, Sekolah memiliki budaya mutu, Sekolah
memiki kemandirian, Partisipasi warga sekolah dan masyarakat, Sekolah
memiliki transparan,
3.2. Saran
1. Guru hendaknya memilih strategi pembelajaran yang paling efektif
dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, serta kondisi nyata sumber
daya yang tersedia di sekolah.
2. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan hubungan baik, kepedulian,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral
dan finansial agar adanya peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16