Anda di halaman 1dari 19

APRESIASI PRODUKTIF

A. Capaian Pembelajaran
Secara khusus capaian pembelajaran yang diharapkan setelah
mempelajari Bab ini adalah:
1. Mampu mengidentifikasi perbedaan pendekatan parafratis dan analitis
dalam hubungannya dengan apresiasi sastra.
2. Mampu mengaplikasikan pendekatan parafratis dan analitis dalam
mengapresiasi sastra secara produktif.

B. Penata Awal
Apresiasi sastra secara reseptif menekankan pada keterampilan
menyimak (listening) dan keterampilan membaca (reading). Sedangkan
apresiasi sastra secara produktif menekankan pada keterampilan
berbicara (speaking) dan keterampilan menulis (writing). Selain
perbedaan tersebut terdapat perbedaan lain antara apresiasi sastra
secara reseptif dan produktif dimana apresiasi reseptif menekankan pada
penikmatan, sedangkan apresiasi produktif menekankan pada proses
kreatif dan penciptaan.

C. Uraian Materi
5.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya Anda telah memahami bahwa apresiasi
terhadap karya sastra dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: apresiasi
sastra reseptif dan apresiasi sastra produktif. Apresiasi sastra secara
reseptif menekankan pada keterampilan menyimak ( listening) dan
keterampilan membaca (reading). Sedangkan apresiasi sastra secara
produktif menekankan pada keterampilan berbicara (speaking) dan
keterampilan menulis (writing). Selain perbedaan tersebut terdapat
perbedaan lain antara apresiasi sastra secara reseptif dan produktif
dimana apresiasi reseptif menekankan pada penikmatan, sedangkan
apresiasi produktif menekankan pada proses kreatif dan penciptaan.
Dalam hubungannya dengan apresiasi produktif, pengapresiasi di tuntut
menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama,
pementasan, karya sastra dan esai.
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap apresiasi sastra
secara produktif, maka pada bagian ini akan dijelaskan pengertian
apresiasi sastra secara produktif termasuk di dalamnya jenis-jenis
apresiasi sastra produktif.

5.2 Pengertian Apresiasi Produktif


Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan
pada proses kreatif dan penciptaan. Apresiasi sastra secara produktif
tidak mungkin terwujud tanpa diberikan pengajaran menulis, khususnya
menulis kreatif di sekolah-sekolah. Menulis kreatif memberikan
kesempatan untuk melatih dirinya mengemukakan ide imajinasinya
dalam bentuk karya sastra, baik prosa, puisi, maupun drama. Bimbingan
penulisan kreatif akan memberikan sumbangan terhadap pemekaran dan
pengayaan khasanah sastra Indonesia. Menulis kretif merupakan
kegiatan penulisan yang memanfaatkan kemampuan berfikir kritis
dengan imajinsi, dan kekuatan fantasi untuk mendukung fakta
Untuk mewujudkan pembelajaran apresiasi sastra secara produktif
di dalam kelas, maka guru dapat melakukan berbagai macam kegiatan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di kelas adalah melalui
mendiskusikan tanggapan atas suatu karya sastra, menyusun tanggapan
atas hasil apresiasi sastra secara tertulis, atau menyiapkan pemahaman
hasil apresiasi sastra di majalah dinding.

5.3 Jenis-Jenis Apresiasi Produktif


a. Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan
apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah
bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa
mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi,
puisi menjadi prosa, prosa menjadi drama atau seba-liknya. Dengan
melalui pengubahan bentuk tersebut, siswa dapat semakin memahami isi
karya sastra tersebut. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa parafrase
adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan
cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan
menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang
digunakan pengarang.
Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh
siswa? Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering
menggunakan kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan
sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena adanya hak
licentia poetica pengarang. Kesemuanya itu dapat menyulitkan
pembaca untuk memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase,
pembaca dapat semakin memahami karya sastra tertentu.
Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa
pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a)
pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang
lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan semakin meningkatkan
keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan (b)
gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda,
misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung
ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih
konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat
ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik
memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yakni sebagai berikut.
(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk
prosa dengan mendasarkan kepada kalimat demi kalimat
yang terdapat dalam puisi tersebut.
(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa
didasarkan kepada susunan bait demi bait yang menyusun
puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa
yang didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk
puisi itu. Makna yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke
dalam bentuk prosa . Berikut disajikan contoh parafrase puisi
ke prosa.

HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking
pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah nenek
Liburan sambil melepas rindu
Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung
Satu minggu sudah
Hari libur habis
Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek
Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi
sebuah cerita seperti berikut.

HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR
selama 1-2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu,
baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib
secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan
Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran
yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan
tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh
pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan
ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu
menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai
peringkat I . langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa
senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun, mama ,bapak,
dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya,
“Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya Imran.
“Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”
Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada
hari
Rabu”
Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau
libur,
Nak?” “Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana
akan
berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah
nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai
dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang
ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok
sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di
desa kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya
berangkat bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya
sekitar 25 kilometer dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba
rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami, saya
langsung dipeluk dan dicium sambil berkata “Kenapa baru datang,
Nak. Lama sekali rasanya baru bertemu. Nenek sudah rindu
sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.
Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama
nenek, mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan
riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh,
kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil
mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu
mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.
Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek
bahwa besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di
sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...”
” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau
begitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek,
bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama
juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalan- jalan menikmati ramai
dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya ba- ngunan di kota
Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan dinikahkan
minggu depan” Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20
meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek
sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama
desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang ,
sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”

Latihan 1
Untuk meningkatkan pemahaman tentang parafrase puisi. Parafrasekan puisi
berikut ini menjadi prosa!
Puisi 1

MENYESAL
Ali Hasymi

Pagiku hilang melayang


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalka
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti

Puisi 2

NELAYAN TAK LAGI MENGELUH

Bergulung ombak dengan keras


Memecah batu karang di batas
Biarkan buih mengalir lepas
Menuju laut lepas

Disini aku berdiri tegak


Tiada maksud untuk bergalak
Aku hanya ikut bersemarak
Riuh tawa nelayan kelak

Ikan Cumi-cumi kepiting dan udang


Selalu ikut turut mengundang
Di santap saat bersuka dan berdendang
Itulah hasil lautku yang segudang

Nelayan tak lagi mengeluh


Walau kian sulit melempar sauh
Tak terhitung mengalir peluh
BBM Tetap melambung jauh

Cintaku tak pernah cukup


Melihat nelayan tanganya menangkup
Hanya angin yang tergantang
Lepas bersama kabut yang menantang

Allah pemilik kehidupan


Jangan kau hembuskan badai topan
Karena mereka nyaris tak makan
Dan tak tahu kemana membangun harapan

Puisi 3

AKU

(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku


'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang perih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

b. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan
pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang menangun
suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu
dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004).
Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca menulis karya
sastra tertntu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis
puisi misalnya lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik
puisi.
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok
yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat
puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi
meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, imagery, ritme dan rima.
Hubungan keduanya erat, oleh Tarigan (1989) seperti hubungan jiwa
dan tubuh.sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah
dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
(a) Unsur lahiriah (metode puisi)
(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata
secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu
jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan
dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun
secara konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampuas,
dll.
(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu
yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu,
daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:
Gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr
Situmorang)
Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut
mengering (Waluyati)
(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang
dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dengan
memilih kata yang khusus; bukan yang umum, misal:
Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya (kata umum)
(4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah
kemampuan penyair mendeskripsikan atau melukiskan
suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca
menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang
disaksikan atau dialami penyair tersebut. Daya bayang
terwujud sebagai manifestasi dari pemakaian kata konkret,
diksi, dan gaya bahasa yang tepat.
Misalnya:

Sajak Kecil Buat Penggalang


Dengan gagah perkasa
Engkau berdiri siap siaga
Bersenjata tongkat dibalut kain selempang
Berhias tanda-tanda kecakapan
Tali merah tali sempritan
Tersandang di lengan tangan kiri
Kepala dibalut baret
Lengkap lencana tunas kelapa
Tali melingkar bergantung dipinggang
Sangkur menambah indah dipandang
………………………………………….
(5) Irama dan rima.
(a) Irama adalah berkaitan dengan keras lembutnya suara
(tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi
rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan
lainnya.
Misalnya sebagai berikut.

KASIH IBU

Siti Atika
Penuh kasih engkau nina bobokkan aku
Penuh cinta engkau suapi aku
Tangisku, rintihanku dan rengekanku
Tetap membuatmu tersenyum
Kasihmu seluas samudra
Cintamu sedalam lautan
Sayangmu setinggi gunung
Dengan apa aku harus membalasnya
Ibu....
Di dunia ini tiada banding kasihmu
Dalam deritamu
Engkau tetap tabah mengasuh dan mendidik aku
Ibu.....
Engkau adalah matahariku
Engkau adalah rembulanku
Doaku bersamamu selalu
Semoga rahmat Ilahi atasmu
(b) Rima ialah persaman bunyi awal, akhir, awal-akhir.
Misalnya:
Caya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)

Segala menebal, segala


mengental Segala tak
kukenal
Selamat tinggal. .(Chairil Anwar)

(b) Unsur batiniah puisi (hakikat puisi)


(1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai
setiap larik puisi. Misalnya, Ayip Rosidi menuangkan tema
“Ketidakpuasan “ dalam puisi “Di Akuarium”
Di Akuarium

Ayip Rosidi
Kulihat ikan-ikan berenangan, alangkah nyaman dan tenang
hidup tanpa persoalan. Betapa ingin aku menjadi ikan.
Dari balik kaca, matanya cemburu memandang Barangkali ingin
menjadi manusia, menjadi aku Yang pergi memancing di hari
minggu.

(2) Rasa (feeling ) ialah sikap pandang (pendapat) penyair


terhadap pokok persoalan/tema tertentu. Ada penyair yang
bersikap simpati-antipati, setuju-tidak setuju, dll. Misalnya
Chairil Anwar dalam masih bersikap menerima terhadap gadis
yang telah mengecewakannya dengan persyaratan tertentu.
Sebaliknya Armyn Pane bersikap menolak terhadap gadis
yang telah mengecewakannya. Hal itu terungkap dalam
puisinya masing-masing sebagai berikut.
PENERIMAAN

Chairil Anwar
Kalau kau mau, kuterima kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetapi sendiri
Kutahu kau yang bukan dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk!
Tantang Aku
dengan berani
(3) Nada (tone) ialah sikap bahasa penyair terhadap penikmat
karyanya. Ada penyair bersikap didaktis, persuasif, sinis
(ironis), tawadhu (rendah diri), dan sebagainya. Misalnya
Ali Hasymi bersikap persuasif dalam puisinya sebagai
berikut.

MENYESAL

Pagiku hilang melayang


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti

(4) Amanat. Amanat adalah pesan, nasihat, petuah, yang


disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik secara
langsung atau tak langsung. Pesan tersebut dapat
dijadikan sebagai perluasan wawasan, memperkaya
pengalaman, dan memperhalus budi pekerta, serta
mempertinggi nilai- nilai kemanusiaan. Misalnya larik puisi
Chairil Anwar yang berbunyi “ /pilih kuda liar/ pacu sampai
melaju / jangan tambatkan pada siang dan malam/”,
antara lain mengandung amanat bahwa kita harus hidup
dengan penuh semangat, selalu memanfatkan waktu
secara dinamis- kreatif.
Penerapan pendekatan analitis dalam upaya meningkatkan
apresiasi sastra secara produktif sejalan dengan pendapat Badriyah
(2000) tentang langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.
(1) Mengamti suatu objek secara cermat.
(2) Tentukan tema lalu dijadikan judul puisi

(3) Susun alur (kronologis / spasial) lalu kembangkan menjadi


cerita
(4) Susunlah berurutan ke bawah, satu baris satu kalimat pendek.
(5) Jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang
kata kata sambung yang tidak penting.
(6) Cari kata/kalimat yang intesitas keindahannya dan maknanya
kurang kuat dan deang kata-kata yang lebih indah (konotatif)
dan imajinatif, misalnya angin, hitam, diganti dengan bayu,
pekat/kelam,
(7) Cemati terus menerus tiap kalimat/kata dengan
memperhatikan keindahan bunyi dan penggunaan gaya baya
bila memungkinkan.
Sebagai contoh:

BAJU KESUKAANKU

Warnamu sungguh
sangat baik Mataku
senang melihatmu
Selalu aku kupakai
Pergi kegiatan penting
Denganmu aku gembira dan
riang
Dan bisa bergaul dengan
baik
Tanpa ada rasa malu dan
rendah diri Namun sekarang
ini
Kau sudah penuh banyak debu
Kau sudah penuh
banyak lumpur Aku
selalu lupa mencucimu

Puisi di atas dapat diperbaiki seperti berikut ini.

BAJU KESAYANGNKU

Warnamu sungguh
menawan
Elok mata
memandangmu
Tiap saat kupakai
Di pertemuan penting
Denganmu aku ceria
Dapat bergaul leluasa
Dengan rasa percaya
diri
Namun kini
Kau berdebu
Kau berlumpur
Aku lupa baktimu
Latihan 2
Perbaikilah puisi berikut sehingga menjadi puisi yang baik!

POHON KELAPA
Di sebuah padang yang cukup luas
Kau sedang tumbuh dengan begitu suburnya
Daun-daunmu rindang dan kelihatan hijau
Dengan batangmu yang berdiri kokoh dan besar
Serta akar serabutmu mu tertanam jauh ke dalam
tanah
Kau sekarang telah berbuah banyak
Ada yang sudah tua,
Ada pula yang belum tua
Ada juga yang kecil
Buahmu yang tua aku buat minyak untuk
menggoreng
Buah yang muda kubuat es kelapa sirop untuk
diminum
Buahmu yang kecil aku buat menjadi obat penyakit
Kau memang tumbuhan banyak manfaat
Bagi keperluan hidup banyak orang

Anda mungkin juga menyukai