Anda di halaman 1dari 3

Nama : Luh Gede Nunung Erayani

Kelas : B/1
Nim : 2264803085
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

KONEKSI MATERI

Instruksi Tugas :

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari
Topik III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia
menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Mahasiswa
membangun perspektif kritis dengan mengacu pada Mata Kuliah Sosio-Kultural dan Mata
Kuliah Psikologi Perkembangan untuk melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan
pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah Khusus.

Penyelesaian :

Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara merupakan awal dari sejarah pendidikan


Indonesia. Kurikulum paradigma baru merupakan suatu bentuk ingin merealisasikan
pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang belum diimplementasikan pada kurikulum
sebelumnya. Mengenal pendidikan Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang dimana
didalamnya terdapat perjuangan-perjuangan luar biasa dari beberapa pihak terutama Ki Hajar
Dewantara sehingga kami sebagai masyarakat Indonesia menjadi lebih menghormati adanya
pendidikan Indonesia. Menurut Ki Hadjar Dewantara, mendidik dan mengajar adalah proses
memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan
baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Seorang pendidik harus mampu bergerak sesuai
dengan prinsip kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara yakni;
• Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan
siswa)
• Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang
mendukung)
• Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi
Tentunya dalam pengimplementasian hal tersebut harus tetap berpegangn pada asa pendidikan
yakni asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan Dan asas
kemanusiaan.

Perspektif sosio kultural dalam pendidikan dimaknai sebagai interaksi antar manusia
dalam suatu budaya berkaitan dengan pendidikan. Dalam hal ini, interaksi yang dimaksud
adalah adanya kesesuaian-kesesuaian yang berkesinambungan mengenai sebuah peran, aturan
sertanilai budaya. Kesesuaian ini tidak hanya terbatas pada konteks interaksi saja,
namunmencakup hal lainnya Salah satunya adalah konteks pendidikan. Interaksi sosiokultural
dalam pendidikan menjadi penting karena dapat mencegah disintegrasibangsa, baik yang
disebabkan oleh cemburu sosial maupun kurangnya rasa toleransi terhadapteman yang
berbeda. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimanamanusia
tertaut dengan tingkah laku, norma dan ajaran budaya. Oleh karena itu pendidikansendiri
sebenarnya saling terintegrasi dengan kebudayan, pendidikan selalu berubah
sesuaiperkembangan kebudayaan. Karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan
dansebagai cermin nilai-nilai kebudayaan.Pendidikan dalam bingkai keIndonesiaan
merupakan penegasan kesederajatan martabatmanusia Indonesia. Meskipun manusia
Indonesia lahir, hidup dan berkembang dalamkebhinekaan, namun hal tersebut tidak
menjadi membagi golongan minoritas dan mayoritasuntuk memecah belah kesatuan dan
persatuan.
Dalam prespektif pendidikan, bermacam sosio kultural di Indonesia justru dimaknai
sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing dengan menerapkan
pembelajaransosiokultural untuk menuntun dan membentuk karakter peserta didik. Hal ini
selaras dengan dasar-dasar pendidikan yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan dan pengajaran dengan sistem barat tidaklah selalu buruk, sebagai bangsaakita
boleh mengadopsi sistem negara manapun kemudian kita terapkan untuk Indonesia,
namun jangan lupakan pendidikan kultural dan nasional serta ajarkan nilai-nilai luhur yang
menjadi identitas manusia Indonesia.
Fase-fase belajar peserta didik adalah fase emas, perkembangan tersebut tidak bisa
diulang maupun diputar mundur. Oleh karena itu setiap fase peserta didik dalam
setiap proses pembelajaran menjadi sangat penting. Pada perspektif pendidikan, Ki Hajar
Dewantara juga telah menyampaikan "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu,
hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai
hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan
segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.
Sementara itu, segalabentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan
penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-
asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan".
Identitas manusia Indonesia sebagai manusia pancasila, dimana pancasila sebagai
landasan filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa,
dan nilai-nilai hidup berbangsa. Menjadikan manusia Indonesia kaya akan nilai-nilai luhur
yang hidup dalam kebiasaan, menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-
nilai luhur yang bersumber dari pancasila inilah yang dijadikan akar dari pendidikan karakter
sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan nasional, proses belajar untuk peserta didik.
Pentingnya penguatan nilai luhur kebhinekatunggalikaan dalam pendidikan adalah pemahaman
mengenai keberagaman peserta ddidik di Indonesia. Baik berdasarkan dengan agama, suku,
budaya, bahasa, dll. Dalam hal ini tercermin dalam dimensi berkebhinekaan global dan gotong
royong. Terakhir, pentingnya nilai religius dalam pendidikan adalah untuk menyatukan 2 sisi
insani, yaitu sisi jasmaniah dan rohaniah. Ketika agama tidak didasari religiositas maka akan
kehilangan daya dan menjadi sekedar kegiatan sosial-politik tanpa visi kemanusiaan yang utuh.

Kesimpulan

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia yang sesuai dengan prinsip pendidikan
yakni “ing arso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” dalam
pengimplementasiannya tetap berpenggangan pada asas-asas pendidikan. Perspektif sosio
kultural dalam pendidikan dimaknai sebagai interaksi antar manusia dalam suatu budaya
berkaitan dengan pendidikan. Proses interaksi tersebut sesuai dengan identitas manusia
Indonesia yang beragam sehingga penting adanya pengimplementasian nilai luhur Pancasila,
kebhinekatunggalika dan religiusitas.

Anda mungkin juga menyukai