b. Tema
Saudara Mahasiswa, menemukan tema sebuah karya sastra harus
dimulai dengan ditemukannya kejelasan tentang tokoh dan
perwatakannya serta situasi dan alur cerita yang ada, sehingga tema
dapat dikatakan sebagai gagasan sentral yang menjadi dasar cerita.
Perhatikan contoh berikut ini.
Panas terik masih menembus ke ubung-ubung. Sepulang sekolah
Yus dan Ade keliling lapangan menjajakan kue buatan Ibunya.
Aneka macam kue yang dijualnya, ada kue roti pawa, jalankote,
kue lapis dan lain-lain. Siang itu kue jualannya tidak terlalu banyak
laku padahal dia membawa kue jualannya ke lapangan karena di
sana ada pertandingan sepak bola. Ternyata banyak penjual kue
yang datang hari itu. Sebenarnya Yus tidak kecewa karena hari itu
sudah sore sedangkan keranjang kuenya masih banyak. Yus
mengingatkan kepada adiknya agar tidak berputus asa.
c. Alur
Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam
sebuah cerita dan dialami tokoh- tokohnya. Alur atau plot biasa juga
disebut sebagai struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
sebagai sebuah inter relasi fungsional yang sekaligus menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita.
Perhatikan contoh berikut ini.
Perlahan-lahan aku membenci suamiku. Ia tahu bahwa aku takut di
rumah sendiri pada mala hari tetapi ia selalu pulang alrut malam
bahkan kadang tidak pulang aku juga tak tahan bau rokok, tetapi
ia terus merokok tanpa mempedulikan saya. Ketika ku inta lagu-
lagu sentimental, ia malah mengoreksi lagu-lagu rock. Ah beda
terus apa yang ku harap dan dengan apa yang dia berikan.
e. Gaya Penceritaan
Saudara Mahasiswa, yang dimaksud dengan gaya penceritaan
adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa agar
menimbulkan penekanan tertentu. Tingkah laku berbahasa ini merupakan
salah satu sarana sastra yang sangat penting. Tanpa bahasa, tanpa gaya
bahasa, sastra tidak ada. Kita tentu ingat bahwa karya sastra pada
dasarnya merupakan salah satu kegiatan pengarang dalam
membahasakan sesuatu kepada orang lain. Perhatikan contoh berikut ini.
Kurus kering sudah tubunya. Lambungnya penuh luka digerogoti
penyakit maag. Mulut dan bibirya dieijeri sariawan sebesar kedelai
benjolannya merah dan dipenuhi nanah. Hilang sudah sisa-sisa
ketampanan pemuda itu.
f. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang
dalam ceritanya atau dari mana seorang pengarang melihat peristiwa-
peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik pandangan
pengarang inilah pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami
temanya. Pusat pengesahan biasa juga disebut sudut pandang, apakah
pengarang bertindak sebagai pelaku atau pencerita. Apabila pengarang
menggunakan kata aku atau saya berarti pengrang menggunakan sudut
pandang orang pertama. Sebaliknya, jika pengarang menggunakan kata
dia atau ia berarti pengarang menggunakan sudut pandang orang ke tiga.
Perhatikan contoh berikut ini.
“Kue, kue” Ade mengulang teriakannya berkali-kali. Dia tidak
berputus asa walaupun tidak ada yang menggubrisnya. Anak-anak pada
asik menonton sepak bola. Fadlan dan Arif juga ikut menonton. Ada yang
hanya tersenyum, dan ada pula menggelengkan kepala. Ade tetap
mengulangi tawanya. Bayangan tetangganya yang tertimpa kebakaran
dua hari yang lalu kembali terlintas. Alam dan Iful sedih sekali, dia ingin
membantunya. Sengaja Ibunya membuat kue agak banyak hari itu, agar
membawa banyak untung untuk disumbangkan kepada korban
kebakaran.