Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Manajemen Kelas Komprehensif
Manajemen itu sediri dapat diartikan pengelolaan. Dan dalam pengertian
luas merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan komprehensif dapat diartikan menyeluruh atau terperinci. Jadi
manajemen kelas yang komprehensif merupakan pengelolaan kelas secara
menyeluruh atau terperinci. Brophy menyarankan empat ranah pengetahuan dan
keahlian dalam manajemen kelas yang komprehensif yaitu:
a) Manajemen kelas harus berdasarkan pada pemahaman yang kuat atas
penelitian dan teori mutkhir dalam manajemen kelas dan kebutuhan
personal dan kebutuhan psikologi siswa. Ketika pengelolaan kelas harus
melihat dan memahami kebutuhan siswa maupun psikologinya. Psikologi
dapat diartikan tingkah laku, maka dalam mengelola kelas harus melihat
pola maupun tingkah laku siswa tersebut. Karena didalam pembelajaran
yang ingin kita raih adalah perubahan tingkah laku siswa tersebut.
b) Manajemen kelas tergantung pada penciptaan iklim kelas yang positif
dan komunikasi yang mendukung, dengan menjalin hubungan positif
guru-siswa dan kawan, adanya keterlibatan positif dengan orangtua dan
wali siswa. Dan menggunakan metode organisasi dan manajemen
kelompok yang melibatkan siswa dalam pengembangan dan komitmen
terhadap standar prilaku yang memfasilitasi tugas siswa.
c) Manajemen kelas komprehensif yang menggunakan metode intruksional
yang memfasilitasi pembelajaran yang optimal dengan merespons
kebutuhan akademik siswa individu dan kelompok kelas.
d) Manajemen kelas melibatkan kemampuan untuk menggunakan berbagai
macam metode konsling dan prilaku yang melibatkan siswa dalam
meneliti dan mengoreksi prilaku prilaku yang tidak tepat.
2. Manajemen Ruang Kelas Dalam Perspektif
Manajemen kelas merupakan ranah yang mendukung untuk menghindari
bullying atau pelecehan antar siswa. Selama tahun 1980-an dan 1990-an,
mayoritas guru menanggapi perilaku siswa yang menyimpang yaitu dengan
menyuruh siswa berdiri di sebelah papan tulis dan melanjutkannya dengan
rangkaian pemeriksaaan jika siswa tetap meneruskan perilaku yang tidak
bertanggungjawab. Menurut penelitian (Emmer & Aussiker, 1990; Nelson,
Martella & Galand, 1998) menunjukkan bahwa respons semacam ini sering
membuat situasi menjadi buruk. Sebaiknya pendekatan ini jangan diteruskan.
Dibawah ini prosedur untuk perubahan perspektif manajemen kelas:

a. Hubungan guru-siswa dan pendekatan konseling


Sepanjang tahun 1960-an dan 1970-an, penekanan dalam kaitannya
dengan perilaku siswa adalah metode disiplin. Rudolf Dreikurs dan rekanrekannya (1971) mengembangkan model yang berdasarkan pada
keyakinan bahwa anak menentukan pilihan yang buruk karena didasari
oleh pilihan yang tidak tepat dalam bagaimana memenuhi kebutuhan
dasar mereka untuk diterima. Modelnya ini membekali guru dan orang
tua dengan strategi-strategi untuk mengidentifikasi penyebab kelakuan
anak yang buruk, merespon kelakuan itu dengan konsekuensi logis dan
dengan mengadakan pertemuan keluarga dan kelas. Ranah penelitian
utama selanjutnya ialah analisis yang lebih banyak didasarkan pada data
pengaruh frekuensi dan kualitas interaksi guru-siswa pada prestasi siswa.
b. Keahlian organisasi dan manajemen guru
Fungsi yang berjalan lancar sepanjang tahun dalam ruang kelas guru
yang efektif sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan pengorganisasian
yang efektif selama beberapa minggu pertama disekolah. Manajer ruang
kelas yang efektif memberikan siswa instruksi yang jelas tentang perilaku
ruang kelas yang diharapkan, Guru yang efektif juga memberi
konsekuensi untuk kelakuan yang buruk dan menerapkan konsekuensi
ini secara konsisten.
c. Keterampilan instruksional
Ranah penelitian ini adalah soal bagaimana guru melibatkan siswa dalam
proses belajar. Siswa yang bekerja secara kooperatif dalam tugas-tugas
belajar cenderung berhubungan secara lebih positif dengan kawankawannya, memandang belajar secara lebih positif, dan mempelajari
lebih banyak informasi. Jika guru mengizinkan siswa untuk belajar dalam
lingkungan yang dimodifikasi dengan respons beragam pilihan belajar
yang disukai, termasuk siswa dengan kebutuhan belajar khusus, mereka
akan belajar lebih banyak dan menunjukkan perilaku yang membantu diri
mereka dan siswa lainnya.
d. Metode behavioristik
Pada metode tersebut, guru-guru diajarkan untuk mengabaikan perilaku
yang tidak tepat dan melakukan penguatan pada perilaku yang sesuai,
menulis perjanjian dengan siswa-siswa yang suka melawan, dan
menggunakan prosedur mengeluarkan siswa. Guru-guru belajar untuk
mengemukakan harapan perilaku umum dengan jelas, tenang, dan
secara konsisten menghukum perilaku siswa yang tidak sesuai serta
memberi penguatan kelompok untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan
perilaku. Fredric Jones mengfokuskan pada penggunaan bahasa tubuh

yang efektif dipihak guru, menggunakan sistem insentif, dan bantuan


individual untuk masalah akademik.
3. Memahami Kebutuhan Dasar Psikologi Siswa
Kegagalan guru dalam mengajar cenderung disebabkan oleh
ketidakmampuannya dalam memahami siswa. Ada pula berpendapat bahwa
faktor siswa yang membuat mereka gagal dalam menjalankan tugas sebagai
guru. Misal, perilaku siswa yang tidak produktif dikarenakan kebutuhan dasar
siswa tidak terpenuhi dengan baik. Stanley Coopersmith, berpendapat bahwa
kebutuhan siswa dipengaruhi oleh faktor yang berkaitan dengan harga diri ( selfesteem), yakni :
a) Signifikan.
Istilah signifikan didefenisikan sebagai perasaan dihargai dimana individu
terlibat dalam hubungan dua arah yang positif serta saling peduli
b) Kompetensi.
Kompetensi
dikembangkan
melalui
kemampuan
menjalankan tugas secara sosial. Contoh, memenangkan perandingan
melawan temannya akan menyebabkan seseorang merasa kompeten.
c) Kekuatan atau kekuasaan, hal ini mengacu pada kemampuan untuk
memahami dan mengontrol lingkungan seseorang.sederhananya siswa
akan merasa kuat atau merasa memiliki kendali ketika mereka diijinkan
memilih topik belajar sendiri atau menyalurkan aspirasinya (bebas
berpendapat) demi kemajuan sekolah.
4. Menciptakan Hubungan Positif Guru dan Murid
Hubungan positif antara guru dan murid sebagai salah satu alternatif untuk
mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Penelitian yang diadakan di
Universitas Stanford, peneliti meneliti persepsi siswa-siswa Sekolah Menengah
Atas sehubungan dengan faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi hasil
sekolah mereka. Peneliti menyebutkan, tema yang berulang muncul dalam
komentar siswa adalah penghargaan mereka yang tinggi kepada guru yang
peduli dan perhatian, dalam kenyataannya banyak sekali siswa yang ingin
mempunyai guru yang peduli dan ini tampaknya merupakan harapan terpendam
dari remaja yang merasa terasing dan kesepian dalam masyarakat sekarang ini.
(Phelan,Davidson&Cao, 1992,h.698). Perhatian dan kepedulian dapat
diekspresikan dengan cara di bawah ini:
a) Mencari informasi tentang siswa
b) Banyak mengajukan pertanyaan positif daripada pertanyaan yang
negative
c) Menunjukkan minat aktifitas siswa dan menginformasikan harapan
yang tinggi
d) Memberikan umpan balik yang spesifik dan deskriptif

e) Mendengarkan siswa dengan empati tanpa menghakimi


f) Berbagi tanggung jawab dengan siswa
g) Berkomunikasi, misal mewaspadai isu-isu terkait dengan pelecehan
seksual
h) Merespons secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai.
5. Menciptakan Hubungan Pertemanan yang Harmonis
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah proses kehidupan, yakni
pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Suatu proses pembelajaran dapat
dikatakan menyenangkan ketika penghuni kelas merasakan kenyamanan
dengan hidup rukun, harmonis, saling berbagi, memahami dan menghargai. Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian pendidikan yang menunjukkan bahwa
siswa akan belajar secara lebih efektif dan bertingkah laku lebih bertanggung
jawab dikelas dan sekolah ketika mereka merasa aman, dikenal, dan dihargai.
Komunitas kelas yang positif, aman dan peduli cenderung menunjukkan
peningkatan perbaikan prestasi akademik siswa serta membantu siswa
menurunkan rasisme, pelecehan dan streotip. Dibawah ini ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan guru dalam kelas agar terbentuk pertemanan yang
positif, diantaranya adalah:

Melakukan aktivitas pengenalan pada awal tahun ajaran


Membentuk kelompok yang kompak dan mendukung
Meningkatkan beragam pola kesukaan
Menciptakan iklim sekolah yang positif
Menciptakan iklim sekolah yang mendukung siswa dari berbagai
budaya
Hal yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan oleh guru adalah
memahami setiap karakteristik para siswanya dan mempersatukan berbagai
perbedaan yang muncul. Guru harus bisa membentuk suatu hubungan
kekeluargaan dalam kelas yang harmonis, unik dan solid dengan cara
mempersatukan perbedaan yang ada. Suatu keharmonisan dalam kelas sangat
berperan dalam terwujudnya proses pembelajaran yang efektif.
6. Bekerja sama dengan orang tua
Kerja sama antar pihak sekolah dengan wali murid turut menentukan
keberhasilan pendidikan anak, artinya si anak tidak hanya membutuhkan
dukungan guru namun dukungan orangtua sangat mereka butuhkan. Upaya
untuk memperoleh dukungan orangtua bisa dilakukan dengan cara mengenalkan
tujuan instruksional guru dan juga metode yang digunakan dalam kelas terhadap
orang tua maupun wali. Dengan demikian orang tua akan lebih memotivasi
anaknya untuk berprestasi sesuai dengan tujuan tersebut. Adapun langkah lain
guna menjalin kerja sama antar pihak sekolah dengan orangtua:
a) Mengadakan rapat, seperti rapat gabungan(siswa-orangtua/wali-guru)

b) Mengirimkan laporan mengenai kelakuan anak, prestasi anak,


kegiatan-kegiatan yang diikuti anak (seperti karya wisata, acara kelas,
dll) secara berkala
c) Menjalin kontak dengan orangtua melalui pembicaraan di telepon
d) Meminta orangtua menghadiri ekstrakurikuler dimana anak terlibat di
dalamnya
e) Meminta kesediaan orangtua menjadi relawan di kelas. Orangtua
akan mudah mendukung apa yang dilakukan oleh guru dalam
menghadapi permasalahan anak jika orangtua paham dan merasa
menjadi bagian dari apa yang terjadi di sekolah.
7. Meningkatkan motivasi dan belajar siswa
Motivasi siswa akan lebih kuat dengan diterapkannya metode instruksional
yang berlandaskan pada pemenuhan kebutuhan akademik siswa. Hal ini
diperjelas dengan adanya riset yang membuktikan bahwa siswa termotivasi
ketika kebutuhan belajar mereka terpenuhi. Berikut ini adalah daftar kebutuhan
siswa yang ketika terpenuhi meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
a)
b)
c)
d)

Paham dan nilai tujuan belajar


Paham proses belajar
Terlibat secara aktif dalam proses belajar
Mempunyai tujuan belajar sesuai dengan minat dan pilihan mereka

sendiri
e) Menerima instruksi yang responsife terhadap gaya belajar dan kekuatan
f)

mereka
Melihat belajar yang dimodelkan oleh orang dewasa sebagai proses yang

menarik
g) Pengalaman berhasil (merasakan keberhasilan)
h) Mempunyai waktu untuk mengintegrasikan pembelajaran
i) Menerima umpan balik yang realistis dan langsung yang meningkatkan
j)

perasaan menguasai materi


Terlibat dalam evaluasi diri atas pembelajaran dan upaya mereka
Menerima imbalan yang sesuai untuk mendapatkan keberhasilan

(prestasi)
k) Merasakan lingkungan belajar yang aman dan terorganisasi dengan baik.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Guru dalam Manajemen
Ruang Kelas
a. Latar belakang budaya guru dan sejarah individual
Pendekatan guru untuk manajemen kelas jelas dipengaruhi oleh
pengalaman hidupnya sendiri. Johns dan Espinoza (1996)
mengemukakan bahwa, apa yang guru anggap sebagai masalah disiplin
akan ditentukan oleh budaya mereka, disaring melalui nilai personal dan

gaya pengajaran. Cara guru mengatur kelas dan menanggapi gangguan


belajar juga dipengaruhi oleh sejarah personalnya sendiri.
Jhonson dan rekan-rekan (1994) meneliti respons disiplin lebih dari 3400
guru australia, ia menemukan bahwa pandangan guru tentang disiplin
terbagi ke dalam tiga kategori :

Tradisional, dicirikan dengn guru sebagai figur otoritas yang


menghadirkan dan mengikuti aturan secara ketat dan berespons
dengan jelas dan merespons perilaku buruk siswa.
Progresif liberal, dimana guru menerapkan prinsip demokratis
yang melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
Sosial kritis, dimana perilaku siswa yang digolongkan tidak tepat
atau tidak produktif dipandang sebagai akibat dari kondisi kelas
yang gagal memenuhi kebutuhan siswa.

b. Keyakinan tentang tujuan sekolah


Faktor kunci lain yang mempengaruhi keputusan guru yang berkenaan
dengan metode manajemen kelas adalah tujuan guru untuk siswanya.
c. Latar belakang budaya siswa
Dalam manajemen ruang kelas, seorang guru harus memperhatikan
banyak hal yang terdapat di siswa-siswanya. Salah satunya harus
memperhatikan budaya yang dimiliki oleh para siswa.

Anda mungkin juga menyukai