Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

‘’ Jenis-Jenis Masalah Siswa Di Berbagai Tingkat Sekolah dan Penangananya’’

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Dra. Sri Sami Asih, M. Kes

Disusun Oleh Kelompok 9 :

1. Nia Agustin (1401420047)


2. Renanda Berlian Anindhea (1401420067)
3. Zhyahira Morisca Fatimah Azzahra (1401420291)
4. Fatimia Lady Adisti (1401420347)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Makalah
Bimbingan Dan Konseling. Jenis-Jenis Masalah Siswa Di Berbagai Tingkat Sekolah (TK,
SD, SLTP/SLTA)dan Penangananya’’ dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Sri Sami Asih, M. Kes. selaku dosen
pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita sebagai calon guru. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan iiating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan dating.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Semarang, 31 oktober 2021

Penyusun

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
1. Pengertian Masalah .................................................................................................... 3
2. Ciri dan Kriteria Masalah........................................................................................... 3
3. Jenis-jenis Masalah .................................................................................................... 6
4. Faktor Penyebab Munculnya Masalah ..................................................................... 11
5. Upaya Mengatasi Masalah ....................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan.Setiap manusia


pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Dimana satu masalah terpecahkan atau
terselesaikan, akan munculah masalah baru. Masalah itu sendiri akan dihadapi semua
orang yang hidup dimana tidakmengenal usia. Salah satunya adalah pada siswa sekolah.
Setiap siswa pasti memiliki masalah tersendiri entah berupa masalah akademik, sosial-
pribadi, karier, atau keluarga. Setiap siswa memiliki masalah masing-masing dan memilki
cara pandang terhadap masalahnya masing-masing pula. Ada siswa yang lebih terbuka
terhadap orang lain dalam mencurahkan masalahnya ada pula siswayang lebih memilih
untuk memendam sendiri masalahnya. Siswa yang lebih terbuka tentang masalahnya akan
memudahkan dalam proses penyelesaian masalahnya sehingga seseorang yang akan
membantunya dapat lebih memahami dan mengerti apa masalahnya dan dapat membantu
dalam mencarisolusi penyelesaian masalahnya. Sedangkan siswa yang kurang terbuka
dalam mencurahkan masalahnya, akan menyulitkan dalam hal penyelesaian masalahnya
sendiri, dikarenakan dia lebih memendam masalahnya sendiridan mencari solusi
peneyelesaiannya sendiri. Apabila dia mencurahkan masalahnya kepada orang lain
khususnya orang yang layak dimintai bantuan mungkin akan lebih memudahkan dan
mempercepat dalam menyelesaikan masalah.Dalam proses penyelesaian masalah, siswa
di sekolah dapat meminta bantuan kepada seorang guru Bimbingan dan Konseling, baik
masalah pribadi, karier, keluarga, dan akademik.

Oleh karena itu siswa tak perlu khawatir lagi atas permasalahan di atas karena di
sekolah terdapat guru yang akan membantu mengatasi ataupun menyelesaikan masalah
yang dihadapi siswa itu sendiri yakni guru Bimbingan dan Konseling (BK). Dimana guru
BK ini akan menerima semua keluhan ataupun siswa yang ingin berkonsultasi.Guru BK
akan membantu siswa dalam mencari solusi untukmenyelesaikan masalahnya bukan
untuk mencampuri urusan siswa dengan begitu siswa sendirilah yang pada akhirnya
memutuskan dalam mengambil solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalahnya.
Adapun cara BK sendiri dalam memberikan bantuan kepada siswauntuk mencari solusi

1
penyelesaian masalahnya dengan suatu pendekatan umum yakni suatu usaha yang
dilakukan konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya. Pendekatan umum ini sangatlah penting dalam proses penyelesaian masalah
sebagai langkah pertama untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahannya.
Apabila telah jelas permasalahannya maka guru BK akan lebih mudah dalam memberikan
bantuan kepada siswanya untuk mencari solusi penyelesaian masalahnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian masalah ?
2. Apa ciri dan kariteria dari masalah ?
3. Apa jenis-jenis masalah ?
4. Bagaimanakah faktor penyebab munculya masalah ?
5. Bagaimanakah upaya mengatasi masalah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian masalah
2. mengetahui ciri dan kariteria dari masalah
3. mengetahui jenis-jenis masalah
4. mengetahi faktor penyebab munculya masalah
5. mengetahui upaya mengatasi masalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada
seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan ataupun
masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus
dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan
dengan suatu yang diharapkan dengan baik.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Munurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara
aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
Menurut Irmasyah Effendi, masalah merupakan suatu pelajaran ketika Anda
sadar sebagai kesadaran jiwa, Anda juga dapat melihat dengan mudah untuk berbagai
kelemahan dan masalah dalam hidup Anda. Menurut Hudojo, masalah merupakan
dimana pertanyaan kepada seseorang yang mana orang itu tidak akan mempunyai
hukum yang dapat digunakan dengan segera untuk dapat menemukan jawatan dari
pertanyaan tersebut.
Menurut Abdul Cholil, masalah merupakan suatu bagian kecil dari kehidupan.
Setiap manusia pasti pernah mempunai dan juga menghadapi masalah baik yang
berasal dari diri sendiri maupun yang akan bersumber dari orang lain. Menurut Jeffey
Liker, masalah merupakan sebuah peluang untuk dapat menuju kehidupan yang lebih
baik. Lawan dari masalah merupakan sebuah peluang.
Menurut Richard Carson, pengertian masalah ialah dimana tempat terbaik
untuk dapat melatih diri sehingga hati menjadi lebih terbuka. Masalah merupakan
suatu bagian penting yang harus ada dalam kehidupan kita semua. Menurut Istijanto,
masalah merupakan dimana bagian terpenting dalam suatu proses riset, karena
masalah dapat juga menghadirkan petunjuk berupa jenis informasi yang dimana
nantinya akan sangat kita butuhkan.Masalah pada hakikatnya adalah kendala yang
merintangi suatu pekerjaan atau situasi. Masalah butuh diselesaikan agar pekerjaan itu
bisa berjalan dengan baik atau lebih baik.

2. Ciri dan Kriteria dari Masalah


Ketidakmampuan setiap individu untuk mewujudkan perkembangan yang optimal
pada ke empat dimensi (individualitas, sosialitas, moralitas, dan relegiusitas) tersebut
dikarenakan oleh berbagai permasalahan yang dialami selama proses

3
perkembangannya. Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus
diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan
berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya
sendiri maupun orang lain.Adapun ciri - ciri masalah dapat di kemukakan sebagai
berikut :
1) Masalah muncul karena adanya kesenjangan antara harapan (das sollen) dan
kenyataan (das sein).
2) Semakin besar kesenjanagan, maka masalah semakin berat.
3) Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda –
beda.
4) Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh indidvidu itu
sendiri maupun oleh lingkungan.
5) Masalah timbul akibat dari prose belajar yang keliru.
6) Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang perlu di
jawab.
7) Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.

Kriteria Masalah
Pada dasarnya, masalah ditandai oleh adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Namun, tidak semua masalah perlu ditangani melalui pendekatan
konseling. Suatu masalah perlu ditangani melalui konseling, bila memenuhi kriteria
tertentu. Pada dasarnya, masalah tersebut berasal dari suatu masalah yang cukup
serius, cukup mengguncangkan pribadi konseli, masalah tersebut senantiasa
mencekam sehingga pikiran dan perasaan konseli tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Bahkan berpengaruh terhadap perubahan fisiologik tubuh. Disisi lain,
masalah tersebut sudah berada diluar jangkauan konseli untuk mereda, menghalau
ataupun untuk menyelesaikannya sendiri. Sementara itu, bila masalah tersebut tidak
diatasi maka akan merugikan diri sendiri maupun pihak lain, terjadinya hambatan
perkembangan, penyimpangan sikap dan perilaku, salah perilaku dan inadekuat lain.
Selanjutnya, secara sadar konseli butuh bantuan dari orang lain untuk menghadapi,
mengatasi, dan memecahkan masalahnya yang berada di luar kemampuannya. Jadi,
masalah tersebut perlu digarap dengan cara-cara khusus, cara-cara yang memadai.
Dengan kata lain, masalah tersebut diatasi dengan bantuan orang lain yang memiliki
kompetensi atau keahlian sesuai dengan karakteristik dan kadar permasalahanya perlu
penanganan secara profesional.
Meski masalah tersebut cukup serius dan sifatnya spesifik, menimbulkan
ketegangan, kecemasan, ketakutan, frustasi ataupun konflik namun masalah tersebut
masih dalam jangkauan profesi bimbingan dan konseling, masih dalam kategori
“normal”, belum termasuk “abnormal”. Bila masalah konseli mencapai kadar yang
sangat berat, neuosus, diluar jangkauan konselor, maka perlu di “referal” kepada
psikologis klinis. Terlebih-lebih bila diagnosa masalah mengidentifikasi adanya
simtoma abnormalitas atau psikosis, maka merupakan kewenangan psikiater untuk
menanganinya.
Berikut ini adalah kriteria masalah dalam konseling secara prinsip, antara lain:

4
 Masalah sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang tergolong
serius, sifatnya khas dan cukup mengguncangkan kehidupan secara sosial
maupum pribadi dari konseli. Masalah yang dihadapi oleh konseli itu
mempengaruhi kehidupan pribadi maupun sosial dari konselinya.
 Masalah yang cukup serius itu, selalu mengganggu pikiran dan perasaan, serta
masalah tersebut diluar jangkauan subjek untuk mangatasi atau menyelesaikan
sendiri. Masalah tersebut adalah suatu masalah dimana konseli sudah merasa
tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan dirinya sendiri.
Maka, disini konseli membutuhkan bantuan dari konselor untuk membantu
salam upaya pemecahan masalahnya tersebut.
 Bila masalah tersebut tak terpecahkan ataupun tak terselesaikan, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi subjek maupun pihak lain yang boleh jadi
berdampak memunculkan masalah baru. Jika suatu masalah yang dihadapi
oleh konseli tidak segera terpecahkan atau terselesaikan, maka masalah
tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang baru dan akan mengganggu
kehidupan dari konseli. Oleh sebab itu, suatu masalah yang dihadapi oleh
konseli harus secepatnya dapat terselesaikan dengan baik.
 Pada gilirannya, konseli butuh bantuan pertolongan untuk memecahkan
masalahnya secara memadai, sehingga dapat mengembangkan pribadi yang
“balance”, produktif dan sehat. Konseli akan selalu membutuhkan pertolongan
bantuan dari seorang konselor dalam upaya pemecahan masalah yang sedang
dihadapi. Setelah memperoleh bantuan dari konselor, maka diharapkan
konseli mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal,
serta dapat hidup dengan seimbang, produktif, dan sehat.
 Dengan kata lain, masalah tersebut perlu ditangani secara profesional oleh
figur yang kompeten dan berwenang. Dalam menangani suatu permasalahan
yang dihadapi oleh konseli memang sudah seharusnya ditangani oleh orang
yang profesional dan sudah ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Jika
dalam menangani suatu masalah itu tidak ditangani oleh orang yang sudah
profesional, maka akan menjadi ketakutan, apabila pemecahannya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh konseli atau tidak sesuai dengan tugas
perkembangan dari konseli yang bersangkutan.
Akhirnya, masalah yang dimaksud berada dalam ruang lingkup kewenangan
konselor yaitu masalah-masalah melanda pada orang-orang normal. Seorang konselor
hanya akan membantu memecahkan masalah dari konseli yang masih dalam keadaan
normal, atau tidak sedang mengalami gangguan jiwa (abnormal). Jika konseli sudah
berada dalam suatu keadaan yang abnormal, maka hal itu sudah tidak menjadi
kewenangan dari seorang konselor. Dengan kata lain, masalah itu bisa dialih
tangankan kasus ke orang yang lebih ahli, misalnya seorang psikiater.

5
3. Jenis-Jenis Masalah
Jenis-Jenis Masalah Siswa Tingkat Sekolah Dasar
Masalah Murid Sekolah Dasar Jenis masalah yang dialami oleh murid sekolah
dasar bisa bermacam-macam corak dan ragamnya. Prayitno (1985) menyusun
serangkaian masalah murid sekolah dasar (terlampir). Masalah-masalah itu
dikasifikasikan atas:
 Masalah perkrmbangan jasmni dan kesehatan
 Masalah keluarga dan rumah tangga
 Masalah-masalah psikologis
 Masalah-masalah sosial
 Masalah kesulitn dalam belajar.
 Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya
Beberapa masalah yang dialami oleh anak Sekolah Dasar:
1. Masalah emosi
Usia anak Sekolah Dasar merupakan peralihan dari masa anak-anak
menuju masa puber atau masa remaja. Pada tahap peralihan ini emosi anak
cenderung naik turun, anak belum dapat mengendalikan emosinya karena
belum sampai pada tahap kematangan emosi. Covey (2005) mengemukakan
bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan
perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, yang diimbangi dengan
pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan akan individu lain.
Sedangkan pada masa anak-anak, pemikirannya masih bersifat konkret, belum
dapat membedakan baik dan buruk serta belum dapat mempertimbangkan
perasaan dan keyakinan oranglain. Semakin berkembang usia individu, maka
diharapkan akan semakin mampu melilhat segala sesuatunya secara objektif,
mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta
daripada perasaan.
Contoh masalah emosi yang sering terjadi pada anak Sekolah Dasar
antara lain: gelisah, aktivitas berlebihan, tidak matang, takut, mudah marah,
mudah tersinggung, dan murung.

2. Masalah penyesuaian diri


Salah satu tugtas seorang anak Sekolah dasar adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial,karena pada usia sekolah dasar anak mulai belajar
menyesuaika diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang dibtuhkan
oleh anak sekolah Dasar antara lain : kebutuhan untuk berteman ,
bersosialisasi, bertegur sapa bergabung dan hidup bersama dengan orang lain,
bekerjasama dan bercakap-cakap dengan orang lain, serta untuk mendapatkan
afeksi dari orang lain.
Untuk itulah maka sekolah harus ikut membantu tgas-tugas
perkembangan anak tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam
penyesuaian diri. Melalui penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas
pembinaan bakat dan minat baik lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler

6
di sekolah, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan
tersebut.

3. Masalah perilaku seksual


Pada masa sekolah dasar anak sudah mulai tertarik pada lawan jenis,
mulai bersifat romantis yang diikui oleh keinginan yang kuat untuk
memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis. Seharusnya mereka
mencari atau memperoleh informasi seksual yang benar, ooleh karen aitu
dibutuhkan pendidikan seksual secara dini di sekolah dasar. Yang perlu
dipahami sebagai orang tua atau pendidik adalah pendidikan seksualitas tidak
pernah mengajarkan anak tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks,
ataupun hal-hal lainnya yang terkesan vulgar dan menjijikan.
Seksualitas itu sendiri membicarakan tentang totalitas ekspresi kita
sebagai laki-laki atau perempuan, apa yang kita percayai, kita pikirkan dan
kita rasakan tentang diri kita, bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan,
bagaimana kita menampilkan diri kita, bagaimana kita berbudaya dan
bersosial, etika dan adab pergaulan, yang kesemuanya tersebut akan
mencirikan identitas kita. Pendidikan seksualitas bagi anak akan
menjadikannya mengerti benar hal-hal yang berkenaan dengan dirinya,
tubuhnya, fungsi dari bagian-bagian tubuhnya, serta bagaimana menjaga diri
dari hal-hal yang tidak diperkenankan. Pendidikan seksualitas juga berguna
dalam mempersiapkan anak memasuki masa pubernya, agar saatnya nanti
anak tidak lagi kaget, bingung, malu, dan cemas dalam menghadapi berbagai
perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan jiwa mereka.
Dengan diberikannya pendidikan seksualitas pada anak, seorang laki-
laki diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya, begitu
pula dengan anak perempuan, diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi
seorang perempuan seutuhnya. Selain itu, diharapkan anak akan lebih mudah
untuk membentengi diri dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang tidak baik.

4. Masalah perilaku sosial


Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada anak-anak dapat dilihat dari
adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras,agama, atau
sosial ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku sosial se[erti ini,
maka dapat melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok yang
pembentukkannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama,suku, dan
sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada anak tersebut dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah
dan mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, sekolah dapat
menyelenggarakan kegiaan-kegiatan kelompok (baik kurikuler maupun
kokurikuler) dengan tidak memperhatikan latar belakang suku,agama,ras dan
sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tuidak
membeda-bedakan sisswa yang satu dengan yang lain.

7
5. Masalah moral
Masalah moral yang terjadi pada anak sekolah dasar ditandai oleh
adanya ketidakmampuan anak membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang sala
dapat membawa masalah bagi kehidupan anak pada khususnya, dan semua
orang pada umumnya. Masalah-masalah moral seperti bicara porno, sering
mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan.
Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalh yang emikian, maka
sekolah sebaiknya mnyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan guna
meningkatkan pendidikan budi pekerti.

6. Masalah keluarga
Sering ditemukan berbagai permasalahn anak yang penyebab
utamanya adalah terjadinya kesalahpahaman antara anak dengan orang tua.
Sebab-sebab umum pertentangan keluarga masa anak-anak adalah : standar
perilaku, metode disiplin, dan hubungan dengan saudara kandung.

7. Masalah belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar si


Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami.
 Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara
optimal.
 Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik
yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya
yang amat tinggi.
 Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memilki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus
 Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam
belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
 Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang
kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan

8
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan
sebagainya.
 Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya.

Jenis-Jenis Masalah Siswa Tingkat Sekolah Menengah


Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini
individu mengalami perubahan yang besar, yang dimulai sejak datangnya fase masa
puber. Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai
akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang
dimaksudkan adalah :
 Ingin menyendiri.
 Bosan
 Inkoordinasi
 Antagonism social
 Emosi yang meninggi
 Hilangnya kepercayaan diri
Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja,
dan sebagai akibtnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan
pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain :
1. Masalah Emosi
Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat kuat,
tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala
yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya
meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering
menimbulkan berbagai permasalahan remaja.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus
mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah
emosional ini. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak dapat
berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah,
bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah sesama
anggota maupun masalahnya sendiri.

2. Masalah Penyesuaian Diri


Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat
banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah
bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau
pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku , sikap, minat, dan gaya
hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat

9
tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila
mereka salah dalam bergaul, dalam keadaan demikian remaja cenderung akan
mengikuti pergaulan yang salah tersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat
yang akan menimpa dirinya karena kebutuhan akan penerimaan dalam kelompok
sebaya dianggap paling penting. Untuk itulah sekolah harus ikut membantu tugas-
tugas perkembangan remaja tersebut agar mereka tidak mengalami keasalahan
dalam penyesuaiian dirinya.

3. Masalah Perilaku Seksual


Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis,
mulai bersifat romantic, yang diikuti oleh keinginan yang kuat untuk memperoleh
dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya
minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh
informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka
lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut
dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan
kesehatan tidak layak untuk dilakukan, misalnya berciuman, bercumbu,
masturbasi, dan bersenggama. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah
tersebut, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks.

4. Masalah Perilaku Sosial


Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau
social ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja
yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama, suku,
dan social ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok
atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut , sekolah dapat
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan
latar belakang suku, agama, ras dan social ekonomi.

5. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan
remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan
oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai
kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti.

6. Masalah Keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga
selama masa remaja adalah : standar perilaku, metode disiplin, hubungn dengan
saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern
berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara
mereka.

10
Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga
tentang penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat
berhubungan terutama teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus
meningkatkan kerjasama dengan orang tua.

Adapun macam – macam masalah lain yang dihadapi oleh siswa, yaitu :
1. Kesuitan dalam Memahami Diri sendiri
2. Kesulitan memahami lingkungan
3. Kesulitan dalam menyalurkan bakat dan minat
4. Kesulitan dalam memecahkan masalah

4. Faktor Penyebab Munculnya Masalah


Pada dasarnya siswa bermasalah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersifat intern yang
berasal dari dalam diri sendiri, baik dari dampak pertumbuhan dan perkembangan,
maupun dari jenis penyakit mental atau kejiwaan yang ada pada diri siswa tersebut.
Pendapat M. Arifin tentang siswa bermasalah yang berasal dari intern adalah cacat
jasmani atau rohani akibat dari keturunan, pembawaan negatif yang sulit dikendalikan
serta mengarahkan pada perbuatan nakal atau masalah, pemenuhan kebutuhan yang
kurang terpenuhi, kontrol terhadap diri sendiri, serta menilai sesuatu selalu dengan
negatif, perasaan rendah diri dan perasaan yang selalu tertekan.
Faktor – faktor penyebab munculnya masalah dapat di tinjau dari dua segi :
A. Segi diri sendiri (Individu)
 Keterbatasa atau kekurangmampuan mental ( mental inaquacies )
 Keterbatasan Kemampuan atau keadaan fisik (phisical inadequacies)
 Ketidak seimbangan emosional (emotional inadequacies)
 Sikap dan kebiasaan tertentu yang dapat merugikan diri sendiri
 Tidak berbakat pada suatu bidang
B. Segi Lingkungan (diluar diri sendiri)
 Lingkungan rumah atau keluarga
Faktor Keluarga Keluarga adalah organisasi terkecil di dalam
masyarakat, tetapi mempunyai kedudukan yang primer dan
fundamental. Sebab itu, keluarga mempunyai peranan vital dalam
mempengaruhi perilaku anak terutama dalam tahap awal. Menurut
Agus Sujanto bahwa keluarga yang baik adalah kelurga yang
berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga
yang kurang baik adalah keluarga yang memberikan pengaruh negatif
bagi perkembangan anak. Karena itu, keluarga merupakan wilayah
awal yang menentukan perilaku anak, apakah anak akan menjadi baik
atau sebaliknya. Adapun pengaruhnya sebagai berikut :
a. Cara mendidik anak yang kurang tepat
b. Situasi pergaulan antar anggota keluarga
c. Tingkat pendidikan orang tua

11
d. Standar tuntutan orang tua terhadap anak
e. Situasi tempat tinggal

 Lingkungan sekolah
Faktor Sekolah Dalam rangka pembinaan anak atau siswa ke
arah yang lebih baik, kadang-kandang sekolah dapat menjadi sebab
timbulnya siswa bermasalah. Hal ini terjadi karena sekolah sering tidak
peduli terhadap siswa tersebut.
a. Latar belakang remaja yang berbeda, tetapi dengan sistem
persekolahan yang memiliki pengaturan yang sama, mereka
dituntut untuk dapat berbaur dengan yang lainnya.
b. Menurut Prof. DR. Zakiah Darajat pengaruh negatif yang
menangani langsung proses pendidikan antara lain kesulitan
ekonomi yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatian
terhadap anak didiknya, misal: pendidik sering tidak masuk yang
mengakibatkan siswa terlantar, bahkan sering adanya perlakuan
guru yang kurang adil, hukuman yang kurang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tidak putus-
putusnya, serta disiplin yang terlalu ketat, disharmonis antara guru
dan siswa, serta kurangnya belajar di rumah.
c. Hal tersebut juga sering terjadi karena adanya impotensi dalam
pendidikan yang disebabkan oleh komunikasi anti dialog,
penggunaan metode pengajaran yang dapat mematikan kreativitas
siswa.

Beberapa pengaruh dari faktor lingkungan sekolah sebagai berikut :

a. Prasarana, sarana dan fasilitas yang tersedia


b. Kurikulum dan materi pelajaran
c. Metode pengajaran yang digunakan
d. Pengaturan local (tempat belajar) dan jadwal belajar
e. Penyediaan tenaga guru dan personal lainnya

 Lingkungan masyarakat
Dadang Hawari Mengatakan bahwa masyarakat juga bisa
menjadi faktor utama juga. Keadaan masyarakat yang bermasalah dan
lingkungan yang kurang baik merupakan faktor penyebab siswa
berbuat menyimpang. Faktor ini dikelompokan Dadang Hawari
menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Faktor kerawanan masyarakat lingkungan antara lain, tempat
tinggal, hiburan yang buka terlalu malam, peredaran obat-obatan
terlarang, pengangguran yang semakin meningkat dan anak-anak
yang putus sekolah.

12
2) Daerah rawan gangguan kamtibnas antara lain: penyalahgunaan
alkohol, narkotika dan zat adaktif lainnya, tawuran, kebut-kebutan,
pencurian dan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan,
pengrusakan, dan lainnya. Sedangkan menurut Sudarsono pengaruh
yang dominan dari masyarakat sebagai pendukung siswa
bermasalah adalah perubahan sosial yang ditandai dengan
peristiwa-peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti
persaingan ekonomi, pengangguran, media massa, dan fasilitas
rekreasi.

5. Upaya Mengatasi Masalah


Penanganan terhadap siswa bermasalah hendaknya dilakukan secara fokus dengan
harapan agar tujuan dari penangan masalah itu tercapai, yaitu kondisi yang sehat dan
kondusif yang memungkinkan siswa atau anak dapat berkembang baik secara fisik
maupun mental. Adapun cara menanggulanginya sebagaimana yang dikemukakan
oleh seorang kriminolog, Soejono Dirjo Siswono, SH yang dikutip oleh Sudarsono
dalam bukunya yang berjudul ”Kenakalan Remaja” mengemukakan bahwa asas
umum dalam penanggulangan kejahatan yang banyak dipakai oelh negara-negara
maju yaitu:
1. Cara moralitas, dilaksanakan dengan cara penyebaran agama dan moral.
2. Cara abolisionistis, berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan dengan
sebab musababnya, misalkan bahwa faktor ekonomi atau kemiskinan
merupakan penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai tujuan dalam
mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara
abolisionistis. Banyak cara dalam mengatasi siswa bermasalah baik secara
preventif, kuratif, dan rehabilitas.
Pendekatan preventif terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Usaha Dari Rumah Tangga. Menciptakan rumah tangga yang
harmonis memang sulit apalagi menciptakan keluarga yang agamis,
maka dari situlah langkah awal bahwa sesuatu pasti berangkat dari
nilai-nilai rumah itu sendiri.
b. Usaha Sekolah. Sarana dan prasarana sekolah harus memadai,
kuantiítas dan koalitas guru yang memadai, mengembalikan wibawa
seorang guru dan yang terpenting yaitu kesejahteraan guru pun harus
diperhatikan. Dan penting juga memberikan pendidikan mental siswa
agar siswa dapat berkembang mentalnya secara sehat.
c. Lingkungan Masyarakat. Mengenai lingkungan masyarakat ini dapat
tidaknya membantu suatu kelompok yang baik atau tidak sangat
tergantung oleh usaha orang dewasa memberikan perhatian dengan
membina para remajanya. Diantaranya biasanya yang sangat berperan
penting disini adalah tokoh remaja dan para penyuluh agama atau para
ustadz.

13
Mengarahkan dan memberikan contoh yang baik kepada para remaja
akan menghasilkan suatu generasi penerus harapan bangsa, orang tuanya,
dan masyarakat luas. Menurut Dadang Hawari dibutuhkan langkah-
langkah kongkrit oleh masyarakat, yaitu mampu menciptakan kondisi
lingkungan hidup yang sehat, bebas dari rasa takut, aman dan tentram,
bebas dari rasa segala bentuk kerawanan sebagaimana yang tertera pada
pengaruh lingkungan masyarakat terhadap timbulnya permasalahan.

Cara Menangani masalah – masalah yang terjadi pada siswa


1. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatar belakangi timbulnya masalah siswa.
2. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya,
3. Tes diagnostic
Pada konteks ini, tes diagnostik kesulitan belajar kurang sekali diperhatikan
sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan dalam penanggulangan masalah pada
siswa :
1. Upaya preventif
Upaya preventif adalah tindakan untuk melakukan pencegahan dimana
sasarannya adalah mengembalikan sebab – sebab yang dapat menimbulkan
permasalahan siswa yang tidak terlepas dari factor lingkungan dimana ia
tinggal.
2. Upaya Represif
Upaya Represif adalah tindakan untuk menghalangi timbulnya peristiwa
permasalahan siswa.
3. Upaya Kuratif
Upaya Kuratif disebut juga upaya korektif, yaitu usaha untuk merubah
permasalahan yang terjadi dengan cara memberikan pendidikan dan
pengarahan kepada mereka (merubah keadaan yang salah kepada keadaan
yang benar ) .

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah pada hakikatnya adalah kendala yang merintangi suatu pekerjaan atau
situasi. Masalah butuh diselesaikan agar pekerjaan itu bisa berjalan dengan baik atau
lebih baik. masalah ditandai oleh adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Namun, tidak semua masalah perlu ditangani melalui pendekatan konseling. Suatu
masalah perlu ditangani melalui konseling, bila memenuhi kriteria tertentu. Pada
dasarnya, masalah tersebut berasal dari suatu masalah yang cukup serius, cukup
mengguncangkan pribadi konseli, masalah tersebut senantiasa mencekam sehingga
pikiran dan perasaan konseli tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Beberapa jenis masalah diberbagai tingkat sekolah sebagai berikut

1. Masalah emosi
2. Masalah Penyesuaian Diri
3. Masalah Perilaku seksual
4. Masalah Perilaku sosial
5. Masalah moral
6. Masalah Keluarga
7. Masalah Belajar

Pada dasarnya siswa bermasalah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersifat intern yang
berasal dari dalam diri sendiri, baik dari dampak pertumbuhan dan perkembangan,
maupun dari jenis penyakit mental atau kejiwaan yang ada pada diri siswa tersebut.
faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi dari luar bisa dari lingkungan
masyarakat, keluarga atau sekolah.

Banyak cara dalam mengatasi siswa bermasalah baik secara preventif, kuratif,
dan rehabilitas. Bisa juga melalui diagnosis, prognosis dan tes diagnostik.

15
3.2 Saran

Guru harus selalu mendampingi peserta didik dan melakukan pendekatan serta
mengenal karakter peserta didik, agar masalah dapat diketahui dan bisa dianalisis
apakah penyebab dari masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga sebagai
guru kita bisa mengetahui langkah seperti apa yang selanjutnya harus kita ambil dalam
upaya mengatasil jenis masalah siswa pada berbagai tingkat sekolah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, “Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohani Manusia,” h. 85.

Dadang Hawari, “Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,” Jakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Jasa, 1997, Cet. Ke-3, h. 198-199.

Dadang Hawari, “Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,” h. 200.

Dunia Pendidikan. 15 September 2021. Definisi Masalah. Diakses pada 28 Oktober 2021.
Tersedia https://duniapendidikan.co.id/definisi-masalah/

Lathifah, Ismi Aini, dkk. 6 Desember 2016. Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah. Diakses
pada 28 Oktober 2021. Tersedia http://ismiainilathifah.blogspot.com/2016/12/bk-
jenis-jenis-masalah-siswa-di-sekolah.html?m=1

Mubarok, Husni. 2009. Metode Bimbingan dan Penyuluhan Dalam Menangani Siswa/i
Bermasalah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Madinah, Bogor : Skripsi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam. UIN Syarif Hidayatullah.

Purwanti, Asti. 25 Maret 2013. Masalah dan Kriteria Masalah Dalam BK. Diakses pada 28
Oktober 2021. Tersedia http://astipurwanti.blogspot.com/2013/03/masalah-dan-
kriteria-masalah-dalam-bk.html?m=1

Sudarsono, ”Kenakalan Remaja,” Jakarta: Reineka Cipta, 1999, Cet. Ke-2, h. 131.

17

Anda mungkin juga menyukai